Friday, April 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Dari Dialog Imajiner ”Lahirlah” Ambulans dan Mobil Jenazah

Yayasan Rokers Pantura Care dan Aksi Kemanusiaannya

Tak hanya menyalurkan logistik, Yayasan Rokers Pantura Care juga membangun musala, rumah baca, dan sekolah darurat. Riman Wahyudi memulainya dengan bermotor menerobos lokasi bencana longsor dan banjir bandang sembari membawa bantuan.  

KHAFIDLUL ULUM, Jakarta, Jawa Pos 

”Ada orang kaya menelepon saya. 

Kaya: Mas, itu beli ambulans sudah jadi apa rakit sendiri?

Saya: Beli jadi, Om, macam-macam harganya. Yang isinya komplet Rp 140 juta, eh ada sih yang Rp 100 juta. 

Kaya: Oh gitu, oke ke rumah ya, saya titip Rp 300 juta untuk beli dua ambulans. 

Saya: Oke, Om, Alhamdulillah. Umpamane.”

DIALOG imajiner itu diunggah Riman Wahyudi di akun Twitter-nya, @KentArockerss, tanpa tujuan khusus. Sekadar iseng. 

Tapi, memang ketika itu ketua Yayasan Rokers Pantura Care tersebut berencana menjual motor sportnya untuk digunakan membeli mobil ambulans. Tak disangka, setelah dicuitkan pada 25 Juli lalu, esoknya ada orang yang mengirim direct message (DM). 

Orang tidak dikenal itu bertanya, apakah Wahyu benar-benar mau membeli mobil untuk ambulans. Orang tersebut ingin memberi bantuan sebagai tambahan biaya dari hasil penjualan motor. 

Dan, benar saja, sosok yang mengaku tinggal di Bangka Belitung itu pun mentransfer uang Rp 90 juta. ”Orangnya tidak mau disebutkan namanya. Dia pengusaha,” tutur Wahyu saat ditemui Jawa Pos pada Selasa (31/8) di Kafe Dejure yang juga kantor Yayasan Rokers Pantura Care di Jalan Erha, Gandul, Cinere, Kota Depok. 

Uang Rp 90 juta itu pun digunakan membeli mobil Nissan Serena.

Berselang dua hari, Wahyu membuat dialog imajiner lagi dan kembali mengunggahnya di Twitter. ”Alhamdulillah, tetiba WA. Clink, mobil jenazah perlu juga kan? Yaaa, iyaaa, iyaa, ya Allah perlu atuh. Tetiba mbak-mbak nyolek, Mas, ilere lap sek toh, ojo turu nang kene.”

Lagi-lagi setelah itu ada orang yang tiba-tiba mengirim pesan ke handphone-nya. Intinya, orang tersebut siap memberi donasi untuk membeli mobil jenazah. 

Sang dermawan itu mengirim uang Rp 80 juta. Donasi tersebut pun digunakan untuk membeli mobil Suzuki APV. Tapi, Wahyu masih membutuhkan biaya untuk karoseri, sirene, pengeras suara, lemari obat-obatan, tabung oksigen, tempat tidur, lampu dalam, dan lampu tembak. 

Penyumbang pertama kembali mentransfer uang Rp 15 juta, kemudian ditambah uang yayasan Rp 5 juta. Dua mobil itu pun dimodifikasi. 

Nissan Serena digunakan sebagai ambulans medis, sedangkan APV multifungsi: untuk medis dan jenazah. Total biaya yang dikeluarkan untuk dua mobil itu sekitar Rp 190 juta. 

Cutting sticker untuk tulisan ambulans, yayasan, dan nomor telepon yang ditempel di badan mobil pun hasil donasi dari warganet. Dua mobil itu kini bersiaga di depan kantor Yayasan Rokers Pantura Care yang tidak jauh dari pintu tol Brigif–Gandul. ”Kami siap mengantar masyarakat yang membutuhkan 24 jam,” kata Wahyu. 

Baca Juga :  Papua Selatan Terbentuk Sebelum Pilkada Gubernur Papua

Mobil ambulans hanya salah satu program yang digagas Yayasan Rokers Pantura Care. Masih banyak aksi sosial yang dilakukan yayasan yang pengurusnya berasal dari berbagai latar belakang itu. 

Hampir setiap hari mereka bertemu di Kafe Dejure yang juga kantor yayasan. Membahas program sosial yang akan dilakukan. 

Dari secangkir kopi yang dijual, sebagian keuntungannya disisihkan untuk kegiatan sosial. 

Kafe dan kantor itu adalah milik salah seorang donator. Yayasan diminta mengelola. Di tempat itulah berbagai donasi dikumpulkan sebelum diserahkan kepada yang berhak menerimanya.

*

Semua bermula dari aksi sosial mandiri yang dilakukan Wahyu. Kala itu dia masih menjadi reporter di stasiun radio swasta yang berkantor di Jakarta. 

Pada 2019, terjadi longsor dan banjir bandang di wilayah Lebak, Banten, dan Bandung Barat, Jawa Barat. Ketika libur kerja, dia berangkat sendiri menggunakan motor sport menerabas masuk lokasi bencana. 

Dia membawa donasi seadanya karena memang hanya mengendarai motor. Kegiatan sosial itu kemudian diunggah ke Twitter. 

Ternyata, banyak yang tergerak memberikan dukungan. Mereka menyerahkan berbagai donasi. Wahyu pun semakin bersemangat menyalurkan.

Hari berikutnya, Wahyu menyewa mobil, mengangkut banyak bantuan dari pendonor. Pertama, ke Cileuksa, Bandung Barat. Dengan mobil sewaan, dia nekat masuk lokasi bencana yang medannya sangat berat. 

Jalan berlumpur dan naik turun bukit. Wahyu akhirnya sampai lokasi bencana, kemudian menyerahkan bantuan beras, selimut, peralatan salat, dan kebutuhan lain. 

Tapi, ketika hendak pulang, jalur yang akan dilalui tertutup lumpur. Mobil tidak mungkin bisa melintas. Akhirnya, Wahyu terjebak di lokasi bencana selama 10 hari. Dia baru bisa keluar dari daerah bencana setelah mendapat bantuan dari warga. 

Setelah dari Bandung Barat, Wahyu memfokuskan bantuan ke Lebak, Banten, yang sangat parah. Dia membawa berbagai bantuan. Di antaranya, terpal untuk hunian sementara, beras, dan sayur-sayuran. Sebelum ke lokasi longsor, dia selalu pergi ke pasar untuk belanja. ”Saya ke sana malam setelah liputan,” tutur ayah tiga anak itu.

Aksi sosialnya mendapat perhatian dari DPRD Provinsi Banten. Dia diundang salah seorang wakil ketua DPRD Provinsi Banten untuk menjelaskan kondisi riil di lapangan. 

Wahyu pun menyampaikan aspirasi dari masyarakat. Dia juga berusaha agar para korban bencana mendapat rumah dari pemerintah. Upaya itu mencapai hasil. Pemerintah akhirnya membangun rumah untuk 250 kepala keluarga (KK).

Tak berhenti di sana, Wahyu juga berpikir tentang masa depan warga. Tidak mungkin mereka terus-menerus menunggu bantuan. 

Dia akhirnya menginisiasi lahan pertanian. Namun, tidak semua warga berminat. ”Sebelumnya, mereka memang punya lahan pertanian, tapi hancur diterjang banjir bandang dan longsor,” ujar pencinta motor sport itu.

Baca Juga :  Empat Pencuri Modus Pecah Kaca Mobil Ditangkap

Berbagai bantuan pun mengalir. Kementerian Pertanian membantu traktor. Ada juga warganet yang membantu alat pemotong kayu, genset, dan bibit tanaman. 

Wahyu menjual 14 helm dan jaket balap koleksinya. Dari penjualan barang milik pribadinya itu, terkumpul uang sekitar Rp 80 juta. Uang itu digunakan untuk membantu warga.

Hasil pertanian menggembirakan. Warga bisa panen sayur, tomat, cabai, dan tanaman lain. Ada lahan pertanian yang dikhususkan untuk kebutuhan sehari-hari dan ada juga lahan yang hasilnya dijual. ”Warga yang tidak ikut bertani akhirnya malah menyesal,” ucap Wahyu.

Ketika dukungan dan bantuan dari pendonor semakin besar, Wahyu bersama rekan-rekan akhirnya mendirikan Yayasan Rokers Pantura Care pada Maret 2021. Nama yayasan itu diambil dari nama akun Twitter-nya yang lama. Selama ini, laporan aksi sosial memang selalu diunggah ke akun medsos itu sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Gerakan sosial pun semakin masif dilakukan. Yayasan tidak hanya membantu logistik, tapi juga mengulurkan tangan untuk membangun musala dan rumah baca. Ada pula rencana membangun pesantren atau sekolah darurat. 

Yayasan juga bermaksud membebaskan lahan di Lebak untuk pembangunan rumah warga. Sebab, ada sekitar 135 KK yang belum mendapat rumah dari pemerintah.

Aksi sosial mereka tidak hanya dilakukan di Banten dan Jawa Barat, tapi juga menjangkau Jawa Timur. Ketika terjadi gempa di Malang dan Lumajang pada April lalu, Yayasan Rokers Pantura Care juga turun langsung menyalurkan bantuan. 

Ketika puncak pandemi Covid-19 Juli lalu, yayasan juga tetap bergerak masif. Yang disasar masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman). 

Semua bantuan berasal dari warganet. Sehari pihaknya bisa menyalurkan 100 paket bantuan. Kadang makanan matang, di kesempatan lain sembako. Yayasan juga memberikan bantuan makanan kepada orang-orang di jalan, antara lain pemulung dan ojol. 

Dhani Abdullah, salah seorang anggota Yayasan Rokers Pantura Care, menuturkan, dirinya bergabung dengan yayasan itu setelah beberapa kali bertemu di lokasi bencana Lebak. Saat itu dia datang ke lokasi tersebut untuk menyerahkan bantuan, baik dari dirinya sendiri maupun rekan-rekannya. Dia melihat aksi Wahyu dan kawan-kawan sangat membantu para korban.

Menurut Dhani, di Yayasan Rokers Pantura Care, kemanusiaan di atas segalanya. Tak ada urusan dengan politik. ”Jika sudah berbicara kemanusiaan, hilanglah sekat-sekat politik,” tuturnya.

Wahyu bersyukur karena semakin banyak warga yang menaruh kepercayaan kepada yayasan yang dikomandoinya. Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang meminta yayasan mengelola bangunan bekas tempat pengelolaan hasil petani di Solo. Dia pun berpikir mendirikan koperasi petani di sana. ”Kami ingin memutus mata rantai kartel pertanian sehingga petani bisa sejahtera,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Yayasan Rokers Pantura Care dan Aksi Kemanusiaannya

Tak hanya menyalurkan logistik, Yayasan Rokers Pantura Care juga membangun musala, rumah baca, dan sekolah darurat. Riman Wahyudi memulainya dengan bermotor menerobos lokasi bencana longsor dan banjir bandang sembari membawa bantuan.  

KHAFIDLUL ULUM, Jakarta, Jawa Pos 

”Ada orang kaya menelepon saya. 

Kaya: Mas, itu beli ambulans sudah jadi apa rakit sendiri?

Saya: Beli jadi, Om, macam-macam harganya. Yang isinya komplet Rp 140 juta, eh ada sih yang Rp 100 juta. 

Kaya: Oh gitu, oke ke rumah ya, saya titip Rp 300 juta untuk beli dua ambulans. 

Saya: Oke, Om, Alhamdulillah. Umpamane.”

DIALOG imajiner itu diunggah Riman Wahyudi di akun Twitter-nya, @KentArockerss, tanpa tujuan khusus. Sekadar iseng. 

Tapi, memang ketika itu ketua Yayasan Rokers Pantura Care tersebut berencana menjual motor sportnya untuk digunakan membeli mobil ambulans. Tak disangka, setelah dicuitkan pada 25 Juli lalu, esoknya ada orang yang mengirim direct message (DM). 

Orang tidak dikenal itu bertanya, apakah Wahyu benar-benar mau membeli mobil untuk ambulans. Orang tersebut ingin memberi bantuan sebagai tambahan biaya dari hasil penjualan motor. 

Dan, benar saja, sosok yang mengaku tinggal di Bangka Belitung itu pun mentransfer uang Rp 90 juta. ”Orangnya tidak mau disebutkan namanya. Dia pengusaha,” tutur Wahyu saat ditemui Jawa Pos pada Selasa (31/8) di Kafe Dejure yang juga kantor Yayasan Rokers Pantura Care di Jalan Erha, Gandul, Cinere, Kota Depok. 

Uang Rp 90 juta itu pun digunakan membeli mobil Nissan Serena.

Berselang dua hari, Wahyu membuat dialog imajiner lagi dan kembali mengunggahnya di Twitter. ”Alhamdulillah, tetiba WA. Clink, mobil jenazah perlu juga kan? Yaaa, iyaaa, iyaa, ya Allah perlu atuh. Tetiba mbak-mbak nyolek, Mas, ilere lap sek toh, ojo turu nang kene.”

Lagi-lagi setelah itu ada orang yang tiba-tiba mengirim pesan ke handphone-nya. Intinya, orang tersebut siap memberi donasi untuk membeli mobil jenazah. 

Sang dermawan itu mengirim uang Rp 80 juta. Donasi tersebut pun digunakan untuk membeli mobil Suzuki APV. Tapi, Wahyu masih membutuhkan biaya untuk karoseri, sirene, pengeras suara, lemari obat-obatan, tabung oksigen, tempat tidur, lampu dalam, dan lampu tembak. 

Penyumbang pertama kembali mentransfer uang Rp 15 juta, kemudian ditambah uang yayasan Rp 5 juta. Dua mobil itu pun dimodifikasi. 

Nissan Serena digunakan sebagai ambulans medis, sedangkan APV multifungsi: untuk medis dan jenazah. Total biaya yang dikeluarkan untuk dua mobil itu sekitar Rp 190 juta. 

Cutting sticker untuk tulisan ambulans, yayasan, dan nomor telepon yang ditempel di badan mobil pun hasil donasi dari warganet. Dua mobil itu kini bersiaga di depan kantor Yayasan Rokers Pantura Care yang tidak jauh dari pintu tol Brigif–Gandul. ”Kami siap mengantar masyarakat yang membutuhkan 24 jam,” kata Wahyu. 

Baca Juga :  Warga Makin Antusias Divaksin, Cepos Tuntaskan 140 Orang

Mobil ambulans hanya salah satu program yang digagas Yayasan Rokers Pantura Care. Masih banyak aksi sosial yang dilakukan yayasan yang pengurusnya berasal dari berbagai latar belakang itu. 

Hampir setiap hari mereka bertemu di Kafe Dejure yang juga kantor yayasan. Membahas program sosial yang akan dilakukan. 

Dari secangkir kopi yang dijual, sebagian keuntungannya disisihkan untuk kegiatan sosial. 

Kafe dan kantor itu adalah milik salah seorang donator. Yayasan diminta mengelola. Di tempat itulah berbagai donasi dikumpulkan sebelum diserahkan kepada yang berhak menerimanya.

*

Semua bermula dari aksi sosial mandiri yang dilakukan Wahyu. Kala itu dia masih menjadi reporter di stasiun radio swasta yang berkantor di Jakarta. 

Pada 2019, terjadi longsor dan banjir bandang di wilayah Lebak, Banten, dan Bandung Barat, Jawa Barat. Ketika libur kerja, dia berangkat sendiri menggunakan motor sport menerabas masuk lokasi bencana. 

Dia membawa donasi seadanya karena memang hanya mengendarai motor. Kegiatan sosial itu kemudian diunggah ke Twitter. 

Ternyata, banyak yang tergerak memberikan dukungan. Mereka menyerahkan berbagai donasi. Wahyu pun semakin bersemangat menyalurkan.

Hari berikutnya, Wahyu menyewa mobil, mengangkut banyak bantuan dari pendonor. Pertama, ke Cileuksa, Bandung Barat. Dengan mobil sewaan, dia nekat masuk lokasi bencana yang medannya sangat berat. 

Jalan berlumpur dan naik turun bukit. Wahyu akhirnya sampai lokasi bencana, kemudian menyerahkan bantuan beras, selimut, peralatan salat, dan kebutuhan lain. 

Tapi, ketika hendak pulang, jalur yang akan dilalui tertutup lumpur. Mobil tidak mungkin bisa melintas. Akhirnya, Wahyu terjebak di lokasi bencana selama 10 hari. Dia baru bisa keluar dari daerah bencana setelah mendapat bantuan dari warga. 

Setelah dari Bandung Barat, Wahyu memfokuskan bantuan ke Lebak, Banten, yang sangat parah. Dia membawa berbagai bantuan. Di antaranya, terpal untuk hunian sementara, beras, dan sayur-sayuran. Sebelum ke lokasi longsor, dia selalu pergi ke pasar untuk belanja. ”Saya ke sana malam setelah liputan,” tutur ayah tiga anak itu.

Aksi sosialnya mendapat perhatian dari DPRD Provinsi Banten. Dia diundang salah seorang wakil ketua DPRD Provinsi Banten untuk menjelaskan kondisi riil di lapangan. 

Wahyu pun menyampaikan aspirasi dari masyarakat. Dia juga berusaha agar para korban bencana mendapat rumah dari pemerintah. Upaya itu mencapai hasil. Pemerintah akhirnya membangun rumah untuk 250 kepala keluarga (KK).

Tak berhenti di sana, Wahyu juga berpikir tentang masa depan warga. Tidak mungkin mereka terus-menerus menunggu bantuan. 

Dia akhirnya menginisiasi lahan pertanian. Namun, tidak semua warga berminat. ”Sebelumnya, mereka memang punya lahan pertanian, tapi hancur diterjang banjir bandang dan longsor,” ujar pencinta motor sport itu.

Baca Juga :  Rencana Penyematan Mahkota Cenderawasih Kepada Presiden Ditentang

Berbagai bantuan pun mengalir. Kementerian Pertanian membantu traktor. Ada juga warganet yang membantu alat pemotong kayu, genset, dan bibit tanaman. 

Wahyu menjual 14 helm dan jaket balap koleksinya. Dari penjualan barang milik pribadinya itu, terkumpul uang sekitar Rp 80 juta. Uang itu digunakan untuk membantu warga.

Hasil pertanian menggembirakan. Warga bisa panen sayur, tomat, cabai, dan tanaman lain. Ada lahan pertanian yang dikhususkan untuk kebutuhan sehari-hari dan ada juga lahan yang hasilnya dijual. ”Warga yang tidak ikut bertani akhirnya malah menyesal,” ucap Wahyu.

Ketika dukungan dan bantuan dari pendonor semakin besar, Wahyu bersama rekan-rekan akhirnya mendirikan Yayasan Rokers Pantura Care pada Maret 2021. Nama yayasan itu diambil dari nama akun Twitter-nya yang lama. Selama ini, laporan aksi sosial memang selalu diunggah ke akun medsos itu sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Gerakan sosial pun semakin masif dilakukan. Yayasan tidak hanya membantu logistik, tapi juga mengulurkan tangan untuk membangun musala dan rumah baca. Ada pula rencana membangun pesantren atau sekolah darurat. 

Yayasan juga bermaksud membebaskan lahan di Lebak untuk pembangunan rumah warga. Sebab, ada sekitar 135 KK yang belum mendapat rumah dari pemerintah.

Aksi sosial mereka tidak hanya dilakukan di Banten dan Jawa Barat, tapi juga menjangkau Jawa Timur. Ketika terjadi gempa di Malang dan Lumajang pada April lalu, Yayasan Rokers Pantura Care juga turun langsung menyalurkan bantuan. 

Ketika puncak pandemi Covid-19 Juli lalu, yayasan juga tetap bergerak masif. Yang disasar masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman). 

Semua bantuan berasal dari warganet. Sehari pihaknya bisa menyalurkan 100 paket bantuan. Kadang makanan matang, di kesempatan lain sembako. Yayasan juga memberikan bantuan makanan kepada orang-orang di jalan, antara lain pemulung dan ojol. 

Dhani Abdullah, salah seorang anggota Yayasan Rokers Pantura Care, menuturkan, dirinya bergabung dengan yayasan itu setelah beberapa kali bertemu di lokasi bencana Lebak. Saat itu dia datang ke lokasi tersebut untuk menyerahkan bantuan, baik dari dirinya sendiri maupun rekan-rekannya. Dia melihat aksi Wahyu dan kawan-kawan sangat membantu para korban.

Menurut Dhani, di Yayasan Rokers Pantura Care, kemanusiaan di atas segalanya. Tak ada urusan dengan politik. ”Jika sudah berbicara kemanusiaan, hilanglah sekat-sekat politik,” tuturnya.

Wahyu bersyukur karena semakin banyak warga yang menaruh kepercayaan kepada yayasan yang dikomandoinya. Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang meminta yayasan mengelola bangunan bekas tempat pengelolaan hasil petani di Solo. Dia pun berpikir mendirikan koperasi petani di sana. ”Kami ingin memutus mata rantai kartel pertanian sehingga petani bisa sejahtera,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya