Tuesday, October 8, 2024
26.7 C
Jayapura

Semester Pertama 2024 Ditemukan 1006 Kasus Stunting di Kab Jayapura

SENTANI – Situasi miris terkait program pemberantasan stunting yang digalakkan secara nasional ternyata masih banyak ditemukan. Ini tak hanya terjadi di kawasan yang jauh dari kota  karena berbagai faktor pendukung namun ada juga yang masih disekitar kota yang notabene masih mudah diakses. Salah satunya di Kabapaten Jayapura.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Edward Sihotang mengatakan, kasus stunting hingga semester pertama (I) tahun 2024 mencapai 13,3 persen atau 1006 kasus yang ditemukan di Kabupaten Jayapura. Menurut Edwar, kasus stunting tersebut ditemukan berdasarkan dari proses analisis dan pengukuran pada aksi konvergensi Ke -7 yang ditemukan kasus stunting baru karena terdapat balita gizi buruk dan berat bayi rendah sejak lahir.

“Data tersebut sebanyak 13,3 persen itu menjadi data sekarang, dan data gizi buruk kita itu 1,5 persen, dan itu kemungkinan bisa mensuplai stunting baru sekitar 1,5 persen, serta bayi berat kurang 5,6 persen inilah dua hal yang nanti kita akan coba menanganinya,” ungkapan, Jumat (4/10) kemarin.

Baca Juga :  Polda Sudah Petakan Tingkat Kerawanan Pilkada 2020

Menurutnya, kasus stunting dan gizi buruk yang terjadi pada balita ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni pola asuh yang menyebabkan balita gizi kurang, akses terbatas kepada masyarakat atau balita, dan kurangnya pemanfaatan Posyandu oleh masyarakat.  Dan dari 19 Distrik memang tidak semua mengalami hal di atas tapi ada  yang ditemukan balita gizi buruk, dicatat ada kasus di Airu, Waibu, Nimboran, memang sudah dilakukan penanganan, memang ada peningkatan berat badan, namun tidak akan bisa maksimal dalam waktu singkat.

Edward berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan mulai dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita selama 56 hari, serta peran aktif masyarakat untuk memeriksakan balita ke Posyandu, agar pemantauan berkala dapat dimaksimalkan sehingga tidak terjadi stunting baru.

Baca Juga :  Pemberian Surat IMB Diminta Lebih Selektif

Ditambah lagi, untuk mencegah stunting, hal yang dilakukan adalah meluncurkan program PMT berbahan pangan lokal, melakukan pengukuran dan intervensi serentak, melakukan kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku,  melakukan konvergensi program pusat, daerah, dan kampung, melakukan upaya ketahanan pangan dan gizi. Selain itu, pemerintah juga melakukan program percepatan penurunan stunting yang merupakan program prioritas Presiden RI. Program ini menargetkan penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.(dil/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

SENTANI – Situasi miris terkait program pemberantasan stunting yang digalakkan secara nasional ternyata masih banyak ditemukan. Ini tak hanya terjadi di kawasan yang jauh dari kota  karena berbagai faktor pendukung namun ada juga yang masih disekitar kota yang notabene masih mudah diakses. Salah satunya di Kabapaten Jayapura.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Edward Sihotang mengatakan, kasus stunting hingga semester pertama (I) tahun 2024 mencapai 13,3 persen atau 1006 kasus yang ditemukan di Kabupaten Jayapura. Menurut Edwar, kasus stunting tersebut ditemukan berdasarkan dari proses analisis dan pengukuran pada aksi konvergensi Ke -7 yang ditemukan kasus stunting baru karena terdapat balita gizi buruk dan berat bayi rendah sejak lahir.

“Data tersebut sebanyak 13,3 persen itu menjadi data sekarang, dan data gizi buruk kita itu 1,5 persen, dan itu kemungkinan bisa mensuplai stunting baru sekitar 1,5 persen, serta bayi berat kurang 5,6 persen inilah dua hal yang nanti kita akan coba menanganinya,” ungkapan, Jumat (4/10) kemarin.

Baca Juga :  Pemilik Hak Ulayat Ancam Kembali Palang Stadion Papua Bangkit

Menurutnya, kasus stunting dan gizi buruk yang terjadi pada balita ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni pola asuh yang menyebabkan balita gizi kurang, akses terbatas kepada masyarakat atau balita, dan kurangnya pemanfaatan Posyandu oleh masyarakat.  Dan dari 19 Distrik memang tidak semua mengalami hal di atas tapi ada  yang ditemukan balita gizi buruk, dicatat ada kasus di Airu, Waibu, Nimboran, memang sudah dilakukan penanganan, memang ada peningkatan berat badan, namun tidak akan bisa maksimal dalam waktu singkat.

Edward berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan mulai dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita selama 56 hari, serta peran aktif masyarakat untuk memeriksakan balita ke Posyandu, agar pemantauan berkala dapat dimaksimalkan sehingga tidak terjadi stunting baru.

Baca Juga :  Masih Ada Tabir tentang Diponegoro yang Ingin Dia Kuak

Ditambah lagi, untuk mencegah stunting, hal yang dilakukan adalah meluncurkan program PMT berbahan pangan lokal, melakukan pengukuran dan intervensi serentak, melakukan kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku,  melakukan konvergensi program pusat, daerah, dan kampung, melakukan upaya ketahanan pangan dan gizi. Selain itu, pemerintah juga melakukan program percepatan penurunan stunting yang merupakan program prioritas Presiden RI. Program ini menargetkan penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.(dil/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/