Salah satu petani penanaman daun betatas untuk pakan ternak babi, di Arso 6, Kabupaten Jayapura, Paulus Toding mengaku permintaan daun betatas untuk makanan campuran ternak babi mengalami penurunan.
Hanya yang terjadi di lapangan arus pengirimannya masih sering dilakukan. Kepala BKHIT Papua Pegunungan Abdul Kadir Loji menyatakan secara organisasi pihaknya terus mengawasi, dimana untuk tahap awal telah dibuka karpet disinfektan di areal bandara untuk mencegah masuknya ASF.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jayawijaya Hendri Tetelepta mengaku desember lalu Dinas Peternakan Provinsi Papua Pegunungan sudah mengeluarkan informasi apabila di Jayawijaya sudah ditemukan adanya virus ASF, namun sampai sekarang pihaknya masih menunggu apa kebijakan dan tindak lanjut dari mereka.
“Kita berharap akhir Oktober, wabah ASF sudah selesai. Nantinya kita bersama veteriner Karantina Hewan Jayapura dan unsur terkait melakukan kajian kembali, setelah itu kita melaporkan hasil kajian tersebut ke gubernur untuk menerbitkan SK menurunkan status wabah menjadi status tertular,” kata Koibur, kepada wartawan
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan (Disnakkeswan) Kabupaten Mimika, drh. Sabelina Fitriani menjelaskan, daging babi pun saat ini sudah jarang ditemukan di pasaran karena dalam sehari, babi yang dipotong tidak lebih dari 3 ekor.
Kepala Disnakkeswan Kabupaten Mimika drh Sabelina Fitriani mengatakan, total populasi ternak babi di Mimika yang awalnya berjumlah 12.000 ekor kini tersisa 3.000-an ekor. Oleh karena itu, Sabelina meminta kepada peternak yang masih memiliki ternak babi agar tetap berhati-hati dan waspada menjaga ternaknya terhindar dari virus ASF.