Wednesday, July 2, 2025
21.1 C
Jayapura

Para Guru di Anggruk Diajak Lupakan Trauma

JAKARTA – Peristiwa pada Jumat, 21 Maret 2025, sekitar pukul 16.00 WIT di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan menjadi kenangan pahit bagi para guru yang ada di kawasan tersebut. Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) secara membabi buta melakukan aksi kekerasan sehingga meninggalkan luka psikologis bagi para guru yang mengabdi.

Para pendidik yang hadir sebagai garda terdepan untuk mencerdaskan generasi muda Papua kini harus bergelut dengan trauma yang dalam. Ketakutan membayangi aktivitas mereka sehari-hari. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) berupaya secara sungguh-sungguh untuk membantu para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut keluar dari trauma yang berkepanjangan.

Baca Juga :  DPRD Yahukimo Gelar Sidang Pembahasan RAPBD Tahun 2022

Pemerintah menyelenggarakan program strategis bertajuk “Training as Healing”, sebuah pelatihan pemulihan trauma bagi guru-guru terdampak. Pelatihan sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik, serta sebagai alat untuk penyembuhan.

Traning as Healing dilakukan selama empat hari di Kota Jayapura, Papua. Kegiatan ini telah memberikan dampak positif bagi pemulihan psikologis para guru meskipun meski belum 100 persen.

Vantiana Kambuh, guru Bahasa Indonesia di YPPK Distrik Anggruk, adalah salah satu peserta dalam program ini. Dia telah mengabdi di wilayah yang aksesnya sulit dan penuh tantangan itu sejak 2021. Bukan karena penugasan formal, melainkan panggilan hati yang membawanya kesana.

“Saya kuliah di Uncen (Universitas Cendrawasih). Setelah lulus orang tua meminta pulang ke Sorong. Tapi hati saya terpanggil untuk mengajar di Distrik Anggruk,” katanya, berkisah.

Baca Juga :  Setelah Yahukimo, Giliran KKB Puncak yang Memanas

Sekolah di Kabupaten Yahukimo, tepatnya di Distrik Anggruk, memiliki murid sekitar 100 orang yang tersebar di kelas 1 hingga kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Meskipun ada fasilitas sekolah, namun sangat kekurangan tenaga pengajar.

JAKARTA – Peristiwa pada Jumat, 21 Maret 2025, sekitar pukul 16.00 WIT di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan menjadi kenangan pahit bagi para guru yang ada di kawasan tersebut. Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) secara membabi buta melakukan aksi kekerasan sehingga meninggalkan luka psikologis bagi para guru yang mengabdi.

Para pendidik yang hadir sebagai garda terdepan untuk mencerdaskan generasi muda Papua kini harus bergelut dengan trauma yang dalam. Ketakutan membayangi aktivitas mereka sehari-hari. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) berupaya secara sungguh-sungguh untuk membantu para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut keluar dari trauma yang berkepanjangan.

Baca Juga :  Ratusan CASN Geruduk Kantor Gubernur

Pemerintah menyelenggarakan program strategis bertajuk “Training as Healing”, sebuah pelatihan pemulihan trauma bagi guru-guru terdampak. Pelatihan sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik, serta sebagai alat untuk penyembuhan.

Traning as Healing dilakukan selama empat hari di Kota Jayapura, Papua. Kegiatan ini telah memberikan dampak positif bagi pemulihan psikologis para guru meskipun meski belum 100 persen.

Vantiana Kambuh, guru Bahasa Indonesia di YPPK Distrik Anggruk, adalah salah satu peserta dalam program ini. Dia telah mengabdi di wilayah yang aksesnya sulit dan penuh tantangan itu sejak 2021. Bukan karena penugasan formal, melainkan panggilan hati yang membawanya kesana.

“Saya kuliah di Uncen (Universitas Cendrawasih). Setelah lulus orang tua meminta pulang ke Sorong. Tapi hati saya terpanggil untuk mengajar di Distrik Anggruk,” katanya, berkisah.

Baca Juga :  Waspada Serangan Balik KKB

Sekolah di Kabupaten Yahukimo, tepatnya di Distrik Anggruk, memiliki murid sekitar 100 orang yang tersebar di kelas 1 hingga kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Meskipun ada fasilitas sekolah, namun sangat kekurangan tenaga pengajar.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/