
MERAUKE-Pengurangan dana Otsus Papua dari Pemerintah Provinsi Papua ke setiap kabupaten /kota pada tahun 2019 ini mulai dirasakan dampaknya. Salah satunya adalah SMP-SMA Berpola Asrama Satap Wasur Merauke.
Kepala Sekolah SMP-SMA Satap Wasur Merauke Sergius Womsiwor, S.Pd, M.Pd, ditemui media ini mengungkapkan bahwa sejak Januari 2019 sampai sekarang ini pihaknya belum menerima BOP Asrama yang bersumber dari Dana Otsus Papua.
‘’Ini tentu berdampak pada operasional asrama. Salah satu dampak, saya sendiri dari Asrama Satap Wasur untuk SMP dan SMA bahkan untuk kelompok-kelompak belajar yang ada di kota ini kami benar-benar mengalami kesulitan,’’ tandas Sergius Womsiwor.
Menurut dia, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi gejolak di dalam asrama pada tahun ajaran 2019/2020. Pihaknya tidak menerima siswa untuk tinggal di asrama. Karena pada ajaran tahun 2018/2019 lalu, sedikitnya sekitar 100 siswa yang telah ditampung di asrama pihaknya upayakan makan minum dengan cara meminjam kepada sejumlah pihak yang memiliki empati untuk turut memberikan sumbangsih untuk pekerjaan kemanusiaan tersebut.
Sebenarnya, kata Sergius Womsiwor, banyak orang tua maupun para siswa yang notabene orang asli Papua datang kepada dirinya dan meminta untuk menerima mereka masuk ke dalam asrama dengan biaya ditanggung oleh orang tua.
Sergius Womsiwor yang selama ini dikenal terus berjuang agar anak-anak terjerumus mengisap aibon untuk tetap sekolah mengimbau Pemerintah Kabupaten Merauke untuk dapat memikirkan dana operasional asrama bagi anak-anak tersebut. “Kalau memang tidak ada di dana Otsus, mengapa tidak dicarikan solusi pembiayaan dari sumber lain.?”ujarnya.
“Kendala yang saya hadapi saat ini soal beda pendapat dengan kepala dinas pendidikan Kabupaten Merauke. Kalau kepala-kepala dinas sebelumnya, apabila dana operasional belum ada maka mereka mencarikan biaya lain untuk memback up kami di asrama. Tapi, untuk sekarang ini kami sudah coba ketemu beberapa kali dengan kepala dinas, sekertaris, kepala bidang untuk mencarikan solusi biaya, namun tetap sama,’’ jelasnya.
Iapun berharap, bupati atau kepala dinas untuk mencarikan solusi. Sebab, jika tidak dicarikan solusinya, tambah dia, tidak hanya berdampak pada asrama namun juga proses pendidikan di sekolah tersebut. Seab, menurutnya, sebagian besar anak yang sekolah di Satap Wasur rumahnya jauh dari sekolah bahkan dari sejumlah kampung-kampung yang ada di pedalaman. (ulo/tri)