Monday, December 23, 2024
33.7 C
Jayapura

Mau Naik Mobil, eh Kepala Bayi Sudah Keluar

Sopir Taksi Online di Banyuwangi Jadi Bidan Dadakan Bantu Persalinan Penumpang

Melalui telepon, Ahmad Abdul Hadi dipandu bidan tentang apa saja yang harus dilakukan untuk membantu Amanda Pratama melahirkan. Dengan sang suami memegangi kepala dan kaki Amanda, bayi pun lahir selamat di teras rumah.

FREDY RIZKI, Banyuwangi

HARI perkiraan lahir janin yang dikandung Amanda Pratama sebenarnya masih sekitar dua pekan lagi. Namun, sejak Senin (21/2) pagi, istri Rian Abdillah itu mengeluh sakit perut dan beberapa kali mengalami kontraksi.

Feeling Rian, anak keduanya segera lahir. Tak menunggu lama, pagi itu juga warga Graha Blambangan, Kelurahan Banjarsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu pun langsung memesan taksi online untuk mengantar istrinya menjalani tes swab antigen. Sebelum persalinan, bidan memang meminta istrinya dipastikan bebas dari Covid-19.

Tak seberapa lama, pada pukul 08.30 taksi online yang dikemudikan Ahmad Abdul Hadi, warga Kelurahan Sobo, Kecamatan Banyuwangi, tiba di rumah Rian. Begitu mobil Wuling Confero yang dikemudikan Hadi datang, rasa mulas di perut Amanda semakin terasa. Hadi yang baru saja duduk berbincang dengan suami dan ayah Amanda langsung tergopoh masuk lagi ke kendaraan.

Melihat jok tengah mobilnya hanya dua, Hadi berpikir, penumpangnya yang sedang hamil tidak mungkin ditempatkan di sana. Mau tidak mau dilakukan sedikit modifikasi. Setelah berdiskusi dengan Rian, pria 50 tahun itu lantas melipat kursi belakang. Setelah itu, digelarlah tikar yang dilapisi selimut dan bantal agar lebih empuk dan nyaman.

Baca Juga :  Ada Posko Ternak, Pakan, dan Belasan Dokter Hewan yang Siap Memeriksa

Hadi kemudian turun dari mobil membantu Amanda yang sudah tidak kuat jalan naik ke atas mobil. ”Waktu mau diangkat, Amanda bilang, ’Mas, keluar… keluar.’ Saya tidak paham. Saya pikir ketubannya, ternyata bayinya yang mau keluar,” kenang Hadi sebagaimana yang disampaikan kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.

Melihat kondisi sudah genting, Amanda urung dimasukkan ke mobil. Hadi dan Rian lalu mengangkat Amanda ke teras rumah. Rian kemudian menelepon bidan yang awalnya akan membantu persalinan Amanda. Dia lantas memberikan nomor telepon bidan tersebut kepada Hadi.

Jadilah Hadi yang berkomunikasi dengan bidan untuk melakukan persalinan darurat di teras rumah. ”Daripada kejepit, saya bawa ke teras rumah supaya lebih leluasa. Handphone-nya saya minta supaya bisa membantu mbaknya (Amanda, Red) melahirkan,” kata Hadi.

Selama 30 menit, Hadi, Rian, dan ayah Rian bergantian menjalankan tugas untuk membantu persalinan. Hadi bertugas menerima instruksi dari bidan dan mencari alat-alat yang dibutuhkan.

Rian memegangi kepala dan kaki istrinya yang berusia 26 tahun itu agar bisa mengeluarkan bayi dengan lebih mudah. Hingga akhirnya, persalinan berhasil dilakukan. Bayi perempuan dalam kondisi sehat lahir di teras rumah tersebut.

Hadi lalu mendapat instruksi dari bidan untuk segera memberikan selimut dan handuk kepada bayi. Dia meminta Amanda langsung memeluk bayi perempuan yang baru dilahirkan itu. Selanjutnya, Hadi langsung membantu Amanda naik lagi ke atas mobil, lalu mengantarnya ke rumah bidan Ayu Retnita Dewi yang sejak awal memimpin persalinan dari balik telepon.

Baca Juga :  Tidak Mau Bantuan Cuma-cuma, Selalu Meminta Pekerjaan

Rian baru tiga hari tinggal di rumahnya yang sekarang, Graha Blambangan, Kecamatan Glagah. Otomatis, pria 29 tahun itu belum kenal dengan banyak orang.

”Ya, di teras ini proses kelahirannya dibantu sopir taksi online dan bapak saya. Waktu dibawa ke bidan, ari-arinya juga belum keluar,” ujar Rian.

Bidan Ayu Retnita Dewi menceritakan, pasangan Rian dan Amanda sudah beberapa kali periksa di tempat praktiknya di Jalan KH Agus Salim, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri. Sebelum persalinan, pasiennya memang mengirim pesan WhatsApp.

Begitu suami Amanda menelepon, Ayu sudah mengira kondisi pasiennya tersebut. Dia sempat meminta Amanda segera dibawa ke tempat praktiknya. Karena air ketuban telanjur pecah lebih awal, dia meminta agar ditunggu sampai seluruh badan bayi bisa dikeluarkan. ”Waktu itu saya juga masih menangani persalinan. Jadi, saya pantau lewat telepon,” ujarnya.

Begitu rombongan Amanda yang diantar sopir taksi online tiba, Ayu langsung memeriksa dari atas mobil. Setelah itu, dia mengeluarkan ari-ari yang masih berada di dalam rahim. Selanjutnya, bayi kembali ditangani sesuai dengan prosedur agar tetap hangat. ”Bayinya cukup besar, bobotnya 3,6 kilogram dan panjangnya 50 sentimeter. Semuanya sehat,” jelas Ayu.

Hadi baru kali ini harus menjadi ”bidan.” ”Alhamdulillah, prosesnya lancar. Saya sempat usulkan memberi nama bayinya Confero. Bayinya perempuan, bagus dipanggil Fero,” katanya, lalu tertawa. (*/aif/c14/ttg/JPG)

Sopir Taksi Online di Banyuwangi Jadi Bidan Dadakan Bantu Persalinan Penumpang

Melalui telepon, Ahmad Abdul Hadi dipandu bidan tentang apa saja yang harus dilakukan untuk membantu Amanda Pratama melahirkan. Dengan sang suami memegangi kepala dan kaki Amanda, bayi pun lahir selamat di teras rumah.

FREDY RIZKI, Banyuwangi

HARI perkiraan lahir janin yang dikandung Amanda Pratama sebenarnya masih sekitar dua pekan lagi. Namun, sejak Senin (21/2) pagi, istri Rian Abdillah itu mengeluh sakit perut dan beberapa kali mengalami kontraksi.

Feeling Rian, anak keduanya segera lahir. Tak menunggu lama, pagi itu juga warga Graha Blambangan, Kelurahan Banjarsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu pun langsung memesan taksi online untuk mengantar istrinya menjalani tes swab antigen. Sebelum persalinan, bidan memang meminta istrinya dipastikan bebas dari Covid-19.

Tak seberapa lama, pada pukul 08.30 taksi online yang dikemudikan Ahmad Abdul Hadi, warga Kelurahan Sobo, Kecamatan Banyuwangi, tiba di rumah Rian. Begitu mobil Wuling Confero yang dikemudikan Hadi datang, rasa mulas di perut Amanda semakin terasa. Hadi yang baru saja duduk berbincang dengan suami dan ayah Amanda langsung tergopoh masuk lagi ke kendaraan.

Melihat jok tengah mobilnya hanya dua, Hadi berpikir, penumpangnya yang sedang hamil tidak mungkin ditempatkan di sana. Mau tidak mau dilakukan sedikit modifikasi. Setelah berdiskusi dengan Rian, pria 50 tahun itu lantas melipat kursi belakang. Setelah itu, digelarlah tikar yang dilapisi selimut dan bantal agar lebih empuk dan nyaman.

Baca Juga :  Tidak Perlu Banyak Pendonor, Dapat Menyelamatkan Pasien

Hadi kemudian turun dari mobil membantu Amanda yang sudah tidak kuat jalan naik ke atas mobil. ”Waktu mau diangkat, Amanda bilang, ’Mas, keluar… keluar.’ Saya tidak paham. Saya pikir ketubannya, ternyata bayinya yang mau keluar,” kenang Hadi sebagaimana yang disampaikan kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.

Melihat kondisi sudah genting, Amanda urung dimasukkan ke mobil. Hadi dan Rian lalu mengangkat Amanda ke teras rumah. Rian kemudian menelepon bidan yang awalnya akan membantu persalinan Amanda. Dia lantas memberikan nomor telepon bidan tersebut kepada Hadi.

Jadilah Hadi yang berkomunikasi dengan bidan untuk melakukan persalinan darurat di teras rumah. ”Daripada kejepit, saya bawa ke teras rumah supaya lebih leluasa. Handphone-nya saya minta supaya bisa membantu mbaknya (Amanda, Red) melahirkan,” kata Hadi.

Selama 30 menit, Hadi, Rian, dan ayah Rian bergantian menjalankan tugas untuk membantu persalinan. Hadi bertugas menerima instruksi dari bidan dan mencari alat-alat yang dibutuhkan.

Rian memegangi kepala dan kaki istrinya yang berusia 26 tahun itu agar bisa mengeluarkan bayi dengan lebih mudah. Hingga akhirnya, persalinan berhasil dilakukan. Bayi perempuan dalam kondisi sehat lahir di teras rumah tersebut.

Hadi lalu mendapat instruksi dari bidan untuk segera memberikan selimut dan handuk kepada bayi. Dia meminta Amanda langsung memeluk bayi perempuan yang baru dilahirkan itu. Selanjutnya, Hadi langsung membantu Amanda naik lagi ke atas mobil, lalu mengantarnya ke rumah bidan Ayu Retnita Dewi yang sejak awal memimpin persalinan dari balik telepon.

Baca Juga :  Data Akurat untuk Penyempurnaan Kebijakan Perlindungan dan Pemberdayaan

Rian baru tiga hari tinggal di rumahnya yang sekarang, Graha Blambangan, Kecamatan Glagah. Otomatis, pria 29 tahun itu belum kenal dengan banyak orang.

”Ya, di teras ini proses kelahirannya dibantu sopir taksi online dan bapak saya. Waktu dibawa ke bidan, ari-arinya juga belum keluar,” ujar Rian.

Bidan Ayu Retnita Dewi menceritakan, pasangan Rian dan Amanda sudah beberapa kali periksa di tempat praktiknya di Jalan KH Agus Salim, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri. Sebelum persalinan, pasiennya memang mengirim pesan WhatsApp.

Begitu suami Amanda menelepon, Ayu sudah mengira kondisi pasiennya tersebut. Dia sempat meminta Amanda segera dibawa ke tempat praktiknya. Karena air ketuban telanjur pecah lebih awal, dia meminta agar ditunggu sampai seluruh badan bayi bisa dikeluarkan. ”Waktu itu saya juga masih menangani persalinan. Jadi, saya pantau lewat telepon,” ujarnya.

Begitu rombongan Amanda yang diantar sopir taksi online tiba, Ayu langsung memeriksa dari atas mobil. Setelah itu, dia mengeluarkan ari-ari yang masih berada di dalam rahim. Selanjutnya, bayi kembali ditangani sesuai dengan prosedur agar tetap hangat. ”Bayinya cukup besar, bobotnya 3,6 kilogram dan panjangnya 50 sentimeter. Semuanya sehat,” jelas Ayu.

Hadi baru kali ini harus menjadi ”bidan.” ”Alhamdulillah, prosesnya lancar. Saya sempat usulkan memberi nama bayinya Confero. Bayinya perempuan, bagus dipanggil Fero,” katanya, lalu tertawa. (*/aif/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya