Lalu Kota Ambon di Provinsi Maluku menjalin sister city di bidang kesehatan dengan Kota Vlissingen di Belanda. Masyarakat Ambon merasakan manfaatnya terutama di Balai Kesehatan Mata Ambon-Vlissingen.
“Di Ambon kalau mau operasi mata itu gratis, nah ini satu manfaat sister city di bidang kesehatan,” beber Melyana.
Dan yang biasa dijadikan sektor kerjasama dua kota adalah perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, sumber daya manusia, hingga bidang lingkungan hidup.
Hanya disini Melyana yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan I Fisip Uncen meminta agar pegawai BPPD lebih aktif merancang sebuah konsep kerjasama untuk diusulkan ke pemerintah kota.
“Disiapkan dulu apa yang mau dibahas, jadi saat bertemu pihak dari Vanimo dan Wewak itu sudah ada gambaran, jangan justru baru disiapkan saat ketemu. Ajukan yang ril saja, yang memungkinkan untuk dilakukan,” imbuhnya.
Diingatkan bahwa sister city memerlukan mutual trust, mutual respect dan mutual benefit dan semua bisa berjalan jika implementatornya juga bisa menjalankan tugasnya.
“Sudah ada cantolan hukum tinggal bagaimana menumbuhkan inisiatif. Kantor BPPD ini adalah simbol negara dan sekalipun bukan kantor besar namun harus bisa melakukan hal -hal yang efeknya besar,” imbuh Melyana.
Reuter Sabarofek menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan penandatanganan Mou kali kedua pada 7 April 2022, namun diakui hingga kini belum banyak yang bisa dilakukan. Ia melihat peluang yang bisa dilakukan adalah mengundang budaya tim Vanimo maupun Wewak dalam perayaan HUT Kota. Ini untuk saling bercerita bertukar budaya.
“Festival Port Numbay sebenarnya bisa melibatkan mereka (Vanimo dan Wewak). Bisa juga berkaitan dengan kompetisi olahraga untuk tingkat sekolah kemudian pertukaran pemuda pelajar. Ini untuk meningkatkan people to people connecting untuk menghindari potensi konflik perbatasan,” jelas Reuter.
“Hanya tak dipungkiri kami juga memiliki keterbatasan anggaran, kemudian untuk koordinasi lintas sektor juga agak sulit. Belum lagi isu keamanan dan infrastruktur pendukung,” tambahnya.
Ini tak ditampik Matius Pawara yang mengatakan bahwa terkadang untuk rapat antar instansi juga sangat sulit padahal sudah dilayangkan undangan.
Terlepas dari itu kata Pawara yang berpeluang didorong adalah aspek budaya karena nyaris sama dan sangat kental. “Sehingga kami pikir dari Pemkot perlu dibuka kerjasama budaya dan lebih digalakkan.
Ini yang paling mudah dan dilakukan terus menerus. Sedangkan untuk sektor ekonomi ada pasar yang sudah berjalan sejak 2010 namun dibuka dua kali seminggu. Perlu kesepakatan agar bisa lebih hidup,” bebernya.
Pihaknya juga mengevaluasi temuan dimana warga PNS kerap melanggar administrasi. “Itu yang jadi soal, kalau dibuka terkadang ada temuan pelanggaran administrasi. Kadang kami buka tapi mereka (warga PNG) malah sampai ke kota dan kami kita kecolongan,” ceritanya.
Ditambahkan Veronica Wally bahwa perlu pendekatan yang lebih konferhensif kepada warga dari luar. Ketika semua program telah berjalan maka kartu lintas batas, kartu merah untuk warga Jayapura dan kartu kuning untuk PNG harus tertib.
“Mereka yang datang juga bisa diajari bagaimana membuat dokumen yang legal. Lalu selain orang, produk yang dibawa masuk ke Jayapura juga harus legal, jangan justru semua illegal,” sindir Veronica. (ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos