Antisipasi Paham Radikalisme, Perlu Satu Pemahaman
Dialog lintas agama yang digelar Kantor Agama Kabupaten Merauke di Biara MSC Merauke, Rabu (6/11) ( FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE- Dalam rangka mengantisipasi masuknya paham radikalisme ke Merauke, Kantor Agama Kabupaten Merauke menggelar dialog lintas agama yang diikuti semua tokoh agama, kelompok muda, kaum perempuan di biara MSC Merauke, Rabu (6/11).
Kepala Kantor Agama Kabupaten Merauke Gabriel Rettobyaan kepada wartawan ditemui di Kantor Bupati Merauke mengungkapkan, dialog yang dilaksanakan ini untuk membangun satu pemahaman bersama dalam mengantisipasi adanya kelompok-kelompok intoleran dan radikalisme masuk ke Merauke.
Sebab, selama ini Kabupaten Merauke dengan mottonya izakod bekai izakod kai, satu hati satu tujuan dan menjadi istana damai, istana cinta kasih dan istana persaudaraan. ‘’Kedua, kementerian agama tahun ini menetapkan sebagai tahun data dan tahun moderasi beragama. sehingga kita mengajak semua agama coba memahami apa itu moderasi beragama sehingga sepak terjang pergaulan dan interaksi betul-betul tidak hanya manis dalam ucapan tapi membawa orang menyeimbangkan sebagia hal. jadi tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan. se3hingga dalam interaksinya kita tidak saling meremehkan satu dengan lainnya tapi kita saling menghormati perbedaan dan keragaman yang ada di daerah kita. Itu target kita ,’’ jelasnya.
Karena itu, dalam dialog ini sebagai narasumber adalah Polres Merauke, terkait bagaimana antisipasi kepolisian terkait dengan aliran-aliran yang coba mau mengganggu persatuan dan kesatuan secara khusus di Merauke.
Sementara dari Majelis Ulama Indonesia yang disampaikan oleh Ketua MUI yang juga Sekretaris FKUB Kabupaten Merauke, sehubungan upaya antisipasi MUI terkait dengan aliran-aliran radikalisme yang mau masuk ke kabupaten Merauke.
“Sedangkan dari Kantor Agama, memberikan materi bagaimana relasi beragama di ruang lingkup masing-masing agama. Kalau konsep ini sudah dipahami bersama dengan terbitnya buka moderasi beragama maka kita akan menjadi panduan bagi seluruh masyarakat dalam memahami apa itu moderasi,” jelasnya.
Ditambahkan, dialog lintas agama ini mendapat antusiasmedari seluruh kalangan yang ada di Merauke dan hadir pada kegiatan yang berlangsung sehari itu. (ulo/tri)
Dialog lintas agama yang digelar Kantor Agama Kabupaten Merauke di Biara MSC Merauke, Rabu (6/11) ( FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE- Dalam rangka mengantisipasi masuknya paham radikalisme ke Merauke, Kantor Agama Kabupaten Merauke menggelar dialog lintas agama yang diikuti semua tokoh agama, kelompok muda, kaum perempuan di biara MSC Merauke, Rabu (6/11).
Kepala Kantor Agama Kabupaten Merauke Gabriel Rettobyaan kepada wartawan ditemui di Kantor Bupati Merauke mengungkapkan, dialog yang dilaksanakan ini untuk membangun satu pemahaman bersama dalam mengantisipasi adanya kelompok-kelompok intoleran dan radikalisme masuk ke Merauke.
Sebab, selama ini Kabupaten Merauke dengan mottonya izakod bekai izakod kai, satu hati satu tujuan dan menjadi istana damai, istana cinta kasih dan istana persaudaraan. ‘’Kedua, kementerian agama tahun ini menetapkan sebagai tahun data dan tahun moderasi beragama. sehingga kita mengajak semua agama coba memahami apa itu moderasi beragama sehingga sepak terjang pergaulan dan interaksi betul-betul tidak hanya manis dalam ucapan tapi membawa orang menyeimbangkan sebagia hal. jadi tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan. se3hingga dalam interaksinya kita tidak saling meremehkan satu dengan lainnya tapi kita saling menghormati perbedaan dan keragaman yang ada di daerah kita. Itu target kita ,’’ jelasnya.
Karena itu, dalam dialog ini sebagai narasumber adalah Polres Merauke, terkait bagaimana antisipasi kepolisian terkait dengan aliran-aliran yang coba mau mengganggu persatuan dan kesatuan secara khusus di Merauke.
Sementara dari Majelis Ulama Indonesia yang disampaikan oleh Ketua MUI yang juga Sekretaris FKUB Kabupaten Merauke, sehubungan upaya antisipasi MUI terkait dengan aliran-aliran radikalisme yang mau masuk ke kabupaten Merauke.
“Sedangkan dari Kantor Agama, memberikan materi bagaimana relasi beragama di ruang lingkup masing-masing agama. Kalau konsep ini sudah dipahami bersama dengan terbitnya buka moderasi beragama maka kita akan menjadi panduan bagi seluruh masyarakat dalam memahami apa itu moderasi,” jelasnya.
Ditambahkan, dialog lintas agama ini mendapat antusiasmedari seluruh kalangan yang ada di Merauke dan hadir pada kegiatan yang berlangsung sehari itu. (ulo/tri)