Tiga Hari Pasca Keputusan Pemerintah Pusat Menaikkan Harga Bersubidi
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite, solar, dan juga pertamax, cukup dipastikan sangat berdampak di tengah masyarakat. Yang paling terdampak langsung adalah usaha jasa angkutan umum atau sopir angkot. Lantas seperti apa kondisi di lapangan saat ini?
Laporan : Carolus Daot & Noel IU Wenda-Jayapura
Naiknya harga BBM bersubsidi memang sangat dirasakan oleh masyarakat. Dipastikan naiknya harga BBM ini akan memberikan efek domino. Artinya, memberikan efek di semua sektor, harga-harga berbagai kebutuhan bakal naik. Namun sejauh ini, dampak dirasakan langsung para sopir angkot yang selama ini beroperasi di Kota Jayapura dalam tiga hari terakhir ini sejak harga BBM naik.
Pardi (42) sopir angkutan umum jurusan Kotaraja-Abepura, mengaku kenaikan harga BBM sangat mempengaruhi omset pemasukannya setiap hari. Menurut dia, harga BBM saat ini tidak sesuai dengan harga tarif angutan umum.
Dimana tarif, angkutan jurusan Kotaraja-Abepura, khusus anak sekolah hanya Rp 3.500 kemudian penumpang biasa Rp 5.000. namun melihat kenaikan BBM saat ini Pardi berharap agar tarif angkutan umum segera dilakukan penyesuaian.
“Kalau bisa tarif untuk penumpang biasa Rp 7 ribu, anak anak sekolah Rp 5 ribu. Dan tidak usah bikin harga tarif dengan angka ganjil, karena selama ini tarif anak sekolah 3.500, tapi kenyataanya tidak ada yang bayar Rp 3.500. karena uang koin 500 perak sudah susah didapat,” ujar Pardi, saat ditemui wartawan di Kotaraja, Selasa, (5/9).
Hal lain yang dia sampaikan terkait dampak kenaikan BBM subsidi ini adalah karena pastinya semua komoditi akan mengalami kenaikan, sehingga menurut Pardi tidak ada salahnya jika pemerintah Kota Jayapura untuk segera melakukan aturan terbaru perubahan tarif angkutan umum.
“Kenaikan BBM subsidi ini pastinya akan berpengaruh pada harga barang di pasar tradisional, maka kami juga berhak untuk minta kenaikan tarif angkutan, karena jika tidak, maka kami yang akan rugi,” ujarnya.
Sementara ditempat terpisah Edi warga Kotaraja dalam mengatakan pembaharuan kenaikan tarif angkutan yang diinginkan oleh sejumkah sopir angkut dinilai terlalu tinggi. Dimana menurut Edi dengan melihat pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih melemah, maka tarif angkutan seperti yang diminta oleh para sopir angkutan umum terlalu melebihi kemampuan masyarakat.
“Jangan juga mereka minta perubahan tarif semahal itu, karena kita tahu bahwa saat ini ekonomi masyarakat masih susah,” pinta Edi.
Diapun menambahkan jika pemerintah ingin melakukan perubahan tarif angkutan, maka Perlu mempertimbangkan berbagai macam sisi dampak dari pada kebijakan itu, sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan. Sebab, menurut dia kenaikan BBM saat ini bukan cuma sopir yang berdampak, tetapi semua kalangan masyarakat terkena dampak.
“Bukan cuma sopir yang terkena dampak kenaikan BBM ini, kami masyarakat juga terkena dampak, karena astinya harga bahan makanan pokok jugapasti akan naik,” terang Edi.
Edi berharap pemerintah bisa lebih bijak membuat aturan terutama terkait kenaikan tarif angkutan umum, sebab jika tidak maka akan menumbulkan persolan lain di masyarakat. “Kami cuma minta agar kenaikan BBM ini tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, secara terpisah para sopir angkot di Ekspo Waena berencana akan melakukan aksi demonstrasi dengan mogok narik pada Kamis mendatang. “Hal ini (Mogok Narik) terkait kenaikan hargga BBM yang naik namun harga tarif yang belum naik, kami sopir minta ada kenaikan ongkos tarif terkait kenaikan BBM,” kata Ketua Ikatan Keluargga Besar Sopir (IKBS) Abe Waena Laode Yasis di Waena, Senin, (5/9).
Ia mengaku hal ini sudah dirinya sampaikan ke Organda dan dilajutkan ke Dinas Perhubungan.
“Saya sudah sampaikan ke Organda dan dia (Organda) sedang berkoordinasi dinas perhubungan Kota dan Kota akan Koordinasi ke Provinsi,” katanya.
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM ini memang sangat berpengaruh pada pendapatan para sopir. Karen itu, perlu ada penyesuaian tarif angkutan. Pihaknya masih menunggu keputusan Dishub atau Pemkot Jayapura, jika tidak ada jawaban akan dilakukan aksi pada Kamis (8/9) lusa.
“Kemungkinan dalam seminggu atau sampai Kamis, kami kasih waktu. Jadi angkot jalur JI dan J2 kami berikan kesempatan sampai hari Kamis sementara kami belum naikan, dan jika tidak ada kepastian, maka kami akan lakukan aksi mogok tidak akan narik,” katanya
Ia mengatakan sebagai sopir kenaikan ini berdampak sekali bagi pendapatan mereka sehari – hari. Karena itu, ia dan bersama supir taksi lainya sepakat untuk jalur, J1 dan J2 akan naik ke – Rp.8.000.
“Kenaikan BBM dari Rp. 7.650 sekarang pertalite naik menjadi Rp.10.000, kami JI dan J2 kami minta penyesuaian harga tariff kami naik ke Rp. 8.000 dari sebelum Rp. 6.000,” katanya.
Soal tarif lain di jurusan lain, pihaknya belum komunikasi. Namun ia mengatakan hal ini tentu juga dirasakan semua angkot, maka aksi pada kamis mereka akan bergabung.
“Kami harap jangan lama, jika berlarut menambah kesengsaraan sopir. Karena dampak kenaikan BBM juga daya beli menurun dan harga bama semua akan naik maka segala kebutuhan semua naik dengan naiknya BBM,” katanya.
Ia menambahkan pihaknya juga sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kota Jayapura, namun belum ada respon baik terkait dengan tuntutan penyesuaian tariff angkot ini. “Jika tidak ada tanggapan, mogok akan berlanjut. Kami ini jadi korban, maka kami akan aksi,” katanya. (*/tri)