Mahasiwa Eksodus Merasa Dipersulit Bertemu Gubenur
Juru bicara Mahasiswa Eksodus Posko Umum, Misalius Wonda bersama mahasiswa exsodus saat jumpa pers, Kamis, (5/3) kemarin. Noel/Cepos
JAYAPURA – Merasa diabaikan Mahasiswa Eksodus korban rasisme yang ada di Papua berharap pemerintah memberikan ruang bagi dioalog dengan mereka.
Jurubicara Mahasiswa Eksodus Posko Umum Misalius Wonda mengatakan sejak peristiwa rasis 16 – 17 Agustus 2019 yang berdampak ke Papua membuat mahasiswa langsung kembali ke Papua
” Mahasiswa Eksodus dari jawa karena adanya statemen pemulangan mahasiswa dari gubernur dan Maklumat MRP sehingga mahasiswa terdorong untuk pulang, tapi pemerintah belum kasih kesempatan kepada kami berbicara dengan gubernur,” katanya.
Kata dia, sejak pembukaan Posko di Uncen, 3 Orang mahasiswa dan pelajar 1 meninggal dan sebagian diangkat ke Mako Brimob dan gubernur ketemu mahasiswa sudah berjanji bertemu, dan kami sudah berusaha lobi bertemu gubenur tapi setelah pertemuan di MRP tidak ada tahapan selanjutnya sampai saat ini.
Dia mengatakan pihaknya terus berupaya untuk bertemu gubernur dengan berkunjung ke kantor gubernur dan juga berkoordinasi dengan MRP tetapi belum ada tindak lanjut hal ini membuat mereka merasa merugi secara pendidikan juga masa depan mereka.
“Dan akhirnya tangal 22 Februari kami keluarkan undangan ke Forkompinda dan mahasiswa Eksodus, dan kami tidak bacakan pernyataan sikap karena harus di depan Gubernur Lukas, dan sudah 8 bulan kami Exodos ke kampung dan ada juga yang bertahan,” ujarnya.
“Pemerintah harus serius soal mahasiswa Eksodus karena dampak ke masyarakat Papua selain itu juga ada juga yang di Tangkap,” ujarnya kecewa. “Pokoknya di selesaikan dalam bulan ke tiga yang jelas kami tidak akan balik sampai ada kejelasan dan kami ada di setiap kabupaten dan kami bisa saja lakukan perlawanan karena kami,” katanya. (oel/wen)
Juru bicara Mahasiswa Eksodus Posko Umum, Misalius Wonda bersama mahasiswa exsodus saat jumpa pers, Kamis, (5/3) kemarin. Noel/Cepos
JAYAPURA – Merasa diabaikan Mahasiswa Eksodus korban rasisme yang ada di Papua berharap pemerintah memberikan ruang bagi dioalog dengan mereka.
Jurubicara Mahasiswa Eksodus Posko Umum Misalius Wonda mengatakan sejak peristiwa rasis 16 – 17 Agustus 2019 yang berdampak ke Papua membuat mahasiswa langsung kembali ke Papua
” Mahasiswa Eksodus dari jawa karena adanya statemen pemulangan mahasiswa dari gubernur dan Maklumat MRP sehingga mahasiswa terdorong untuk pulang, tapi pemerintah belum kasih kesempatan kepada kami berbicara dengan gubernur,” katanya.
Kata dia, sejak pembukaan Posko di Uncen, 3 Orang mahasiswa dan pelajar 1 meninggal dan sebagian diangkat ke Mako Brimob dan gubernur ketemu mahasiswa sudah berjanji bertemu, dan kami sudah berusaha lobi bertemu gubenur tapi setelah pertemuan di MRP tidak ada tahapan selanjutnya sampai saat ini.
Dia mengatakan pihaknya terus berupaya untuk bertemu gubernur dengan berkunjung ke kantor gubernur dan juga berkoordinasi dengan MRP tetapi belum ada tindak lanjut hal ini membuat mereka merasa merugi secara pendidikan juga masa depan mereka.
“Dan akhirnya tangal 22 Februari kami keluarkan undangan ke Forkompinda dan mahasiswa Eksodus, dan kami tidak bacakan pernyataan sikap karena harus di depan Gubernur Lukas, dan sudah 8 bulan kami Exodos ke kampung dan ada juga yang bertahan,” ujarnya.
“Pemerintah harus serius soal mahasiswa Eksodus karena dampak ke masyarakat Papua selain itu juga ada juga yang di Tangkap,” ujarnya kecewa. “Pokoknya di selesaikan dalam bulan ke tiga yang jelas kami tidak akan balik sampai ada kejelasan dan kami ada di setiap kabupaten dan kami bisa saja lakukan perlawanan karena kami,” katanya. (oel/wen)