JAYAPURA – Hasil gerebek sampah Sa’ Pu Laut yang dilakukan Mollo Dive Community Jayapura bersama personel Brimob serta Rumah Bakau Jayapura di Jl Soa Siu mendapati bahwa dasar laut di Dok II Jayapura atau di depan Kantor Gubernur ini ternyata dipenuhi sampah. Jika hanya dilihat dari luar kondisi laut memang biru dan cukup bersih.
Namun jika menyelam ke bawah ternyata ada banyak tumpukan sampah. Jumlahnya juga tak sedikit sehingga sanking banyaknya, tumpukan sampah ini sudah mirip gundukan bukit. “Terlalu banyak sampah di bawah dan itu sampah botol maupun sampah plastik. Botol sudah menumpuk seperti sebuah bukit,” kata Ketua Mollo Dive Community Jayapura, Koman Tarigan usai menyelam, Sabtu (14/1).
Untungnya dalam kegiatan Sa’ Pu Laut kemarin ia dibantu beberapa penyelam dari Brimob Polda Papua yang turun dengan peralatan lengkap. Meski tidak bisa membersihkan sepenuhnya, namun paling tidak ada bukti nyata bahwa laut di Jayapura masih kotor.
“Kami pikir public sudah harus lebih cerdas dan bijak. Sangat sulit mengangkat sampah di dasar laut. Ada banyak tantangannya mulai dari gelombang, sendimentasi, batasan waktu menyelam termasuk harus didukung dengan biaya yang tidak sedikit,” jelas Koman.
Untuk perlengkapan menyelam satu orang membutuhkan paling tidak Rp 500 ribu dan tentunya tidak semua sampah bisa dipungut ke permukaan. Dan kalau menyatakan sebaiknya dibiarkan saja tentu bertentangan dengan tanggungjawab moril seorang penyelam yang harus menjaga laut. Sementara dari hasil gerebek sampah di dasar laut ini diperoleh banyak sekali sampah botol minuman keras, sampah plastik hingga ghost net atau jaring nelayan.
Tak hanya itu, ada juga seragam sekolah anak SD hingga pembalut wanita yang sangat sulit terurai ditemukan di dasar laut. Ronni Stanley dari Rumah Bakau Jayapura menyampaikan bahwa ada perilaku tak bertanggungjawab yang sangat mudah membuang sampah ke laut. “Ini agak miris juga karena untuk membersihkannya itu sangat sulit padahal selama ini laut banyak memberi manfaat untuk manusia tapi kenapa harus dikotori lagi,” sindirnya. (ade/tri)