Dinkes Papua Akui Keterlambatan Pengiriman Obat dari Luar Negeri
JAYAPURA-Masih terkait dengan stok obat malaria, RSUD Jayapura akui stok obat malaria khusus untuk injeksi sudah masuk di RSUD Jayapura. Setelah sebelumnya dikabarkan stok obat malaria injeksi di RSUD Jayapura kosong, kini sudah ada penambahan 3.200 vial.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Jayapura, dr. Andreas Pekey,SpPD mengatakan kondisi stok obat malaria injeksi di RSUD Jayapura sudah tersedia. “Sebelumnya kami sudah melakukan pemesanan di Kimia Farma, dan juga di Dinkes Papua, dan sekarang sudah ada penambahan sebanyak 3.200 vial,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (15/7) kemarin.
Diakuinya, selain obat injeksi, obat malaria khusus tablet juga sudah tersedia. Pihaknya hanya kewalahan pada saat obat injeksi habis, karena kesulitan untuk penanganan pasien-pasien kronis.
“Saat ini kondisi sudah aman, ketersediaan obat lengkap maka penanganan pasien juga akan semakin baik, selain obat penanganan pasien kami juga masih stabil, tidak ada kenaikan pasien malaria yang signifikan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Robby Kayame menyebut, adanya keterlambatan pengiriman obat malaria ke Papua lantaran obat tersebut didatangkan dari Negara Cina dan India.
“Kita berharap dalam minggu ini kita akan mendapat 36 ribu produk obat malaria, sehingga kita bisa mendalangi kekurangan obat malaria di rumah sakit kota dan kabupaten,” kata Robby Kayame kepada Cenderawasih Pos, Jumat (15/7) kemarin.
Dengan tibanya obat tersbeut, Robby Kayame berharap bisa mengatasi kekurangan obat malaria yang terjadi di Papua saat ini. Ia juga menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Papua sudah bersurat kepada Kementerian Kesehatan RI terkait dengan keterbatasan obat malaria tersebut.
“Kita juga mengirim surat ke Kementrian Kesehatan RI dalam rangka meminta untuk mengalihkan stok obat malaria yang ada di Provinsi lain di Indonesia, yang tidak ada malarianya agar stok obat yang masih banyak bisa digeser ke Papua,” kata Robby Kayame.
Langkah lainnya yang dilakukan Dinkes Papua lanjut Robby, daerah gunung di Papua yang kasus malarianya kurang maka obatnya ditarik dan dipindahkan ke daerah yang banyak kasus malarianya di Papua.
“Selain itu, pemberian obat berdasarkan hasil pemeriksaan malaria positif. Sehingga efisiensi obat bisa dijaga. Selain itu, kami juga sudah mengadakan loka karya untuk pembagian kelambunisasi Papua, supaya masyarakat Papua dengan penggunaan kelambu bisa menghindari gigitan nyamuk, sehingga masyarakat tidak sakit malaria,” bebernya.
Dinas Kesehatan Provinsi sendiri kata Robby Kayame, untuk pendampingan monitoring, kontroling dan pelayanan kesehatan baik di primer maupun rujukan rumah sakit. Ia berharap rumah sakit yang ada di Provinsi Papua tetap melakukan pelayanan kesehatan yang baik dan teristimewa dalam pengelolaan manajemen pengelolaan obat dan alat kesehatan.
Selain itu, bimbingan teknis supaya bisa memberikan obat sesuai dengan hasil konfirmasi laboratorium. Apabila positif malaria baru diberikan obatnya dalam rangka efisiensi obat obat malaria yang ada.
“Dengan kami lakukan seperti itu, kita menghemat obat obat malaria. Kami sudah cek juga di Kementrian Kesehatan, dimana obat malaria didatangkan dari Cina dan India. Mereka (Kementrian-red) bilang sedang diupayakan supaya obat malaria segera masuk ke Indonesia, semoga saja tidak mengalami hambatan,” harapnya.
Ia berharap masyarakat Papua memperhatikan jentik jentik nyamuk yang ada di selokan dan lainnya, selain itu kondisi rumah harus dibersihkan agar tidak terjadi penularan malaria dalam rumah. Serta, makan yang cukup dan isterahat. (ana/fia/tri)