Sopir Angkot, Ojol dan Distributor Sembako Menyikapi Naiknya Harga BBM
Sabtu (3/9) lalu, Presiden RI Joko Widodo telah resmi mengumumkan naiknya harga BBM jenis pertalite, bio solar dan Pertamax. Lalu bagaimana harapan masyarakat yang bekerja sebagai Ojek Online, sopir angkot, karyawan swasta yang gaji UMR dan pengusaha retail/distributor sembako?
Laporan: Priyadi: Jayapura
Keputusan naiknya harga bahan bakar minyak jenis pertalite, bio solar, dan pertamax yang telah diumumkan Presiden RI Joko Widodo pada hari Sabtu (3/9)lalu, dipastikan akan berdampak di semua sektor. Meski begitu, hingga kemarin untuk tarif ojek online (Ojol), gaji karyawan swasta, tarif sopir angkot, masih tetap seperti biasa, termasuk harga kebutuhan pokok belum mengalami penyesuaian atau kenaikan yang signifikan.
General Manager Retail Saga Group Jayapura yang juga Sekretaris Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Provinsi Papua Harris Manuputty mengakui, sampai sekarang untuk harga sembako masih relatif stabil walaupun harga BBM sudah naik. Menurutnya, nantinya jika ada penyesuaian harga kembali dampak naiknya harga BBM, biasanya ada informasi dari produsen barang yang ada di Jawa.
“Saat ini belum ada kenaikan harga sembako, dampak dari naiknya harga BBM. Sebab, kita masih di wilayah Timur Indonesia, jadi biasanya terlambat dan biasanya jika ada kenaikan harga biasanya dari pihak produsen di Jawa sudah lebih awal menginfo ke kita. Hanya saja, saya sudah tanyakan beberapa hari berturut-turut dari bulan lalu juga sudah tanyakan, tapi mereka belum ada kenaikan harga,’’katanya, Selasa (6/9)kemarin.
Walaupun demikian, kata Harris, nantinya harga sembako maupun lainnya diprediksi pasti akan mengalami kenaikan. Hanya saja, berapa persen kenaikannya, pihaknya belum tahu. Sebab, dengan harga BBM naik ini, dengan sendirinya ongkos produksi, ongkos kirim pasti naik.
Menurutnya, naiknya harga barang nanti disesuaikan masing-masing produsen di pabriknya. Jadi, kalau pabriknya naikkan harga, pasti harga akan naik, dan belum tahu berapa persen kenaikannya.
Walaupun harga BBM sudah naik, namun jika dilihat masyarakat dalam berbelanja untuk saat ini masih normal, karena memang masyarakat Kota Jayapura sudah terbiasa dengan harga yang tinggi. Jadi tidak ada panic buying yang langsung belanja dengan jumlah besar itu tidak seperti itu.
Di tempat terpisah, Andreas Iman Susanto salah satu pengurus komunitas Ojol di Kota Jayapura, mengakui sampai saat ini tarif Ojol masih belum dilakukan penyesuaian. Sebab, pada awal Agustus lalu memang sudah ditetapkan peraturan dari Kemenhub tentang kenaikkan tarif, tetapi hal tersebut masih ditunda yang awalnya tanggal 4 Agustus ditunda lagi sampai tanggal 14 Agustus dan masih ditunda lagi, dengan alasan perlu kajian ulang untuk kenaikkan tarif dan ini sebelum kenaikkan harga BBM pada hari Sabtu lalu.
Pasca kenaikan harga BBM, sampai saat ini tarif masih belum ada penyesuaian,masih seperti dulu. Sebab, instruksi dari Kemenhub masih perlu kajian ulang. Jadi pihak Gojek sudah memberikan pesan kepada mitranya bahwa nanti ada penyesuaian dari instruksi pemerintah.
Hal ini sangat berdampak pada omzet para driver Ojol, karena harga BBM sudah naik sehingga diharapkan Kemenhub bisa segera membuat regulasi yang tepat dalam penyesuaian tarif baru dan disampaikan kepada operator dan operator bisa membuat regulasi baru dengan pihak mitra.
Pasalnya, tingkat orderan di Kota Jayapura dalam masyarakat memanfaatkan Ojol sebelum ada kenaikan harga BBM memang sudah agak menurun, tidak seperti biasanya. Hal ini juga dipengaruhi pas momen tahun ajaran baru Pendidikan, sehingga masyarakat juga lebih memilih mengencangkan ikat pinggang, berhemat.
Selaku ojek pangkalan Sujinto mengaku, dampak naiknya harga BBM memang para ojek pangkalan sudah sepakat menaikkan tarif dari mulai Rp 2000-5000 tergantung dari jarak tempuh pengantaran.
Menurutnya, jika tidak dinaikkan, tentu para tukang ojek yang biasanya mangkal di pangkalan akan mengalami penurunan omzet, sehingga masyarakat juga harus mengerti dengan kondisi yang ada. Apalagi saat ini dengan adanya Ojol tentu ojek pangkalan lebih banyak menunggu pelanggan saja.
Sementara itu, Risma salah satu karyawan toko di Entrop juga mengaku, dampak dari naiknya harga BBM pasti berpengaruh terhadap semuanya mulai dari harga barang, ongkos transportasi dan lainnya. Hal ini berdampak pada biaya hidup semakin tinggi. Sebagai seorang karyawati, pihaknya tentu merasa prihatin dengan kondisi keuangan. Pastinya karena UMP belum naik, tapi semua kebutuhan sudah naik, ditambah lagi biaya kos, biaya hidup sehingga tidak bisa untuk menabung.
Ia berharap kepada pemerintah supaya bisa menaikan UMP kembali, sehingga karyawan yang gajinya hanya UMP bisa hidup lebih layak. Pasalnya, sebagai orang perantauan, ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah..
Ketua BPC Organda Kota Jayapura Arifin Sugianto Samady mengakui, baru saja tarif angkutan umum dilakukan penyesuaian pada tanggal 16 Agustus 2022, karena BBM bensin sudah tidak ada sehingga para sopir angkut bisa lega dalam bekerja. Tapi tak lama berselang Sabtu (6/9) lalu, pemerintah pusat telah menaikkan lagi harga BBM. Karena itu, para sopir angkot juga meminta segera dilakukan penyesuaian tarif lagi. Karena jika tidak segera dilakukan penyesuaian tarif angkot, maka biasanya para sopir angkot akan menaikan harga sendiri atau melakukan aksi mogok.
Untuk itu, ia berharap dalam waktu dekat ini pemerintah diminta segera melakukan penyesuaian tarif angkot jangan menunggu lama-lama supaya ada kepastian yang jelas. (*/tri)