Sementara jika pasien tidak melakukan cuci darah biasanya hanya bisa bertahan dengan kondisi normal selama 4 hari. Setelah itu pasien biasa mengalami sesak nafas dan keluhan lainnya. Mirisnya lagi meski persoalan ini bisa diselesaikan dengan melakukan berobat di luar Papua namun tidak semua pasien memiliki kondisi ekonomi yang mumpuni.
“Jadi untuk satu kali cuci itu bisa 15 orang dan dalam 1 hari bisa dua kali sehingga ada 30 an pasien yang melakukan cuci darah untuk satu kali pencucian. Ini bergantian, misal saya hari Senin cuci maka nanti hari Kamis cuci lagi jadi dalam 1 minggu dua kali cuci,” cerita Nur.
Begitu juga dengan pasien lain jika melakukan cuci darah pada Rabu maka nanti akan kembali pada hari Sabtu. “Kalau orang mampu mungkin dia bisa keluar mencari rumah sakit di luar untuk berobat disana tapi bagaimana kalau pasien tidak mampu sementara 4 hari saja mereka sudah lemas,” tambahnya. Yang membuat situasi semakin parah kata Nur adalah terkadang tak hanya cairan yang kehabisan stok tapi juga selang yang harus dibeli pasien sendiri luar. Kadang dialyzernya termasuk yang semacam kapur. “Kami sempat ngotot ke managemen dan akhirnya dikasi 45 jerigen tapi itu hanya 4 untuk hari saja,” tambahnya.
Para pasien juga sempat berdiskusi dengan managemen menanyakan kok stok bahan bisa habis dan ternyata dijelaskan bahwa pihak distributor belum mau memasukkan karena hutang rumah sakit yang cukup besar. Pihak distributir meminta dibayarkan dulu baru dimasukkan.
“Kami bingung kok bisa ada keluhan pembayaran sementara kami tercover BPJS dan BPJS mengklaim sudah membayar. Lalu uang itu kemana? Kecuali BPJS tidak membayar klaim rumah sakit. Kalau kondisinya begini ya alternatifnya harus berobat keluar. Cuma kalau yang ada uangnya tidak masalah tapi bagi yang tidak mampu?,” cecar Nur.
Dari kondisi ini, pasien cuci darah hanya disarankan untuk jangan makan minum terlalu banyak sambil menunggu stok cairan dan lainnya lengkap. “Mau menunggu selama itu sementara 4 hari saja sudah sesak. Bagaimana disuruh tunggu 18 hari sementara tidak semua pasien buang airnya lancar. Ada yang sudah tidak keluar, ada yang menumpuk diperut bersama makanan,” ucapnya.
“Kami tidak peduli soal hutang rumah sakit karena kami merasa rutin tercover BPJS. Sekarang kalau disuruh bertahan paling hanya mampu 1 minggu itupun kalau fisiknya bagus sementara sudah banyak pasien cuci darah yang meninggal,” imbuhnya.
Para pasien ini berencana hari ini (Selasa,3/9) akan mengadu ke DPR Papua meminta dukungan secara diplomasi. “Mau kemana lagi coba,” tutup Nur. Terkait ini, Ketua DPR Papua, Jhony Banua Rouw mengaku prihatin dan menyatakan siap menerima pasien tersebut. “Datang saja, saya tunggu untuk kita sama – sama mencarikan solusinya,” singkat Jhony. (ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos