Saturday, March 15, 2025
25.7 C
Jayapura

Mesin Tes Cepat Covid-19 Siap Dioperasikan

*Vaksin Lokal Siap Tahun 2022

JAKARTA, Jawa Pos – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC-19) dan Kemenristek/BRIN meluncurkan mesin deteksi COVID-19 dengan kapasitas pengujian sampel swab hingga 1000 per hari.

Mesin tersebut diberi nama COBAS 6800 Fully-automated Molecular System.  Mesin ini adalah satu dari dua mesin yang telah beroperasi di Indonesia. Mesin pertama telah ditempatkan di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.

Mesin untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 ini menggunakan pendekatan molekuler atau nucleid acid amplification testing (NAAT). Mesin ini diklaim mampu untuk menguji sampel swab dengan kapasitas 1.000 sampel per hari dan akan mendukung target pengujian sampel hingga 30 ribu sampel per hari.

Peluncuran mesin pendeteksi COVID-19 ini dilakukan oleh Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di LBM Eijkman di Jakarta, pada hari ini, Kamis (16/7).

“Kami bangga Lembaga Eijkman melakukan terobosan hari ini menggunakan mesin Cobas 6800 System yang dapat menguji 1.000 sampel per hari sehingga meningkatkan kapsitas uji sampel Covid-19 di Indonesia,” ujar Bambang.

Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio menyebut pengoperasian Cobas 6800 System ini semuanya dilakukan secara otomatis dan tidak ada intervensi manusia. “Tidak ada intervensi manusia ketika proses berjalan sehingga meningkatkan keamanan operator. Fully automatic, artinya terkendali, kualitasnya terjamin dan lebih cepat, itu kenapa itu bisa seribu tes per hari,” ujar Amin.

Sementara itu, Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Meskipun upaya percepatan sudah dilakukan, tetap butuh waktu panjang untuk memastikan vaksin yang dikembangkan ampuh mencegah Covid-19 dan aman untuk manusia.

Dalam keterangannya di kantor Presiden kemarin, Presiden Direktur PT Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan perkembangan dua jenis vaksin yang dikembangkan perusahaannya. Pertama adalah vaksin lokal yang dikembangkan bersama Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Kedua adalah pengembangan vaksin kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac Tiongkok.

Vaksin lokal merupakan proyek jangka panjang yang dikembangkan di fasilitas milik Bio Farma. Diawali dari pengembangan prototipe oleh Eijkman Institute yang ditargertkan selesai pada Februari 2021. ’’Kemudian, pengembangannya dilanjutkan oleh Bio Farma,’’ terangnya.

Uji preklinis akan dilakukan apda kuartal pertama 2021. Kemudian, uji klinis tahap pertama diperkirakan bakal dimulai pada kuartal ketiga 2021. ’’Bila hasilnya baik, kita akan bisa menyediakan vaksin untuk publik pada kuartal pertama atau pertengahan 2022,’’ lanjut Honesti.

Sementara, pengembangan vaksin bersama Sinovac akan memasuki fase ketiga uji klinis. Pada fase ketiga itulah transfer teknologi dari Sinovac ke Bio Farma akan dilakukan. Nantinya, Bio Farma akan melakukan uji klinis tahap ketiga berkolaborasi dengan Universitas Padjajaran Bandung dan beberapa lembaga lain. ’’Diperkirakan hasil awal uji klinis tahap ketiga bisa digunakan untuk penggunaan secara darurat pada kuartal pertama 2021, dengan seizing BPOM,’’ tambahnya.

Di saat hampir bersamaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes dengan Perusahaan Biofarmasi Daewoong Infion Korea telah menandatangani perjanjian kerja sama. Perjanjian tersebut mencakup uji klinis terapi stem cell pada pasien Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Baca Juga :  Simpan Munisi Ilegal, Dua Oknum TNI Diperiksa

Kerja sama yang dilakukan mulai 1 Juli itu untuk percepatan penemuan terapi yang efektif pada Covid-19. Sekaligus merupakan uji klinis fase 1 terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC) atau Sel Punca Mesenkimal.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes Kemenkes Irmansyah mengatakan bahwa penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan. ”Kami berharap dukungan dan kerja sama semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian,” tuturnya kemarin.

Perjanjian kerja sama itu merupakan implementasi Perjanjian Kerja Sama Bidang Kesehatan Indonesia dan Korea Selatan yang ditandatangani di Bogor 9 November 2017 lalu. Terapi sel punca diduga dapat mengatasi ARDS yang timbul pada pasien Covid-19.

”Stem Cell sendiri tidak bekerja secara langsung membunuh virus, melainkan memiliki fungsi sebagai immunomodulator ,” bebernya. Selain itu, menurut Irmansyah, sel punca mesenkimal memiliki efek antifibrotik yang dapat menggantikan jaringan paru yang fibrosis atau cedera.

Di sisi lain, saat ini Bio Farma sudah memproduksi PCR test kit dengan kapasitas 240 ribu per bulan. Kapasitasnya segera dinaikkan menjadi 1,5 juta perbulan, kemudian pada September akan naik lagi menjadi 2 juta test kit per bulan. Tes kit tersebut sudah disesuaikan dengan karakter virus yang berkembang di IOndoensia sehingga diyakini lebih akurat.

Sementara itu, Lembaga Eijkman baru saja mengupgrade kemampuan uji PCR-nya. Lembaga di bawa Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ini berhasil mendatangkan mesin deteksi Covid-19 COBAS 6800. Mesin senilai Rp 10 Milyar tersebut diperoleh dari dana sumbangan PT Tempo Scan Pacific.

Kepala Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menuturkan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mendapatkan mesin tersebut. Indonesia harus bersaing dengan 300 lembaga lainnya di dunia guna mendapatkan mesin deteksi ini.

Menurutnya, mesin ini memiliki banyak kelebihan. Mesin ini menggunakan sistem otomatis  yang khusus didesain untuk pengerjaan aplikasi yang highthrouput, seperti perhitungan viral load, skrining darah, dan uji mikrobiologi lainnya. Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan pre-analitik selama proses pemeriksaan Covid-19. Selain itu, dapat mengurangi jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan proses pemeriksaan PCR COVID-19 secara manual.

“Kualitas lebih terjamin. Kerja lebih cepat. Itu kenapa dapat melakukan 1000 tes perhari,” tuturnya dalam temu media secara daring kemarin (16/7). Pengujian SARS-CoV-2 menggunakan COBAS 6800 Systems ini pun telah disetujui untuk EUA (Emergency Use Authorization). Sehingga sensitivitasnya sama seperti PCR pada umumnya.

Dengan adanya penambahan kemampuan tes PCR ini, dia meyakini bahwa nantinya hasil uji swab tak akan lama lagi. Cukup dua hari sejak spesimen diterima. “Sample diterima hari ini, besokannya masuk mesin. Keeseokan harinya bisa kita berikan hasilnya. Tentu dengan sedikit proses administrasi,” paparnya.

Baca Juga :  Bupati Usman Wanimbo Perluas Kampung KB

Setiap harinya, Eijkman setidaknya menerima 700-800 spesimen dari seluruh Indonesia. Pihaknya sudah berjejaring dengan 274 fasilitas kesehatan. Saking banyaknya sampel yang masuk, freezer Eijkman bahkan disebut tak sanggup lagi menampung.

Dia menambahkan, untuk pengoperasian mesin ini, pihaknya mendapat bantuan reagen dari pemerintah new Zealand sebanyak 15 ribu spesimen senilai Ro 4,5 Milyar. Artinya, reagen hanya dapat digunakan sangat singkat. Terlebih, mesin sudah mulai running sejak 16 Juni 2020 lalu.  Karenanya, dia berharap ada perhatian khusus dari gugus tugas terkait reagen ini.

Dalam kesempatan yang sama, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memaparkan, bahwa Lembaga Eijkman telah memiliki peran besar dalam mengatasi pandemi ini. Sejak Maret, Eijkman jadi salah satu lembaga yang langsung terlibat dalam pengujian sample Covid-19. Belum lagi dalam waktu yang sama, Eijkman harus melakukan penelitian terkait vaksin Covid-19.

Karenanya, dia berharap, dengan adanya terobosan mesin baru ini maka manajemen SDM lebih mudah diatur lagi. Mana yang fokus penelitian vaksin, deteksi PCR, hingga genom sequencing.

Selain itu, kemampuan uji PCR sebanyaj 1000 per hari ini juga bakal membantu pencapaian target Presiden joko Widodo. Di mana, tes PCR ditargetkan bisa mencapai 30 ribu per hari. Naik 10 ribu dibanding sebelunnya. “RT PCR biasa kan kapasitasnya sekitar 400 oer hari. Dengan alat ini berarti ada peningkatan 2,5 kali lipat,” tutur Bambang.

Diakuinya, bahwa selama ini Indonesia sering disorot karena tes PCR kurang masif. Sehingga data sembuh dan meninggal sering dianggap tidak representative. Jika merujuk data gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, memang sudah lebih dari 1 juta spesimen yang diperiksa.

Namun, menurut dia, hal ini tetap harys jadi perhatian. Sebab, angka tersebut merujuk pada spesimen bukan orang. “Bisa jadi satu orang dua spesimen. Yang kita target bukan jumlah spesimen. Tapi sasaran kita kan orangnya,” tegasnya.

Mengenai reagen, Mantan Menteri Keuangan itu mengamini bahwa ini hal krisial. Menurutnya, secanggih apapun mesin jika tanpa reagen maka sama saja bohong. Dia mengibaratkannya seperti mobil. “secanggih apapun mobil kalau tidak ada bensinnya gak jalan,” ungkapnya.

Selain meminta gugus tugas memberi perhatian khusus soal reagen ini, Bambang mengatakan, bahwa BPPT saat ini sedang berusaha mengembangkannya juga. Bekerjasama dengan industri alat kesehatan dalam negeri, penelitian sudah terlihat formatnya. “Tentu butuh waktu. Tapi kami optimis,” katanya.

Hal senada diungak Sekretaris Utama Badan Intelejen Negara (BIN) Komjen Pol Bambang Sunarwibowo. Menurutnya, target capaian spesimen harus bisa dikejar. Mengingat saat ini Indonesia baru bisa memenuhi 0,4 persen per satu juta populasi. “Padahal ketentuan WHO itu 1 persen per satu juta populasi,” tuturnya.

Dia berharap, kehadiran alat ini dapat membantu mempercepat prosss uji PCR. Sehingga semakin cepat proses pemutusab mata rantai penularan. Terutama di zona merah. (tau/byu/lyn/mia/JPG)

*Vaksin Lokal Siap Tahun 2022

JAKARTA, Jawa Pos – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC-19) dan Kemenristek/BRIN meluncurkan mesin deteksi COVID-19 dengan kapasitas pengujian sampel swab hingga 1000 per hari.

Mesin tersebut diberi nama COBAS 6800 Fully-automated Molecular System.  Mesin ini adalah satu dari dua mesin yang telah beroperasi di Indonesia. Mesin pertama telah ditempatkan di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.

Mesin untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 ini menggunakan pendekatan molekuler atau nucleid acid amplification testing (NAAT). Mesin ini diklaim mampu untuk menguji sampel swab dengan kapasitas 1.000 sampel per hari dan akan mendukung target pengujian sampel hingga 30 ribu sampel per hari.

Peluncuran mesin pendeteksi COVID-19 ini dilakukan oleh Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di LBM Eijkman di Jakarta, pada hari ini, Kamis (16/7).

“Kami bangga Lembaga Eijkman melakukan terobosan hari ini menggunakan mesin Cobas 6800 System yang dapat menguji 1.000 sampel per hari sehingga meningkatkan kapsitas uji sampel Covid-19 di Indonesia,” ujar Bambang.

Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio menyebut pengoperasian Cobas 6800 System ini semuanya dilakukan secara otomatis dan tidak ada intervensi manusia. “Tidak ada intervensi manusia ketika proses berjalan sehingga meningkatkan keamanan operator. Fully automatic, artinya terkendali, kualitasnya terjamin dan lebih cepat, itu kenapa itu bisa seribu tes per hari,” ujar Amin.

Sementara itu, Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Meskipun upaya percepatan sudah dilakukan, tetap butuh waktu panjang untuk memastikan vaksin yang dikembangkan ampuh mencegah Covid-19 dan aman untuk manusia.

Dalam keterangannya di kantor Presiden kemarin, Presiden Direktur PT Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan perkembangan dua jenis vaksin yang dikembangkan perusahaannya. Pertama adalah vaksin lokal yang dikembangkan bersama Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Kedua adalah pengembangan vaksin kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac Tiongkok.

Vaksin lokal merupakan proyek jangka panjang yang dikembangkan di fasilitas milik Bio Farma. Diawali dari pengembangan prototipe oleh Eijkman Institute yang ditargertkan selesai pada Februari 2021. ’’Kemudian, pengembangannya dilanjutkan oleh Bio Farma,’’ terangnya.

Uji preklinis akan dilakukan apda kuartal pertama 2021. Kemudian, uji klinis tahap pertama diperkirakan bakal dimulai pada kuartal ketiga 2021. ’’Bila hasilnya baik, kita akan bisa menyediakan vaksin untuk publik pada kuartal pertama atau pertengahan 2022,’’ lanjut Honesti.

Sementara, pengembangan vaksin bersama Sinovac akan memasuki fase ketiga uji klinis. Pada fase ketiga itulah transfer teknologi dari Sinovac ke Bio Farma akan dilakukan. Nantinya, Bio Farma akan melakukan uji klinis tahap ketiga berkolaborasi dengan Universitas Padjajaran Bandung dan beberapa lembaga lain. ’’Diperkirakan hasil awal uji klinis tahap ketiga bisa digunakan untuk penggunaan secara darurat pada kuartal pertama 2021, dengan seizing BPOM,’’ tambahnya.

Di saat hampir bersamaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes dengan Perusahaan Biofarmasi Daewoong Infion Korea telah menandatangani perjanjian kerja sama. Perjanjian tersebut mencakup uji klinis terapi stem cell pada pasien Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Baca Juga :  RSUD Jayapura Lakukan Efisiensi Tempat Tidur Pasien Covid-19

Kerja sama yang dilakukan mulai 1 Juli itu untuk percepatan penemuan terapi yang efektif pada Covid-19. Sekaligus merupakan uji klinis fase 1 terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC) atau Sel Punca Mesenkimal.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes Kemenkes Irmansyah mengatakan bahwa penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan. ”Kami berharap dukungan dan kerja sama semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian,” tuturnya kemarin.

Perjanjian kerja sama itu merupakan implementasi Perjanjian Kerja Sama Bidang Kesehatan Indonesia dan Korea Selatan yang ditandatangani di Bogor 9 November 2017 lalu. Terapi sel punca diduga dapat mengatasi ARDS yang timbul pada pasien Covid-19.

”Stem Cell sendiri tidak bekerja secara langsung membunuh virus, melainkan memiliki fungsi sebagai immunomodulator ,” bebernya. Selain itu, menurut Irmansyah, sel punca mesenkimal memiliki efek antifibrotik yang dapat menggantikan jaringan paru yang fibrosis atau cedera.

Di sisi lain, saat ini Bio Farma sudah memproduksi PCR test kit dengan kapasitas 240 ribu per bulan. Kapasitasnya segera dinaikkan menjadi 1,5 juta perbulan, kemudian pada September akan naik lagi menjadi 2 juta test kit per bulan. Tes kit tersebut sudah disesuaikan dengan karakter virus yang berkembang di IOndoensia sehingga diyakini lebih akurat.

Sementara itu, Lembaga Eijkman baru saja mengupgrade kemampuan uji PCR-nya. Lembaga di bawa Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ini berhasil mendatangkan mesin deteksi Covid-19 COBAS 6800. Mesin senilai Rp 10 Milyar tersebut diperoleh dari dana sumbangan PT Tempo Scan Pacific.

Kepala Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menuturkan, pihaknya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mendapatkan mesin tersebut. Indonesia harus bersaing dengan 300 lembaga lainnya di dunia guna mendapatkan mesin deteksi ini.

Menurutnya, mesin ini memiliki banyak kelebihan. Mesin ini menggunakan sistem otomatis  yang khusus didesain untuk pengerjaan aplikasi yang highthrouput, seperti perhitungan viral load, skrining darah, dan uji mikrobiologi lainnya. Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan pre-analitik selama proses pemeriksaan Covid-19. Selain itu, dapat mengurangi jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan jika dibandingkan dengan proses pemeriksaan PCR COVID-19 secara manual.

“Kualitas lebih terjamin. Kerja lebih cepat. Itu kenapa dapat melakukan 1000 tes perhari,” tuturnya dalam temu media secara daring kemarin (16/7). Pengujian SARS-CoV-2 menggunakan COBAS 6800 Systems ini pun telah disetujui untuk EUA (Emergency Use Authorization). Sehingga sensitivitasnya sama seperti PCR pada umumnya.

Dengan adanya penambahan kemampuan tes PCR ini, dia meyakini bahwa nantinya hasil uji swab tak akan lama lagi. Cukup dua hari sejak spesimen diterima. “Sample diterima hari ini, besokannya masuk mesin. Keeseokan harinya bisa kita berikan hasilnya. Tentu dengan sedikit proses administrasi,” paparnya.

Baca Juga :  Pemkab Dorong Pelantikan Bupati dan Wabup Terpilih

Setiap harinya, Eijkman setidaknya menerima 700-800 spesimen dari seluruh Indonesia. Pihaknya sudah berjejaring dengan 274 fasilitas kesehatan. Saking banyaknya sampel yang masuk, freezer Eijkman bahkan disebut tak sanggup lagi menampung.

Dia menambahkan, untuk pengoperasian mesin ini, pihaknya mendapat bantuan reagen dari pemerintah new Zealand sebanyak 15 ribu spesimen senilai Ro 4,5 Milyar. Artinya, reagen hanya dapat digunakan sangat singkat. Terlebih, mesin sudah mulai running sejak 16 Juni 2020 lalu.  Karenanya, dia berharap ada perhatian khusus dari gugus tugas terkait reagen ini.

Dalam kesempatan yang sama, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memaparkan, bahwa Lembaga Eijkman telah memiliki peran besar dalam mengatasi pandemi ini. Sejak Maret, Eijkman jadi salah satu lembaga yang langsung terlibat dalam pengujian sample Covid-19. Belum lagi dalam waktu yang sama, Eijkman harus melakukan penelitian terkait vaksin Covid-19.

Karenanya, dia berharap, dengan adanya terobosan mesin baru ini maka manajemen SDM lebih mudah diatur lagi. Mana yang fokus penelitian vaksin, deteksi PCR, hingga genom sequencing.

Selain itu, kemampuan uji PCR sebanyaj 1000 per hari ini juga bakal membantu pencapaian target Presiden joko Widodo. Di mana, tes PCR ditargetkan bisa mencapai 30 ribu per hari. Naik 10 ribu dibanding sebelunnya. “RT PCR biasa kan kapasitasnya sekitar 400 oer hari. Dengan alat ini berarti ada peningkatan 2,5 kali lipat,” tutur Bambang.

Diakuinya, bahwa selama ini Indonesia sering disorot karena tes PCR kurang masif. Sehingga data sembuh dan meninggal sering dianggap tidak representative. Jika merujuk data gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, memang sudah lebih dari 1 juta spesimen yang diperiksa.

Namun, menurut dia, hal ini tetap harys jadi perhatian. Sebab, angka tersebut merujuk pada spesimen bukan orang. “Bisa jadi satu orang dua spesimen. Yang kita target bukan jumlah spesimen. Tapi sasaran kita kan orangnya,” tegasnya.

Mengenai reagen, Mantan Menteri Keuangan itu mengamini bahwa ini hal krisial. Menurutnya, secanggih apapun mesin jika tanpa reagen maka sama saja bohong. Dia mengibaratkannya seperti mobil. “secanggih apapun mobil kalau tidak ada bensinnya gak jalan,” ungkapnya.

Selain meminta gugus tugas memberi perhatian khusus soal reagen ini, Bambang mengatakan, bahwa BPPT saat ini sedang berusaha mengembangkannya juga. Bekerjasama dengan industri alat kesehatan dalam negeri, penelitian sudah terlihat formatnya. “Tentu butuh waktu. Tapi kami optimis,” katanya.

Hal senada diungak Sekretaris Utama Badan Intelejen Negara (BIN) Komjen Pol Bambang Sunarwibowo. Menurutnya, target capaian spesimen harus bisa dikejar. Mengingat saat ini Indonesia baru bisa memenuhi 0,4 persen per satu juta populasi. “Padahal ketentuan WHO itu 1 persen per satu juta populasi,” tuturnya.

Dia berharap, kehadiran alat ini dapat membantu mempercepat prosss uji PCR. Sehingga semakin cepat proses pemutusab mata rantai penularan. Terutama di zona merah. (tau/byu/lyn/mia/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya