Pengamat Teroris Beberkan Indikasi Operasi Intelijen
JAKARTA—Penyerang Majelis Ulama Indonesia (MUI) Mustofa tewas setelah melakukan aksinya. Belum diketahui penyebab tewasnya pelaku. Namun, kegilaan rekam jejak Mustofa mulai terungkap. Dari mengaku wakil nabi, pernah merusak kantor DPRD Lampung, hingga kini menyerang kantor MUI dengan air soft gun.
Kronologi versi polisi, pelaku penyerangan itu datang ke kantor MUI Pusat pukul 11.24. Pelaku mengaku ke staf resepsionis ingin bertemu dengan Ketua MUI. Namun, tidak bisa menjelaskan kepentingannya untuk bertemu.
Petugas pengamanan dalam (Pamdal) lantas mengamankan pelaku, namun saat itu malah melakukan penyerangan dengan senjata. Yang mengakibatkan dua orang staf resepsionis terluka. Saat kejadian juga kaca kantor MUI pecah, belum diketahui karena tertembak atau tertabrak staf yang menyelamatkan diri.
Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto mengatakan, senjata yang digunakan bila diperiksa secara kasat mata, senjatanya diduga air soft gun. ”dilihat dari gambarnya, ada gotrinya, lalu ada tabungnya. Tapi, untuk detilnya kami periksa di Laboratorium Forensik, apa jenis senjatanya,” paparnya.
Setelah melakukan penyerangan, pelaku ini keluar dari kantor MUI. Petugas Pamdal mengejar dan mengamankan pelaku. ”beberapa saat diamankan ini, pelaku pingsan dan dibawa ke polsek lalu, ke puskesmas Menteng,” ujarnya.
Dari sejumlah foto dan video yang beredar, saat pelaku penyerangan diamankan petugas diduga sudah pingsan. Pelaku tampak mengenakan baju kotak-kotak dan sedang digotong oleh sejumlah petugas untuk diamankan.
Karyoto mengatakan, Di Puskesmas Menteng, dokter menyatakan pelaku meninggal dunia. Untuk penyebab meninggal dunianya masih didalami dengan pemeriksaan berupa otopsi. ”Apakah punya penyakit atau yang lain-lainnya belum bisa disimpulkan.
Karyoto menuturkan, diketahui dari identitas yang dibawa pelaku penyerangan ini domisilinya Lampung. saat ini petugas berkoordinasi dengan Polda Lampung untuk mengetahui latar belakang pelaku. ”Kami kirim petugas ke Lampung untuk mendalami,” ujarnya.
Sementara Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombespol Komarudin menuturkan, di tas pelaku penyerangan petugas menemukan sejumlah barang. Diantaranya, obat-obatan, buku rekening, kartu identitas, dan surat. ”Jenis obat-obatannya belum diketahui,” tuturnya.
Saat ini petugas sedang mendalami kemungkinan pelaku terhubung dengan kelompok teroris. Koordinasi dilakukan dengan Densus 88 Anti Teror. ”Masuk jaringan atau tidak,” tambah Irjen Karyoto di kantor MUI kemarin.
Sementara diketahui pelaku penyerangan itu bernama Mustofa,60. Identitas pelaku diketahui dari kartu identitas yang dibawa pelaku. Pelaku ternyata pernah melakukan tindak pidana di Lampung. Kabidhumas Polda Lampung Kombespol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, pelaku penyerangan ke MUI berinsial M tersebut pernah melakukan perusakan di salah satu obyek vital di Lampung, yakni DPRD Lampung. Perusakan itu dilakukan pada 2016 yang lalu. ”Sudah divonis dalam kasus perusakan itu beberapa bulan,” ujarnya.
Memang dalam perusakan kantor DPRD itu, diketahui pelaku juga mengaku sebagai wakil Nabi Muhammad. Menurutnya, hal yang sama dilakukan saat menyerang kantor MUI. ”DIlakukan juga saat menyerang MUI,” urainya.
Sementara Dirkrimum Polda Metro Jaya Hengki Haryadi mengatakan, telah berkoordinasi dengan Densus 88 dan dipastikan pelaku tidak termasuk dalam jaringan teroris. Karena itu pelaku dikategorikan lone wolf atau pelaku tunggal dalam melakukan aksinya. “”Penyelidikan Densus 88, pelaku tidak masuk jaringan teror,” tuturnya kemarin.
Kepolisian dalam mengungkap kasus tersebut berkolaborasi antara profesi. Dia mengatakan, menggandeng Laboratorium Forensik untuk melakukan uji balistik. ”Koordinasi labfor dan Polda Lampung soal pelaku,” jelasnya.
Diketahui bahwa Mustofa, pelaku penyerangan sempat mengirimkan surat ke MUI. Dalam surat tertanggal 25 juli 2022 dan ditandatangani pelaku, ada sejumlah hal yang disebutkan. salah satunya menyebutkan kalau ketua MUI menolak dirinya, berarti menolak Rasul yang ingin mempersatukan umatnya.
Selain itu pelaku juga menyebut sudah empat kali diproses di Lampung. lalu ada sejumlah pernyataan lainnya yang cukup sulit untuk dipahami. Seperti, seandainya Tuhan mengirim wakil nabi bisa lebih dari satu kali. Saya tidak kerja Tuhan mengutus kembali, saya diancam firman Tuhan bahwa akan dipotong lidah hamba bila menyembunyikan kemampuannya.
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas berharap kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut. ’’Kenapa sampai ada yang menebar aksi teror di kantor MUI,’’ katanya. Dia mendapatkan informasi bahwa pelaku mengaku sebagai Nabi dan berasal dari Lampung. Dari secarik surat yang dia bawa, pelaku ingin bertemu dengan Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar.
Ketua MUI Cholil Nafis menuturkan sejumlah pimpinan sedang menggelar rapat rutin pada saat kejadian penembakan itu. ’’Kami sedang rapat di lantai empat. Dan mendengar ada tembakan serta suara pecahan kaca,’’ tuturnya. Sesaat itu rapat rutin dihentikan sementara.
Setelah ada kabar kasus penembakan ditangani kepolisian, rapat dilanjutkan sampai selesai sekitar pukul 12 siang. Dia menuturkan penembakan di kantor MUI pusat tersebut melukai petugas keamanan dan resepsionis MUI. Keduanya mengalami luka ringan karena pecahan kaca. Dia mengatakan pengurus MUI percaya aparat keamanan mampu menyelesaikan kasus ini dengan baik, tuntas, dan transparan.
Sementara itu Wakil Presiden Ma’ruf Amin selaku Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI ikut merespon kejadian penembakan di kantor MUI Pusat. Malalui Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi. Dia mengatakan, Ma’ruf Amin mengimbau masyarakat tidak terprovokasi atas kejadian penembakan itu.
’’Wakil Presiden mengimbau masyarakat tetap tenang dalam menanggapi kasus yang terjadi di kantor MUI pusat itu,’’ katanya. Dia menuturkan masyarakat, khususnya umat Islam tetap menjaga kondusivitas kehidupan bermasyarakat. Urusan penegakan hukum, diserahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian.
Masduki mengatakan kepada aparat kepolisian, Ma’ruf Amin menginstruksikan supaya dilakukan pengusutan sampai tuntas. Selain itu juga harus diselesaikan dengan cepat dan diusut secara terang benderang. Sehingga tidak memicu polemic yang liar di tengah masyarakat.
’’Wapres menyesalkan terjadinya kejadian penembakan itu,’’ tutur Masduki. Pasalnya, tindakan anarkis dan tidak bertanggung jawab itu dapat membahayakan keselamatan masyarakat. Khususnya kepada pengurus atau petugas MUI yang sedang bertugas. Informasi yang dia dapatkan, dua orang petugas MUI di bagian terima tamu mengalami luka ringan akibat terjadinya penembakan tersebut.
Masduki juga menuturkan Ma’ruf Amin titip pesan kepada para ulama dan kader-kader MUI dari tingkat pusat sampai daerah. Dalam pesannya, Ma’ruf Amin berharap mereka untuk tetap teguh menjalankan tugas dakwahnya. Serta tidak takut dan terpengaruh oleh berbagai hambatan dan ancaman. ’’Amar makruf nahi mungkar sebagai tugas utama kader-kader MUI harus tetap dilaksanakan dalam bingkai NKRI,’’ jelasnya.
Menteri Agama (Mena) Yaqut Cholil Qoumas juga menyampaikan dukungan kepada kepolisian untuk mengusut tuntas kasus penembakan di markas MUI pusat tersebut. ’’Saya sangat mengecam setiap tindak kekerasan, termasuk penembakan yang terjadi di kantor MUI,’’ jelasnya.
Yaqut meyakini kepolisian bakal bekerja secara profesional dalam mengusut kasus tersebut. Dia juga mendukung upaya kepolisian untuk mengidentifikasi identitas pelaku.
Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti sangat prihatin dengan kasus penembakan di kantor MUI. “Itu sebuah tindakan yang keterlaluan,” terangnya. Walaupun pelaku telah tertembak, polisi hendaknya tetap berusaha mengungkap pelaku dan motifnya. Kepada mereka yang terluka, kata Mu’ti, semoga mendapatkan perawatan medis yang terbaik, diberikan kesabaran, dan sehat seperti sediakala.
Mu’ti mengatakan, masyarakat, khususnya umat Islam, hendaknya tetap tenang, tidak terpengaruh provokasi yang bisa menimbulkan kepanikan publik. “Dan menyerahkan proses selanjutnya kepada aparatur keamanan,” ucapnya.
M Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum MUI yang juga mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI mengatakan, penyerangan kantor MUI sungguh memprihatinkan. “Apalagi saat umat Islam masih merayakan Idul Fitri,” paparnya.
Menurut dia, patut diduga pelakunya terpapar Islamofobia. Tindakan yang menyasar kantor MUI akan mudah dipahami sebagai bermotif kebencian terhadap MUI atau Islam. Maka jelas Islamofobia itu ada dan nyata.
Namun, tindakan berupa penyerangan atau perusakan terhadap masjid atau tokoh Islam, seperti yang terjadi di beberapa tempat terakhir ini dapat dipersepsikan sebagai tindakan sistematis dan tendensius. Kejadian serupa pernah terjadi berentetan jelang Pemilu 2019, tapi tidak pernah ada pengungkapan yg jelas. “Waktu itu, Mabes Polri hanya menyatakan pelakunya adalah orang-orang gila,” tegas Din
Mantan Ketum PP Muhammadiyah itu meminta umat Islam tetap tenang dan tidak terpancing, karena boleh jadi peristiwa itu merupakan bagian dari upaya provokasi agar umat Islam bereaksi membalas dendam. “Lebih baik diam sambil mencermati apa ujung dari peristiwa itu,” jelasnya.
Tokoh asal Sumbawa itu mengatakan, peristiwa itu juga pernah terjadi 1965. Yaitu, terjadi perusakan masjid, musala, serta penyerangan terhadap ulama dan zuama. “Seperti masa itu, kita pun sekarang merasa living years dangerously atau hidup pada tahun-tahun bahaya,” ungkap Din
Maka, lanjut Din, Polri harus mampu menangkap pelakunya dan mengungkap siapa dalang yang bermain di balik layar. “Sayang pelakunya tidak dapat diinterogasi karena meninggal atau dianggap gila. Kok orang-orang gila bisa beramai-ramai merusak tempat ibadat ya,?” ujarnya. (lum)