Para peserta ujian saat antri menerima sarapan pagi yang dibagikan guru dan perwakilan orang tua sebelum mengikuti ujian, Rabu (7/4) kemarin. ( FOTO: Sulo/Cepos)
Para peserta ujian saat antri menerima sarapan pagi yang dibagikan guru dan perwakilan orang tua sebelum mengikuti ujian, Rabu (7/4) kemarin. ( FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE-Berbagai terobosan dilakukan oleh pihak SMPN Buti, Merauke dalam meningkatkan sumber daya manusia di sekolah tersebut. Salah satunya, adalah dengan melibatkan perwakilan orang tua siswa dalam memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam ujian yang sedang dilakukan bagi 112 peserta ujian sekolah. Kepala SMPN Buti Paschal Tethool mengungkapkan, bahwa ujian sekolah yang sedang berlangsung ini adalah sebuah pesta. “Jadi ujian bukan sesuatu yang menakutkan tapi kegembiraan. Karena kita tahu, anak-anak ini sudah didampingi selama pandemi Covid, dimana para guru melakukan pendampingan dengan metode tematik dan kolaboratif, maka sekarang bapak ibu guru menikmati hasil dari apa yang dirancangnya. Saya harap ujian ini menjadi suatu bentuk suka cita,’’ kata Paschal Tethool dihadapan peserat ujian sekolah, Rabu (7/4).
Panitia Ujian SMPN Buti Agustina Nena, S.Ag, menjelaskan bahwa sistem ujian yang dilakukan tersebut merupakan sebuah terobosan yang dilakukan oleh kepala sekolah. “Karena kepala sekolah ini orangnya sangat inovatif, punya daya pikir yang luar biasa untuk memajukan dan meningkatkan anak-anak ini dalam dunia pendidikan,” katanya.
Ujian yang dilakukan tersebut adalah praktek membuat rujak dengan memanfaatkan hasil yang ada di sekitar siswa. Dikatakan, sejak pandemi Covid, pihaknya sudah melakukan pembelajaran matematik kolaboratif. “Kami sudah menyusun tema dimana tema pertama menyangkut angin dan kearifan lokal yang dibuat dalam bentuk satu materi tentang buah-buahan,” jelasnya.
Sementara keterlibatan orang tua dalam ikut memberikan penilaian, kata dia karena sejak awal pembelajaran orang tua ikut terlibat membantu anak-anak mereka dari setiap pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. “Jadi siswa diberikan tugas dimana orang tua wajib membantu anak dalam menyelesaikan pekerjaan itu. Sedangkan kami guru-guru turun ke rumah dari setiap siswa sekali dalam 2 seminggu untuk melakukan penilaian dan evaluasi,” jelasnya.
Tidak hanya perwakilan orang tua siswa yang hadir memberikan penilaian , tapi sebelum ujian praktek tersebut dimulai siswa dibagikan sarapan pagi. “Karena ada anak-anak ini yang tidak serapan saat dari rumahnya, sehingga sekolah sediakan sarapan agar anak-anak ini bisa punya konsentrasi untuk belajar,” pungkasnya. (ulo/tri)
Para peserta ujian saat antri menerima sarapan pagi yang dibagikan guru dan perwakilan orang tua sebelum mengikuti ujian, Rabu (7/4) kemarin. ( FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE-Berbagai terobosan dilakukan oleh pihak SMPN Buti, Merauke dalam meningkatkan sumber daya manusia di sekolah tersebut. Salah satunya, adalah dengan melibatkan perwakilan orang tua siswa dalam memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam ujian yang sedang dilakukan bagi 112 peserta ujian sekolah. Kepala SMPN Buti Paschal Tethool mengungkapkan, bahwa ujian sekolah yang sedang berlangsung ini adalah sebuah pesta. “Jadi ujian bukan sesuatu yang menakutkan tapi kegembiraan. Karena kita tahu, anak-anak ini sudah didampingi selama pandemi Covid, dimana para guru melakukan pendampingan dengan metode tematik dan kolaboratif, maka sekarang bapak ibu guru menikmati hasil dari apa yang dirancangnya. Saya harap ujian ini menjadi suatu bentuk suka cita,’’ kata Paschal Tethool dihadapan peserat ujian sekolah, Rabu (7/4).
Panitia Ujian SMPN Buti Agustina Nena, S.Ag, menjelaskan bahwa sistem ujian yang dilakukan tersebut merupakan sebuah terobosan yang dilakukan oleh kepala sekolah. “Karena kepala sekolah ini orangnya sangat inovatif, punya daya pikir yang luar biasa untuk memajukan dan meningkatkan anak-anak ini dalam dunia pendidikan,” katanya.
Ujian yang dilakukan tersebut adalah praktek membuat rujak dengan memanfaatkan hasil yang ada di sekitar siswa. Dikatakan, sejak pandemi Covid, pihaknya sudah melakukan pembelajaran matematik kolaboratif. “Kami sudah menyusun tema dimana tema pertama menyangkut angin dan kearifan lokal yang dibuat dalam bentuk satu materi tentang buah-buahan,” jelasnya.
Sementara keterlibatan orang tua dalam ikut memberikan penilaian, kata dia karena sejak awal pembelajaran orang tua ikut terlibat membantu anak-anak mereka dari setiap pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. “Jadi siswa diberikan tugas dimana orang tua wajib membantu anak dalam menyelesaikan pekerjaan itu. Sedangkan kami guru-guru turun ke rumah dari setiap siswa sekali dalam 2 seminggu untuk melakukan penilaian dan evaluasi,” jelasnya.
Tidak hanya perwakilan orang tua siswa yang hadir memberikan penilaian , tapi sebelum ujian praktek tersebut dimulai siswa dibagikan sarapan pagi. “Karena ada anak-anak ini yang tidak serapan saat dari rumahnya, sehingga sekolah sediakan sarapan agar anak-anak ini bisa punya konsentrasi untuk belajar,” pungkasnya. (ulo/tri)