Mencermati Ancaman dan Dampak Aktifitas Dunia Maya Bagi Keselamatan AnakÂ
Perkembangan teknologi semakin memudahkan siapa saja, termasuk anak-anak, dalam memperoleh informasi yang terkoneksi dengan banyak orang, bahkan dunia asing. Tanpa pengawasan dan literasi digital yang baik, konektivitas digital dapat menjerumuskan anak-anak pada konten-konten atau hal-hal yang membahayakan, termasuk eksploitasi seksual online.
Laporan: Mustakim Ali_JayapuraÂ
Tak ada orang tua yang rela anaknya terjerumus hal-hal negative dalam pergaulannya. Namun sering kali orang tua yang merasa mampu memberi kebahagian kepada anak dengan semua handphone atau gadget, justru lalai dalam mengawasi pergaulan anak di dunia maya. Akibatnya, banyak anak yang terjerat hal-hal negative hingga eksploitasi sesual di bawah umur.
  Kondisi ini juga menjadi perhatian serius dari Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Jayapura, Betty Anthoneta Puy. Menurutnya, demi keselamatan dan masa depan anak-anak, diperlukan tindakan komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan khususnya pengawasan orang tua untuk melindungi anak dari jerat eksploitasi seksual di ruang digital yang semakin mengkhawatirkan.
  Karena, kerentanan anak terhadap eksploitasi seksual di ruang digital bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan akses ke teknologi dan internet yang tidak diawasi, paparan konten pornografi, rendahnya bimbingan dari orang tua, kekerasan dalam keluarga, sayang anak yang berlebihan dan beberapa faktor lainnya.
 “Dengan keterbukaan informasi atau ruang digital yang begitu besar, akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak. Contohnya, orang tua beli Hp untuk kepentingan belajar, namun karena tidak ada kontrol yang baik akan lambat laun bisa mengarah ke hal-hal negatif,” ujar Betty Anthoneta Puy saat ditemui Cenderawasih Pos di kantor walikota, Rabu (22/1).
  “Karena anak-anak ini kan masih dalam usia tumbuh kembang yang sangat labil, jiwa ingin taunya sangat tinggi, ketika dia melihat dan menonton konten-konten negatif pasti dia juga mau coba karena rasa ingin tau nya tersebut,” lanjutnya.