Ngobrol Bareng Alldo Mooy, Ketua Relawan TIK Soal Aplikasi Kururio
Kota Jayapura terus berkembang. Kata Smart City sepatutnya didukung dengan sistem dan kecanggihan serta kemudahan teknologi yang terkoneksi satu dengan yang lain. Aplikasi kururio bagian dari kemudahan tersebut.
Laporan : Abdel Gamel Naser_Jayapura
Pembangunan daerah tak lepas dari kecanggihan dan kemudahan untuk mendapatkan akses pelayanan. Tak hanya pelayanan di bidang pemerintahan, tetapi juga yang berkaitan dengan kebutuhan atau gaya hidup.
Saat ini hampir sulit menemukan warga Kota Jayapura yang tak memiliki Hp android. Bahkan tak jarang satu orang, memiliki 2 Hp android. Dari sekian banyak pengguna handphone pintar ini biasanya tertera berbagai aplikasi yang sifatnya memudahkan atau menghibur.
Jayapura juga pernah memproklamirkan diri sebagai Smart City, dimana status ini sepatutnya didukung dengan system yang terkoneksi dengan berbagai system lainnya. Simplenya, tak perlu repot mendatangi satu tempat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Cukup dengan sekali pencet, barang atau data yang dibutuhkan sudah bisa diperoleh langsung di rumah, tak perlu repot – repot mencari taxi, panas – panasan apalagi harus mengantri berjam – jam. “Saya pikir harus seperti itu, kalau mengatakan kota kita (Jayapura) berkembang, saya pikir perlu dilihat indikatornya apa saja. Apakah semua system sudah terhubung dan menjawab kebutuhan masyarakat atau tidak,” kata Alldo Fandiliam Mooy, Ketua Relawan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Kota Jayapura saat ditemui di Jayapura, pekan kemarin.
Pasalnya menurut Aldo masih banyak hal yang perlu disiapkan untuk menuju kota yang benar-benar smart. Ia sendiri bersama relawan TIK selama ini mencoba ikut berkontribusi di bidang teknologi informasi yang diyakini akan dibutuhkan oleh masyarakat di Jayapura.
Satu yang terbaru adalah menyiapkan perangkat atau aplikasi yang bisa memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gaya hidupnya. Aplikasi tersebut bernama Kururio. Meski namanya masih asing di telinga dan belum familiar, namun paling tidak ada banyak kemudahan dan kemurahan yang bisa diperoleh dari aplikasi tersebut.
Aplikasi Kururio sendiri mulai dikenalkan tahun 2018 di Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara dan Malang Jawa Timur oleh Eko Prasetya yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia. Kururio sendiri merupakan sebuah prjocet kolabaratif Relawan TIK se-Indonesia yang di dalamnya berada relawan TIK Papua.
Aplikasi ini menciptakan layanan jasa transportasi online, kurir dan pasar daring dengan berbasis aplikasi mobile alternatif dalam mendukung proses-proses pembangunan terlebih khusus di daerah yang di golongan 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal). Kururio mengusung tiga hal mendasar bagi seluruh pengguna, yaitu aman, nyaman dan terjangkau dengan prinsip utama memberikan layanan saling menguntungkan bagi mitra UMKM atau pedagang serta tidak memberatkan bagi konsumen atau pembeli. “Itu yang terpenting dan yang membedakan, tidak memberatkan konsumen,” jelas Aldo.
Dalam perjalanannya pada 14 Oktober 2020, Kururio mendapat apresiasi Pahlawan Digital UMKM oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI dan pada 20 Mei 2021, Kururio juga mendapatkan penghargaan Local Champion dari Kementrian Komunikasi dan Informatika RI atas sumbangsihnya dalam mendorong masyarakat Indonesia makin cakap digital.
Di Jayapura, Kururio hadir bersamaan pada hari pendidikan, 20 Mei tahun 2021 dan dalam kerja-kerjanya berada di bawah naungan Relawan TIK Provinsi Papua. “Membuat aplikasi itu mudah, namun menyiapkan perangkatnya ini yang harus berkolaborasi, sangat sulit jika sendiri, makanya kami juga dilibatkan disitu,” beber Aldo.
Menariknya untuk Jayapura ada yang membedakan yaitu aplikasi dengan pilihan K-Motor, K-Driver, K-Wanita atau ojek online khusus wanita maupun K-Kurir atau layanan pengantaran barang dan makanan.
Yang unik dan yang membedakan adalah di beberapa layanan yang ada yang dikhususkan atau diperuntukan bagi pelajar dan mahasiswa yang mempunyai sepeda untuk menjadi mitra dari armada K-Kurir. Jadi disini para pelajar juga sudah bisa mencari uang sendiri meski tidak memiliki motor, karena pakai sepeda saja sudah cukup.
“Jadi ini cukup pakai sepeda dan memang rutenya juga tidak terlalu jauh, paling untuk jarak 1-3 Km,” katanya.
Salain itu juga ada K-Food (makan siap saji), K-Pasar (produk-pruduk UMKM lokal) yang dipasarkan , baik itu hasil tani, laut dan kerajinan tangan dan terakhir K-Event atau layanan yang mendukung pergerakan komunitas-komunitas lokal dalam membuat event daring.
“Untuk K-Pasar kami selalu mengupdate harga komoditi yang dipasarkan di pasar, hanya untuk saat ini baru Pasar Youtefa yang menjadi rujukan karena kami juga terbatas dari personel,” imbuhnya.
K-Pasar ini akan menyajikan harga produk seperti sayur, telur, cabai dan lainnya. Jadi ibu rumah tangga cukup mengecek harga di pelayanan K-Pasar dan harga hari itu kan tertera dengan sendirinya dan jika mau membeli maka bisa menggunakan K-Kurir ataupun K-Pasar.
“Tarifnya juga sangat murah yaitu Rp 6.000/Km. Jadi semisal barang yang mau dibeli seharga Rp 50 ribu maka ia cukup membayar Rp 56.000, jadi kalau dipikir Rp 6000 ini sudah sama persis dengan harga taxi tapi pengorder tidak perlu capek, panas – panasan dan hanya menunggu di rumah saja,” beber Aldo.
Lalu untuk tahun 2022 ini Kururio Papua tengah mempersiapkan memperluas wilayah operasional untuk dapat membuka layanannya di Kabupaten Biak Numfor. Alumni Stikom Jayapura ini menyampaikan bahwa saat ini aplikasi kururio sudah tersedia di playstore dan bisa diinstal di smartphone berbasis android sedangkan untuk smarthpone berbasis IOS aplikasi masih dalam pengembangan.
“Yah kalau ada aplikasi yang bisa mendukung kerja anak-anak Papua, saya pikir patut didukung untuk pengembangannya. Pemerintah juga jangan malu-malu memanfaatkan aplikasi ini. Jangan aplikasi buatan luar negeri selalu digunakan sementara aplikasi anak negeri tidak pernah disentuh,” singgung Aldo. (*/tri)