Selain itu, Okto juga meminta Badan Pekerja Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, pemerintah daerah, serta tokoh masyarakat untuk segera mengambil langkah-langkah pemulihan keamanan di wilayah tersebut. Pasca-kejadian, aktivitas masyarakat di Anggruk belum sepenuhnya berjalan normal.
“Kenapa GKI harus terlibat? Karena mayoritas masyarakat Anggruk adalah jemaat GKI. Gereja memiliki peran penting untuk membantu memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya soal keamanan, Okto juga menyoroti persoalan aksesibilitas ke Anggruk. Ia mendesak pemerintah daerah maupun provinsi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, mengingat saat ini Anggruk hanya dapat diakses menggunakan pesawat perintis dari pusat Kabupaten Yahukimo.
Kondisi ini tentu menghambat proses pembangunan dan mempersulit evakuasi korban saat terjadi kejadian darurat seperti kemarin. “Karena sekarang kita sudah menjadi provinsi sendiri, maka saya minta pemerintah segera membuka jalan darat dari Wamena menuju Anggruk,” ujarnya.
Menurutnya, dengan terbukanya akses jalan, selain mempercepat pembangunan, juga akan memberikan jaminan keamanan yang lebih baik bagi masyarakat di daerah terpencil tersebut. “Dengan adanya jalan darat, maka hasil bumi dari masyarakat di Anggruk bisa di jual ke kota, dan ini bisa membantu meningatkan ekonomi mereka,” tuturny.
Lebih lanjut, Okto menyampaikan bahwa meskipun situasi di Anggruk saat ini relatif kondusif, namun rasa cemas dan ketakutan masih menghantui warga. “Saya meminta aparat keamanan, pemerintah daerah, tokoh lintas agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama melakukan pemulihan psikologis dan sosial. Kita tidak boleh larut dalam ketakutan. (rel/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos