Tuesday, April 22, 2025
26.7 C
Jayapura

Paus Fransiskus Wafat, Siapa yang Akan Jadi Penggantinya?

JAKARTA-Wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun pada Senin (21/4), sehari setelah menyapa umat di Basilika Santo Petrus, menandai berakhirnya kepemimpinan seorang Paus yang dikenal progresif dan penuh semangat reformasi.

Mengingat kondisi kesehatannya yang menurun dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dirawat akibat pneumonia berat, isu suksesi pun telah lama menjadi pembahasan.

Kini, Vatikan akan menggelar konklaf, sidang tertutup di Kapel Sistina tempat 138 kardinal berusia di bawah 80 tahun dari total 252 kardinal akan memilih Paus baru secara rahasia.

Menurut Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat, proses ini dapat berlangsung 15–20 hari dengan empat putaran pemungutan suara setiap harinya hingga terpilih kandidat yang memperoleh dua pertiga suara.

Baca Juga :  Revisi UU Kementerian Negara, Jumlah Menteri Bertambah dari 34 Jadi 40

Melansir Independent, Senin (21/4/2025), berikut beberapa nama kuat yang disebut-sebut sebagai calon potensial untuk menggantikan Paus Fransiskus yang telah wafat:

Kardinal Pietro Parolin

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Kardinal Parolin dari Veneto, Italia, merupakan tokoh berpangkat tertinggi dalam konklaf kali ini. Dikenal sebagai sosok moderat, Parolin menghindari polarisasi politik Gereja antara sayap kiri dan kanan. 

Dalam wawancara dengan L’Eco di Bergamo, ia menegaskan pentingnya penyelesaian konflik global tanpa pendekatan sepihak. “Solusi tak boleh dipaksakan secara sepihak karena itu akan melukai hak suatu bangsa,” ujarnya.

Kardinal Peter Erdö

Kardinal asal Hungaria ini dikenal konservatif dan teguh mempertahankan ajaran tradisional Gereja. Ia menentang pemberian Komuni kepada umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali, serta pernah membandingkan penerimaan pengungsi dengan perdagangan manusia.

Baca Juga :  Jangan ada Lagi Demo Anarkis! 

Selain itu, pernyataannya yang membandingkan praktik menerima pengungsi dengan perdagangan manusia pernah memicu kontroversi, mencerminkan pandangan tegasnya dalam isu sosial dan migrasi. Erdö diangkat menjadi kardinal pada 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II.

JAKARTA-Wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun pada Senin (21/4), sehari setelah menyapa umat di Basilika Santo Petrus, menandai berakhirnya kepemimpinan seorang Paus yang dikenal progresif dan penuh semangat reformasi.

Mengingat kondisi kesehatannya yang menurun dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dirawat akibat pneumonia berat, isu suksesi pun telah lama menjadi pembahasan.

Kini, Vatikan akan menggelar konklaf, sidang tertutup di Kapel Sistina tempat 138 kardinal berusia di bawah 80 tahun dari total 252 kardinal akan memilih Paus baru secara rahasia.

Menurut Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat, proses ini dapat berlangsung 15–20 hari dengan empat putaran pemungutan suara setiap harinya hingga terpilih kandidat yang memperoleh dua pertiga suara.

Baca Juga :  Jalan Salib, Satukan Masyarakat Papua yang Tercerai Berai

Melansir Independent, Senin (21/4/2025), berikut beberapa nama kuat yang disebut-sebut sebagai calon potensial untuk menggantikan Paus Fransiskus yang telah wafat:

Kardinal Pietro Parolin

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Kardinal Parolin dari Veneto, Italia, merupakan tokoh berpangkat tertinggi dalam konklaf kali ini. Dikenal sebagai sosok moderat, Parolin menghindari polarisasi politik Gereja antara sayap kiri dan kanan. 

Dalam wawancara dengan L’Eco di Bergamo, ia menegaskan pentingnya penyelesaian konflik global tanpa pendekatan sepihak. “Solusi tak boleh dipaksakan secara sepihak karena itu akan melukai hak suatu bangsa,” ujarnya.

Kardinal Peter Erdö

Kardinal asal Hungaria ini dikenal konservatif dan teguh mempertahankan ajaran tradisional Gereja. Ia menentang pemberian Komuni kepada umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali, serta pernah membandingkan penerimaan pengungsi dengan perdagangan manusia.

Baca Juga :  Viral, Jamaah Aolia Sudah Lebaran, Pimpinannya Ngaku Sudah Telepon Allah

Selain itu, pernyataannya yang membandingkan praktik menerima pengungsi dengan perdagangan manusia pernah memicu kontroversi, mencerminkan pandangan tegasnya dalam isu sosial dan migrasi. Erdö diangkat menjadi kardinal pada 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/