Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Pedagang dari Skouw Susah Dapat Tempat di Pasar 

JAYAPURA-Salah satu pekerjaan pokok masyarakat di tiga Kampung di Skouw (Skouw Sae, Skouw Mabo dan Skouw Yambe) adalah bertani. Sebagian besar hasil bumi mereka ini dijual di Pasar Youtefa dan Otonom Kotaraja. Memilih berjualan di dua pasar tersebut, karena daya beli masyarakat cukup tinggi dibandingkan dijual di wilayah Kampung Skouw.

   Setiap pagi dan sore mereka rela membayar angkot, asalkan hasil bumi mereka ini bisa menghasilkan uang.  Sayang, meski datang dari jauh, namun para petani dari wilayah perbatasan RI-PNG ini tidak mendapatkan tempat untuk berjualan di dua pasar tersebut.

   Meski demikian tidak menyulutkan semangat mereka untuk berjualan setiap hari karena dari hasil jualan itulah mereka bisa menghidupi keluarga. “Sampai saat ini kami hanya bisa berjualan dengan alas terpal,” kata Ros Mince perempuan asal Kampung Skouw Sae, saat dialog singkat dengan Calon Wakil Gubernur Papua Yermias Bisai, di halaman Kampung Skouw Sae, Rabu (2/10).

Baca Juga :  Ratusan Liter Sopi Kembali Diamankan di Pelabuhan

   Ros mengatakan masalah penempatan pedagang di dua pasar tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah Kota Jayapura, akan tetapi tidak direspon. Ironisnya lagi meski hanya berjualan beralaskan terpal, namun mereka tetap membayar iuran wajib setiap harinya, berupa iuran kebersihan kepada pengelola pasar.

   “Kami tidak pernah telat bayar iuran Rp 5 ribu setiap hari, karena memang itu kewajiban,” jelasnya saat ditanya Cendrawasih Pos usai acara kampanye.

   Diapun mengatakan memang didua pasar tersebut ada tempat yang tidak terisi, akan tetapi kondisinya sudah sangat tidak layak ditempati.

   “Misalnya di Pasar Youtefa ada los bagian tengah yang kosong, tapi kami tidak mungkin juakan disitu karena masyarakst tidak tau tempat itu,”bebernya.

Baca Juga :  Kantor Kampung Tobati Diresmikan, Telan Anggaran Rp 800 juta

JAYAPURA-Salah satu pekerjaan pokok masyarakat di tiga Kampung di Skouw (Skouw Sae, Skouw Mabo dan Skouw Yambe) adalah bertani. Sebagian besar hasil bumi mereka ini dijual di Pasar Youtefa dan Otonom Kotaraja. Memilih berjualan di dua pasar tersebut, karena daya beli masyarakat cukup tinggi dibandingkan dijual di wilayah Kampung Skouw.

   Setiap pagi dan sore mereka rela membayar angkot, asalkan hasil bumi mereka ini bisa menghasilkan uang.  Sayang, meski datang dari jauh, namun para petani dari wilayah perbatasan RI-PNG ini tidak mendapatkan tempat untuk berjualan di dua pasar tersebut.

   Meski demikian tidak menyulutkan semangat mereka untuk berjualan setiap hari karena dari hasil jualan itulah mereka bisa menghidupi keluarga. “Sampai saat ini kami hanya bisa berjualan dengan alas terpal,” kata Ros Mince perempuan asal Kampung Skouw Sae, saat dialog singkat dengan Calon Wakil Gubernur Papua Yermias Bisai, di halaman Kampung Skouw Sae, Rabu (2/10).

Baca Juga :  Numbay Creative Festival Digelar

   Ros mengatakan masalah penempatan pedagang di dua pasar tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah Kota Jayapura, akan tetapi tidak direspon. Ironisnya lagi meski hanya berjualan beralaskan terpal, namun mereka tetap membayar iuran wajib setiap harinya, berupa iuran kebersihan kepada pengelola pasar.

   “Kami tidak pernah telat bayar iuran Rp 5 ribu setiap hari, karena memang itu kewajiban,” jelasnya saat ditanya Cendrawasih Pos usai acara kampanye.

   Diapun mengatakan memang didua pasar tersebut ada tempat yang tidak terisi, akan tetapi kondisinya sudah sangat tidak layak ditempati.

   “Misalnya di Pasar Youtefa ada los bagian tengah yang kosong, tapi kami tidak mungkin juakan disitu karena masyarakst tidak tau tempat itu,”bebernya.

Baca Juga :  DLH Siapkan Sarana, Pembayaran Urusan Bapenda

Berita Terbaru

Artikel Lainnya