
Lebih Dekat dengan Komandan Tim URC Covid-19 Polres Jayapura Kota
Sejak Tim URC Covid-19 Polresta Jayapura Kota dibentuk oleh Kapolresta Jayapura Kota AKBP Gustav R Urbinas Maret 2020. Sejak itupula, komandan tim URC Covid-19 Iptu Jainudin bersama anggota lainnya dituntut untuk selalu sigap, apa saja yang mereka kerjakan?
Laporan- Elfira
Namanya Iptu Zainuddin Ashari SH, A.Md.Kep, anggota Polresta Perwira Kesehatan Polresta Jayapura Kota yang selalu siaga 24 jam menangani pasien Covid -19 sejak dirinya ditunjuk menjadi Komandan Tim Unit Reaksi Cepat (URC) Covid-19 Polresta Jayapura Kota.
Sejak Tim URC Covid-19 Polresta Jayapura Kota dibentuk resmi oleh Kapolresta Jayapura Kota AKBP Gustav R Urbinas pada Maret 2020. Sejak itupula, Iptu Jainudin bersama anggota lainnya dituntut untuk selalu siap selama 24 jam. Dibekali dengan radio HT dan Hp selalu aktif selama 24 jam, kalau-kalau ada warga yang menelfon, saat itu juga mereka langsung meluncur ke TKP.
Saat ditemui Cenderawasih Pos di Mapolresta Jayapura Kota, Kamis (18/6). Alumni Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Papua 1999/2000 mengkisahkan apa yang mereka kerjakan selama pandemi Covid-19.
Mulai dari menjemput pasien positif corona yang kebanyakan diantaranya terjadinya penolakan oleh keluarga, bahkan penguburan jenazah covid-19 yang pernah dilakukan penolakan hingga mobil mereka dihadang.
“Hal yang menyedihkan saat kami mengambil jenazah di salah satu kompleks atau perumahan, ada penolakan dari pihak keluarga dan warga sekitar. Sementara mereka sendiri enggan untuk menangani si pasien tersebut,” begitu ia mengkisahkannya.
Perasaan khawatir kerap mampir dibenaknya, khawatir ketika melakukan penjemputan terhadap pasien yang hasil swebnya positif dan harus diisolasi di suatu tempat. Yang dikhawatirkan kalau-kalau si pasien nekat menyerang dirinya dan anggota lainnya.
“Kalau masalah penyebarannya insya allah sepanjang kami menggunakan APD lengkap insya allah aman. Yang saya khawatirkan serangan dari pasien, apalagi saat dilakukan penjemputan mereka kerap mengeluarkan Bahasa yang kurang enak,” tuturnya.
Untuk kendala sendiri tidak ada, namun Bahasa-bahasa yang kerap keluar dari pasien yang kurang enak. Ketika melakukan penjemputan ada yang mengucapkan “Corona tipu-tipu saja” dan Bahasa-bahasa lainnya.
“Emosional pasien sering muncul ketika kami melakukan penjemputan, kita hanya menjaga jangan sampai mereka membuat kekerasan terhadap kami. Karena kalau kami mendekat dengan APD yang lain malah menjauh,” paparnya.
Di tengah pandemi Covid-19, Iptu Zainuddin eksta bekerja keras. Yang sebelumnya bekerja hanya 12 jam dari pagi hingga malam, kini ia harus bekerja selama 24 jam hingga melakukan penjemputan kepada pasien Covid-19.
Bahkan, setiap harinya ia membawa pakaian ganti dari rumah. Seusai menjemput pasien, ia langsung mandi di rumah sakit lalu berganti dari pakaian APD ke pakaian biasa sebelum kembali ke rumah.
“Jadi, baju ganti itu sekarang wajib ada ditas, di mana kami mandi di situ kami ganti baju dan sejauh ini kita enjoy dan nikmati tugas sembari minum Vitamin C,” kisahnya. Adapun jarak terjauh mereka menjemput pasien yakni di Sentani Barat Kabupaten Jayapura, saat melakukan penjemputan terhadap tahanan kabur. (*/wen)