Friday, April 19, 2024
25.7 C
Jayapura

Perlu Pertimbangkan Kondisi Rill

George Saa (FOTO : George for Cepos)

Terkait Program Beasiswa Luar Negeri Pemprov Papua 

JAYAPURA-Program beasiswa luar negeri yang dilaksanakan Pemprov Papua mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satunya putra asli Papua pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics tahun 2004, George Saa. 

Menurut George Saa, program beasiswa luar negeri yang saat ini dilaksanakan Pemprov Papua perlu mempertimbangkan kondisi rill di Papua dan luar negeri bagi penerima beasiswa saat ini. 

Dirinya mengapresiasi Gubernur Papua Lukas Enembe yang tetap berkeinginan melanjutkan program 1000 doktor orang Papua yang dirintis oleh pendahulunya Barnabas Suebu. Menurutnya, program tersebut sudah bagus namun perlu banyak pertimbangan dan perombakan lebih lanjut untuk menghasilkan SDM Papua yang sesuai kondisi rill di Papua. 

“Ingin saya beri masukan, pertama ketika gubernur mengirim satu anak Papua ke luar negeri, untuk pendidikan S1, pemerintahan harus mengeluarkan uang yang jumlahnya fantastis hanya untuk 1 orang saja, dimana uang itu setara untuk kuliah 15-40 anak Papua di kampus lokal di Jayapura,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (3/6).

Baca Juga :  Polisi Bongkar Sindikat Penadah Motor Curian Dibarter Ganja

Menurutnya, Gubernur Papua secara moral juga bertanggung jawab untuk proses pendidikan anak-anak Papua di tanahnya sendiri. Pasalnya, makin hari mereka yang kuliah di dalam negeri merasa dianaktirikan. Padahal realita saat ini, justru pemimpin-pemimpin di tanah Papua ini merupakan produk kampus-kampus lokal di tanah Papua. 

“Merekalah yang sedang memimpin Papua bersamaan dengan beberapa individu pemimpin Papua lulusan dari kampus dalam negeri di luar Papua. Mereka juga perlu sentuhan beasiswa Otsus dan ini harus diperhatikan,” sebut Oge sapaan akrabnya.

Belajar dari pengalaman dan kondisi saat ini, menurut Oge, mahasiswa/i yang dikirim ke seluruh dunia, sekembalinya ke tanah air mereka belum bisa diharapkan untuk dapat berbuat sesuatu.

Baca Juga :  KKB Kesulitan Dapatkan Amunisi dan Logistik

“Ini fakta dan realita. Ketika saya masih bekerja di perusahaan multinasional di Papua Barat, fakta membuktikan bahwa banyak anak-anak kloter pertama yang dikirim ke luar megeri melalui program beasiswa, mereka tidak tahu mau bekerja ke mana. Mereka akhirnya harus kami bantu dan support agar bisa masuk ke perusahaan. Bagi saya, ini sangat disayangkan. Mereka-mereka ini harusnya bekerja untuk kepentingan orang Papua secara langsung. Mereka ini telah dibiayai dari dana pemerintah yang sebenarnya adalah milik semua anak-anak Papua,”tuturnya.

Untuk itu, Oge menyarankan agar pengiriman putra-putri Papua ke luar negeri sebaiknya untuk pendidikan S2 dan S3 dengan latar belakang sudah pernah bekerja, berkarir dan paham akan kompleksitas persoalan kekinian di Papua. Sehingga ilmu yang mereka dapat diharapkan dapat memajukan dan menyelesaikan masalah yang ada serta mendatangkan solusi/produk yang menunjang majunya Papua. (oel/nat)

George Saa (FOTO : George for Cepos)

Terkait Program Beasiswa Luar Negeri Pemprov Papua 

JAYAPURA-Program beasiswa luar negeri yang dilaksanakan Pemprov Papua mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satunya putra asli Papua pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics tahun 2004, George Saa. 

Menurut George Saa, program beasiswa luar negeri yang saat ini dilaksanakan Pemprov Papua perlu mempertimbangkan kondisi rill di Papua dan luar negeri bagi penerima beasiswa saat ini. 

Dirinya mengapresiasi Gubernur Papua Lukas Enembe yang tetap berkeinginan melanjutkan program 1000 doktor orang Papua yang dirintis oleh pendahulunya Barnabas Suebu. Menurutnya, program tersebut sudah bagus namun perlu banyak pertimbangan dan perombakan lebih lanjut untuk menghasilkan SDM Papua yang sesuai kondisi rill di Papua. 

“Ingin saya beri masukan, pertama ketika gubernur mengirim satu anak Papua ke luar negeri, untuk pendidikan S1, pemerintahan harus mengeluarkan uang yang jumlahnya fantastis hanya untuk 1 orang saja, dimana uang itu setara untuk kuliah 15-40 anak Papua di kampus lokal di Jayapura,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (3/6).

Baca Juga :  Di Merauke, SpeedBoat Tenggelam, Satu Orang Tewas

Menurutnya, Gubernur Papua secara moral juga bertanggung jawab untuk proses pendidikan anak-anak Papua di tanahnya sendiri. Pasalnya, makin hari mereka yang kuliah di dalam negeri merasa dianaktirikan. Padahal realita saat ini, justru pemimpin-pemimpin di tanah Papua ini merupakan produk kampus-kampus lokal di tanah Papua. 

“Merekalah yang sedang memimpin Papua bersamaan dengan beberapa individu pemimpin Papua lulusan dari kampus dalam negeri di luar Papua. Mereka juga perlu sentuhan beasiswa Otsus dan ini harus diperhatikan,” sebut Oge sapaan akrabnya.

Belajar dari pengalaman dan kondisi saat ini, menurut Oge, mahasiswa/i yang dikirim ke seluruh dunia, sekembalinya ke tanah air mereka belum bisa diharapkan untuk dapat berbuat sesuatu.

Baca Juga :  Steven Itlay Bebas, Agus Kossay Dalam Waktu Dekat Menyusul

“Ini fakta dan realita. Ketika saya masih bekerja di perusahaan multinasional di Papua Barat, fakta membuktikan bahwa banyak anak-anak kloter pertama yang dikirim ke luar megeri melalui program beasiswa, mereka tidak tahu mau bekerja ke mana. Mereka akhirnya harus kami bantu dan support agar bisa masuk ke perusahaan. Bagi saya, ini sangat disayangkan. Mereka-mereka ini harusnya bekerja untuk kepentingan orang Papua secara langsung. Mereka ini telah dibiayai dari dana pemerintah yang sebenarnya adalah milik semua anak-anak Papua,”tuturnya.

Untuk itu, Oge menyarankan agar pengiriman putra-putri Papua ke luar negeri sebaiknya untuk pendidikan S2 dan S3 dengan latar belakang sudah pernah bekerja, berkarir dan paham akan kompleksitas persoalan kekinian di Papua. Sehingga ilmu yang mereka dapat diharapkan dapat memajukan dan menyelesaikan masalah yang ada serta mendatangkan solusi/produk yang menunjang majunya Papua. (oel/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya