Saturday, November 15, 2025
26.8 C
Jayapura

Peduli HIV-AIDS, JEJACA dan Rojali Rutin Sosialisasi

JAYAPURA – Kasus Human Immunodeficiency Viru (HIV) di Kota Jayapura cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura pada pekan lalu mencatat sebanyak 1.278 kasus HIV-AIDS yang baru ditemukan sepanjang 2024 lalu. Kondisi ini cukup memperihatinkan serta mendapatkan sorotan dari berbagai pihak lantaran penularan kasus itu didominasi oleh ibu rumah tangga.

Tak sedikit masyarakat mendesak pemerintah harus mencari cara untuk menanggulangi penyebaran virus tersebut. Dan pemerintah Kota Jayapura perlu mengambil langkah cepat dengan mengandeng para pihak. Salah satu yang bisa diajak berkampanye kesehatan adalah komunitas Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ada di Kota Jayapura maupun Jejaring Jayapura Comunitas atau Jejaca.

Menangapi itu Ketua Jejaca, Hendra Sarassang mengatakan bahwa hingga kini pihaknya rutin melakukan sosialisasi berbagai isu kesehatan terutama HIV. Itu dilakukan baik melalui media sosial maupun terjun langsung ke lapangan.

Baca Juga :  Dua Bocah Korban Kerusuhan Yalimo Alami Trauma Berat

Jejaca juga memiliki planing agenda diantaranya masuk ke pusat pembelanjaan dan kampus-kampus. Yang dibawa adalah isu kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial masyarakat. Tak hanya itu, untuk mencegah penyebaran virus tersebut setiap hari pihaknya membuka pelayanan pemeriksa HIV secara mandiri bagi orang yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan di DIC ( Drop In Center) Port Numbay, Kotaraja.

“Kita rutin melakukan sosialisasi kurang lebih dua bulan atau tiga bulan sekali. Biasanya kita melakukan sosialisasi di pusat pembelanjaan dan kampus-kampus mengenai HIV. Sementara untuk di sekolah-sekolah kita tidak bisa karena terhalang aturan,” jelas Hendra kepada Cenderawasih Pos, Selasa (25/2) sore.

Dewan pengawas Komunitas Rojali Papua, Muh Gibran

Untuk isu lingkungan hidup, komunikasi Jejaca rutin melakukan aksi pembersihan pantai sebulan sekali. Kemudian di isu sosial pihaknya turut memberikan bantuan sembako kepada anak-anak di pantai asuhan. Ditempat yang sama Dewan pengawas Komunitas Rojali Papua, Muh Gibran mengatakan dalam menanggulangi HIV dirinya perlu melakukan pendekatan persuasif terlebih dahulu kepada orang terdekat atau komunitas, lalu kepada masyarakat karena cakupannya luas.

Baca Juga :  Dampingi dengan Sabar 18 ABK yang Ikut Berbagai Lomba di Sejumlah Even Nasional

Lanjut Gibran menambahkan bahwa pihaknya juga melakukan sosialisasi secara online dengan memanfaatkan media sosial untuk memberikan himbauan dan ajakan kepada masyarakat. Hal itu dilakukan karena mobilitas teman-teman komunitas sangat tinggi sehingga waktu untuk memberikan sosialisasi secara offline sangat kecil kesempatannya.

JAYAPURA – Kasus Human Immunodeficiency Viru (HIV) di Kota Jayapura cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura pada pekan lalu mencatat sebanyak 1.278 kasus HIV-AIDS yang baru ditemukan sepanjang 2024 lalu. Kondisi ini cukup memperihatinkan serta mendapatkan sorotan dari berbagai pihak lantaran penularan kasus itu didominasi oleh ibu rumah tangga.

Tak sedikit masyarakat mendesak pemerintah harus mencari cara untuk menanggulangi penyebaran virus tersebut. Dan pemerintah Kota Jayapura perlu mengambil langkah cepat dengan mengandeng para pihak. Salah satu yang bisa diajak berkampanye kesehatan adalah komunitas Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ada di Kota Jayapura maupun Jejaring Jayapura Comunitas atau Jejaca.

Menangapi itu Ketua Jejaca, Hendra Sarassang mengatakan bahwa hingga kini pihaknya rutin melakukan sosialisasi berbagai isu kesehatan terutama HIV. Itu dilakukan baik melalui media sosial maupun terjun langsung ke lapangan.

Baca Juga :  Dukung MBG, Minimal 20 % Dana Desa Untuk Ketahanan Pangan

Jejaca juga memiliki planing agenda diantaranya masuk ke pusat pembelanjaan dan kampus-kampus. Yang dibawa adalah isu kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial masyarakat. Tak hanya itu, untuk mencegah penyebaran virus tersebut setiap hari pihaknya membuka pelayanan pemeriksa HIV secara mandiri bagi orang yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan di DIC ( Drop In Center) Port Numbay, Kotaraja.

“Kita rutin melakukan sosialisasi kurang lebih dua bulan atau tiga bulan sekali. Biasanya kita melakukan sosialisasi di pusat pembelanjaan dan kampus-kampus mengenai HIV. Sementara untuk di sekolah-sekolah kita tidak bisa karena terhalang aturan,” jelas Hendra kepada Cenderawasih Pos, Selasa (25/2) sore.

Dewan pengawas Komunitas Rojali Papua, Muh Gibran

Untuk isu lingkungan hidup, komunikasi Jejaca rutin melakukan aksi pembersihan pantai sebulan sekali. Kemudian di isu sosial pihaknya turut memberikan bantuan sembako kepada anak-anak di pantai asuhan. Ditempat yang sama Dewan pengawas Komunitas Rojali Papua, Muh Gibran mengatakan dalam menanggulangi HIV dirinya perlu melakukan pendekatan persuasif terlebih dahulu kepada orang terdekat atau komunitas, lalu kepada masyarakat karena cakupannya luas.

Baca Juga :  Hanya Penambahan Rp 716 Miliar Lebih

Lanjut Gibran menambahkan bahwa pihaknya juga melakukan sosialisasi secara online dengan memanfaatkan media sosial untuk memberikan himbauan dan ajakan kepada masyarakat. Hal itu dilakukan karena mobilitas teman-teman komunitas sangat tinggi sehingga waktu untuk memberikan sosialisasi secara offline sangat kecil kesempatannya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/