JAYAPURA– Virus ASF (African Swine Fever) memang memiliki dampak signifikan terhadap industri peternakan babi, termasuk penjualan pakan babi.
Salah satu petani penanaman daun betatas untuk pakan ternak babi, di Arso 6, Kabupaten Jayapura, Paulus Toding mengaku permintaan daun betatas untuk makanan campuran ternak babi mengalami penurunan.
“Dampak wabah ASF tidak hanya pada kematian babi, namun berpengaruh pada aspek finansial peternakan babi,” katanya, Sabtu (1/2).
Ia pun menerangkan, dulunya harga per ikat daun betatas Rp 12 ribu. Namun, dengan adanya ASF harga daun betatas menurun menjadi Rp 10 ribu/ikat.
“Bahkan ada petani yang biasa lahannya ditanami daun betatas kini beralih ke tanaman jagung, sayur sayuran dan lainnya,” terangnya.
Hal senada juga dikatakan Febri, selaku petani penanaman daun betatas untuk pakan babi di Arso 6. Ia mengaku adanya virus ASF membuat permintaan daun betatas untuk pakan ternak berkurang hingga mempengaruhi omzet patani.
Ia berharap harga daun betatas bisa kembali naik, sebab menanam daun betatas juga membutuhkan modal antara lain pupuk, obat obatan dan tenaga.
“Penurunan populasi babi akibat virus ASF menyebabkan penurunan harga daging babi dan pengirimannya ke daerah daerah di Papua. Hal ini juga bisa berdampak pada perekonomian masyarakat yang bergantung pada industri peternakan babi,” pungkasnya. (dil/fia).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos