Friday, December 27, 2024
25.7 C
Jayapura

KMAN VI Momentum Tegaskan Keberagaman itu Indah. 

Mathius Awoitauw: Kita Harus Bersatu dan Kompak Karena ini Persembahan Luar Biasa Bagi Masyarakat Adat

JAKARTA-Sebagai salah satu organisasi masyarakat adat terbesar di dunia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memiliki sebuah perhelatan yang menjadi momentum bagi refleksi dan konsolidasi menuju gerakan masyarakat adat yang terpimpin, yaitu Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN).

KMAN diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan menjadi proses pengambilan keputusan strategis tertinggi, dimana masyarakat adat melakukan musyawarah dalam merumuskan sikap dan pandangan, mengonsolidasikan gerakan masyarakat adat, melakukan dialog, serta merumuskan dan menetapkan mekanisme organisasi.

Saat ini, KMAN juga tengah melakukan serangkaian persiapan menuju KMAN VI yang akan diselenggarakan di Wilayah Adat Tabi, Papua pada tanggal 24-30 Oktober 2022 dengan tema “Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis”.

Pemulihan menjadi kata kunci yang menegaskan persoalan masyarakat adat. Sementara kedaulatan menjadi pengikat atas melekatnya hak masyarakat adat yang sekaligus menjadi syarat bagi Indonesia untuk merawat keberagaman dan ketangguhan menghadapi krisis apapun.

Baca Juga :  Komnas HAM: Nakes Tak Boleh Bekerja di Bawah Tekanan!

Ketua Panitia KMAN VI yang juga Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si.,  menegaskan bahwa perhelatan KMAN VI akan jadi momentum untuk menegaskan bahwa keberagaman itu indah.

“Kita harus bersatu dan kompak karena ini adalah persembahan luar biasa bagi Masyarakat Adat. Kita akan sambut saudara-saudara kita dari seluruh penjuru nusantara,” ucapnya dalam rilis yang diterima media ini, Kamis (14/7), malam.

Selain instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dukungan atas KMAN VI juga datang dari komunitas Masyarakat Adat Papua, DPR Papua, Gubernur Papua, Dewan Adat Papua, dan Majelis Rakyat Papua.

Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi menyatakan rasa terima kasih atas derasnya dukungan dari berbagai pihak, terutama masyarakat adat di wilayah adat Tabi. Ia mengutarakan bahwa AMAN ingin masyarakat adat di Papua menjadi salah satu fokus yang tampil dalam KMAN VI.

Baca Juga :  Peran Kepala Kampung, Distrik dan Kelurahan Harus Ditingkatkan

Selain itu, KMAN VI ini akan menunjukkan bahwa masyarakat adat adalah komponen utama dan garda terdepan bangsa serta solusi atas berbagai persoalan di Indonesia dan dunia.

“KMAN VI akan dihadiri oleh sekira lima ribu sampai sepuluh ribu masyarakat adat dari berbagai penjuru nusantara, serta ratusan peninjau (perwakilan masyarakat adat mancanegara, aktivis, peneliti, akademisi, jurnalis, para duta besar negara-negara sahabat, dan lainnya) yang mencapai sekitar 30 persen dari jumlah peserta. Kami akan hadir sebagai saudara, bukan tamu. Semua akan berkumpul di wilayah adat Tabi, tinggal di rumah penduduk, dan makan dari makanan yang dikonsumsi masyarakat adat di sana,” ungkap Rukka.

KMAN VI akan mencakup beragam kegiatan yang terdiri dari pawai budaya, dialog umum, rangkaian sarasehan, sidang-sidang KMAN VI, pagelaran seni dan budaya masyarakat adat, pameran produk masyarakat adat, festival kuliner, Festival Danau Sentani serta perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Papua.(roy/nat)

Mathius Awoitauw: Kita Harus Bersatu dan Kompak Karena ini Persembahan Luar Biasa Bagi Masyarakat Adat

JAKARTA-Sebagai salah satu organisasi masyarakat adat terbesar di dunia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memiliki sebuah perhelatan yang menjadi momentum bagi refleksi dan konsolidasi menuju gerakan masyarakat adat yang terpimpin, yaitu Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN).

KMAN diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan menjadi proses pengambilan keputusan strategis tertinggi, dimana masyarakat adat melakukan musyawarah dalam merumuskan sikap dan pandangan, mengonsolidasikan gerakan masyarakat adat, melakukan dialog, serta merumuskan dan menetapkan mekanisme organisasi.

Saat ini, KMAN juga tengah melakukan serangkaian persiapan menuju KMAN VI yang akan diselenggarakan di Wilayah Adat Tabi, Papua pada tanggal 24-30 Oktober 2022 dengan tema “Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis”.

Pemulihan menjadi kata kunci yang menegaskan persoalan masyarakat adat. Sementara kedaulatan menjadi pengikat atas melekatnya hak masyarakat adat yang sekaligus menjadi syarat bagi Indonesia untuk merawat keberagaman dan ketangguhan menghadapi krisis apapun.

Baca Juga :  Warga yang Bertikai Diminta Menahan Diri

Ketua Panitia KMAN VI yang juga Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si.,  menegaskan bahwa perhelatan KMAN VI akan jadi momentum untuk menegaskan bahwa keberagaman itu indah.

“Kita harus bersatu dan kompak karena ini adalah persembahan luar biasa bagi Masyarakat Adat. Kita akan sambut saudara-saudara kita dari seluruh penjuru nusantara,” ucapnya dalam rilis yang diterima media ini, Kamis (14/7), malam.

Selain instansi pemerintah di tingkat pusat dan daerah, dukungan atas KMAN VI juga datang dari komunitas Masyarakat Adat Papua, DPR Papua, Gubernur Papua, Dewan Adat Papua, dan Majelis Rakyat Papua.

Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi menyatakan rasa terima kasih atas derasnya dukungan dari berbagai pihak, terutama masyarakat adat di wilayah adat Tabi. Ia mengutarakan bahwa AMAN ingin masyarakat adat di Papua menjadi salah satu fokus yang tampil dalam KMAN VI.

Baca Juga :  Pemkab Siap Hadirkan Bioskop di Kota Sentani

Selain itu, KMAN VI ini akan menunjukkan bahwa masyarakat adat adalah komponen utama dan garda terdepan bangsa serta solusi atas berbagai persoalan di Indonesia dan dunia.

“KMAN VI akan dihadiri oleh sekira lima ribu sampai sepuluh ribu masyarakat adat dari berbagai penjuru nusantara, serta ratusan peninjau (perwakilan masyarakat adat mancanegara, aktivis, peneliti, akademisi, jurnalis, para duta besar negara-negara sahabat, dan lainnya) yang mencapai sekitar 30 persen dari jumlah peserta. Kami akan hadir sebagai saudara, bukan tamu. Semua akan berkumpul di wilayah adat Tabi, tinggal di rumah penduduk, dan makan dari makanan yang dikonsumsi masyarakat adat di sana,” ungkap Rukka.

KMAN VI akan mencakup beragam kegiatan yang terdiri dari pawai budaya, dialog umum, rangkaian sarasehan, sidang-sidang KMAN VI, pagelaran seni dan budaya masyarakat adat, pameran produk masyarakat adat, festival kuliner, Festival Danau Sentani serta perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Papua.(roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya