Monday, November 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Buchtar Tabuni: Polisi Tidak Hargai Privasi Orang dan Kami Dikeroyok Aparat

JAYAPURA-Pasca pembubaran agenda rapat yang digelar Buchtar Tabuni selaku Ketua Dewan West Papua (Chairman of the West Papua Council) dari pemerintahan sementara United Liberation Movement for West Papua, Kamis (24/3) kemarin hingga mengakibatkan terjadi ketegangan dengan aparat Kepolisian, Ketua Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP) Ketua Dewan West Papua (Chairman of the West Papua Council), Buchtar Tabuni buka suara.

Buchtar Tabuni menilai, Kepolisian tidak menghargai privasi dirinya dan keluarganya saat mendatangi rumahnya  ketika melakukan patroli di wilayah tersebut. Polisi menurutnya harus menghargai privasinya dengan meminta izin ketika ingin mengambil dokumentasi di lingkungan merahnya.

“Harus minta izin dulu. Ini rumah saya dan cara mereka (polisi) tidak sopan,” kata Buchtar Tabuni kepada awak media, Jumat (25/3).

Dirinya mengakui, awalnya meminjamkan tempat untuk mengadakan rapat internal  yang digelar United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Namun belum juga rapat dimulai, pihak kepolisian menurut Buchtar Tabuni datang dengan kekuatan penuh.

Dirinya saat itu berkomunikasi dengan Kasat Intel Polresta Jayapura Kota, namun salah seorang anggota Polisi mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengambil gambar tanpa meminta izin. Tindakan tersebut menurutnya sangat mengganggu mereka sebagai tuan rumah.

Baca Juga :  Minta Pemerintah Hadirkan Pengadilan HAM di Papua

“Harusnya izin dulu saat ambil video atau foto. Jadi aaya duduk dengan ade-ade dalam rumah, mereka (polisi) datang. Saya sementara komunikasi dengan pak Kasat tapi satu orang ini ambil gambar. Saya marah jadi saya bilang pukul yang ambil gambar. Salah satu adik yang temani saya sempat pukul, karena kami merasa terganggu karena di rumah saya kenapa tidak izin dulu,” jelasnya.

Dikatakan, perintah pemukulan karena ia menilai pada saat itu cara-cara yang dilakukan pihak kepolisian tidak sopan. Pasalnya tanpa memberitahu terlebih dahulu, masuk ke dalam rumah lalu langsung melakukan pemotretan dan ini sudah menganggu privasi orang lain.

“Saya hanya duduk dengan keluarga. Mereka (polisi) sudah datang rekam-rekam. Mereka harus kasih tahu saya, maksud ambil gambar ini apa? Saya marah, ini rumah saya, itu hak privasi saya, kenapa ambil gambar  jadi saya perintahkan anak buah saya,” tegasnya.

Pasca kejadian itu, Buchtar Tabuni mengaku sempat terjadi ketegangan hingga akhirnya ia dan beberapa orang diamankan ke Mapolresta Jayapura Kota. “Jadi saat itu kami mencegah (perkelahian) antara adik saya dengan pihak polisi. Tapi pihak polisi keroyok adik saya dan saya juga, kami tidak keroyok,” tambahnya.

Baca Juga :  Road to Harkordia Momentum Membangun Komitmen Memberantas Korupsi

Buchtar Tabuni mengaku akibat pengeroyokan itu, pelipis bagian kiri matanya mengalami luka. Dirinya juga mengaku sempat dicekik yang membuat susah menelan makanan dan minuman. “Sisa sakitnya masih ada. Saya telan makann dan munum juga masih sakit,” tambahnya.

Terkait kejadian ini, Buchtar Tabuni meminta agar siapa pun yang bertamu ke rumah orang, harus minta izin dulu.  Karena hal ini berkaitan dengan privasi orang dan pihaknya saat itu tidak berniat  melawan karena polisi diterima dengan baik.

“Saya meminta agar Kapolda Papua bisa mendisiplinkan anggotanya. Ssiapa pun yang ingin bertamu  harus menghargai privasi orang. Prinsipnya kami orang Papua itu tahu aturan. Kalau orang sopan pasti kami juga sopan. Tapi cara (Polisi) yang dilakukan berlebihan dan tidak sopan,” tutupnya. (oel/nat)

JAYAPURA-Pasca pembubaran agenda rapat yang digelar Buchtar Tabuni selaku Ketua Dewan West Papua (Chairman of the West Papua Council) dari pemerintahan sementara United Liberation Movement for West Papua, Kamis (24/3) kemarin hingga mengakibatkan terjadi ketegangan dengan aparat Kepolisian, Ketua Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP) Ketua Dewan West Papua (Chairman of the West Papua Council), Buchtar Tabuni buka suara.

Buchtar Tabuni menilai, Kepolisian tidak menghargai privasi dirinya dan keluarganya saat mendatangi rumahnya  ketika melakukan patroli di wilayah tersebut. Polisi menurutnya harus menghargai privasinya dengan meminta izin ketika ingin mengambil dokumentasi di lingkungan merahnya.

“Harus minta izin dulu. Ini rumah saya dan cara mereka (polisi) tidak sopan,” kata Buchtar Tabuni kepada awak media, Jumat (25/3).

Dirinya mengakui, awalnya meminjamkan tempat untuk mengadakan rapat internal  yang digelar United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Namun belum juga rapat dimulai, pihak kepolisian menurut Buchtar Tabuni datang dengan kekuatan penuh.

Dirinya saat itu berkomunikasi dengan Kasat Intel Polresta Jayapura Kota, namun salah seorang anggota Polisi mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengambil gambar tanpa meminta izin. Tindakan tersebut menurutnya sangat mengganggu mereka sebagai tuan rumah.

Baca Juga :  Pj Gubernur PPS Nilai Bukan Masalah

“Harusnya izin dulu saat ambil video atau foto. Jadi aaya duduk dengan ade-ade dalam rumah, mereka (polisi) datang. Saya sementara komunikasi dengan pak Kasat tapi satu orang ini ambil gambar. Saya marah jadi saya bilang pukul yang ambil gambar. Salah satu adik yang temani saya sempat pukul, karena kami merasa terganggu karena di rumah saya kenapa tidak izin dulu,” jelasnya.

Dikatakan, perintah pemukulan karena ia menilai pada saat itu cara-cara yang dilakukan pihak kepolisian tidak sopan. Pasalnya tanpa memberitahu terlebih dahulu, masuk ke dalam rumah lalu langsung melakukan pemotretan dan ini sudah menganggu privasi orang lain.

“Saya hanya duduk dengan keluarga. Mereka (polisi) sudah datang rekam-rekam. Mereka harus kasih tahu saya, maksud ambil gambar ini apa? Saya marah, ini rumah saya, itu hak privasi saya, kenapa ambil gambar  jadi saya perintahkan anak buah saya,” tegasnya.

Pasca kejadian itu, Buchtar Tabuni mengaku sempat terjadi ketegangan hingga akhirnya ia dan beberapa orang diamankan ke Mapolresta Jayapura Kota. “Jadi saat itu kami mencegah (perkelahian) antara adik saya dengan pihak polisi. Tapi pihak polisi keroyok adik saya dan saya juga, kami tidak keroyok,” tambahnya.

Baca Juga :  DPR Setujui RUU Pembentukan Papua Barat Daya Jadi RUU Inisiatif DPR

Buchtar Tabuni mengaku akibat pengeroyokan itu, pelipis bagian kiri matanya mengalami luka. Dirinya juga mengaku sempat dicekik yang membuat susah menelan makanan dan minuman. “Sisa sakitnya masih ada. Saya telan makann dan munum juga masih sakit,” tambahnya.

Terkait kejadian ini, Buchtar Tabuni meminta agar siapa pun yang bertamu ke rumah orang, harus minta izin dulu.  Karena hal ini berkaitan dengan privasi orang dan pihaknya saat itu tidak berniat  melawan karena polisi diterima dengan baik.

“Saya meminta agar Kapolda Papua bisa mendisiplinkan anggotanya. Ssiapa pun yang ingin bertamu  harus menghargai privasi orang. Prinsipnya kami orang Papua itu tahu aturan. Kalau orang sopan pasti kami juga sopan. Tapi cara (Polisi) yang dilakukan berlebihan dan tidak sopan,” tutupnya. (oel/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya