MERAUKE– Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Musamus (Unmus) Merauke Ekfindar Diliana mengungkapkan fakta jika masih banyak cerita rakyat atau mendongeng di Merauke yang selama ini belum diangkat dan didokumentasikan. Hal ini kata di ajika dibiarkan maka kekayaan budaya di Papua khususnya di Merauke tersebut bisa hilang atau punah.
‘’Hasil riset yang dilakukan tentang cerita rakyat, ternyata masih banyak cerita rakyat dalam bentuk dogeng atau monolog yang belum diangkat ke permukaan terlebih didokumentasikan dengan baik,’’ kata Ekfindar Diliana seusia memberikan materi terkait dengan teknik-teknik mendongeng atau monolog di Merauke, Sabtu (24/5) kemarin.
Festival Amba Mbembe yang dilaksanakan baru-baru ini di Merauke, kata dia merupakan salah satu bagian dalam mengangkat dan melestarikan cerita rakytat di Merauke tersebut, jangan sampai hilang untuk generasi masa depan.
‘’Sebab, salah satu narasumber dari riset kami menyampaikan bahwa mendongeng ini hanya sampai di generasi mereka dan jarang ditularkan lagi ke generasi muda. Ini menjadi perhatian kita bersama,’’ jelasnya.
Dikatakan, setiap orang bisa melakukan mendongeng atau monolog. Karena inti dari mendongeng itu adalah menceritakan sebuah cerita. Ceritanya tidak sembarang tapi memiliki nilai dan pesan-pesan moral.
‘’Nah, cerita-cerita ini di Merauke ini dari hasil riset kami sebenarnya banyak tapi itu tadi belum diangkat dan didokumentasikan dnegan baik. Padahal potensi cerita-cerita tersebut bisa mejadi bagian dari budaya yang harus dijaga,’’ katanya.
‘’Mengapa harus mendongeng ? karena tadi produk cerita rakyat itu harus didogengkan. Cerita rakyat atau mendongeng ini penting. Pertama, melalui mendongeng dapat mengembangkan kreativitas anak dan daya imajinasinya,’’ lanjutnya.