WAMENA- Ketua STIMIK Agamua Wamena Marthen Medlama mengungkapkan bahwa Pemkab Jayawijaya menitipkan 42 Tenaga ASN yang diangkat melalui jalur K2 untuk menuntut ilmu komputer di STIMIK Agamua Wamena. Diharapkan, dengan bekal dan ilmu yang didapat nantinya, bisa membantu dalam tugas dan pekerjaan di kantor mereka.
“Jadi kita dikasih kelas pemda izin tugas belajar 42 orang untuk belajar di STIMIK, kita bangga ternyata pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap pendidikan IT di pegunungan tengah.” ungkapnya Senin (3/8) kemarin
Menurutnya, ASN jalur K2, khusus anak Wamena itu akan didik selama 3 hingga empat tahun setelah itu akan dikembalikan untuk siap kerja ke Pemda lagi. “Saya menawarkan kelas khusus ASN anak-anak pribumi/Wamena ini karena kita harus jujur dan akui bahwa anak Wamena rata-rata kalah dalam IT, bahkan kepala bidang, Kepala Dinas, Kabag kebanyakan tidak tahu komputer. “katanya
Marthen memberikan kesempatan untuk anak-anak Papua kalau ingin kuliah komputer, tidak usah keluar. Sebab, tempat belajar di Wamena sudah ada dan lulusannya sudah terpakai, sama kualitasnya karena sama-sama diuji online. “Selama ini mungkin masyarakat menganggap remeh tetapi kenyataanya STIMIK mampu bersaing.”pungkasnya. (jo/tri)
Marthen Medlama (FOTO: Denny/Cepos)
WAMENA- Ketua STIMIK Agamua Wamena Marthen Medlama mengungkapkan bahwa Pemkab Jayawijaya menitipkan 42 Tenaga ASN yang diangkat melalui jalur K2 untuk menuntut ilmu komputer di STIMIK Agamua Wamena. Diharapkan, dengan bekal dan ilmu yang didapat nantinya, bisa membantu dalam tugas dan pekerjaan di kantor mereka.
“Jadi kita dikasih kelas pemda izin tugas belajar 42 orang untuk belajar di STIMIK, kita bangga ternyata pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap pendidikan IT di pegunungan tengah.” ungkapnya Senin (3/8) kemarin
Menurutnya, ASN jalur K2, khusus anak Wamena itu akan didik selama 3 hingga empat tahun setelah itu akan dikembalikan untuk siap kerja ke Pemda lagi. “Saya menawarkan kelas khusus ASN anak-anak pribumi/Wamena ini karena kita harus jujur dan akui bahwa anak Wamena rata-rata kalah dalam IT, bahkan kepala bidang, Kepala Dinas, Kabag kebanyakan tidak tahu komputer. “katanya
Marthen memberikan kesempatan untuk anak-anak Papua kalau ingin kuliah komputer, tidak usah keluar. Sebab, tempat belajar di Wamena sudah ada dan lulusannya sudah terpakai, sama kualitasnya karena sama-sama diuji online. “Selama ini mungkin masyarakat menganggap remeh tetapi kenyataanya STIMIK mampu bersaing.”pungkasnya. (jo/tri)