Thursday, November 21, 2024
26.7 C
Jayapura

Lima Bahasa Ibu Dituturkan Dalam Festival Bahasa bahasa

JAYAPURA– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura  bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Papua melaksanakan kegiatan festival publikasi bahasa tingkat Kota Jayapura, Kamis (15/8) kemarin.

   Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Jayapura,  Grace Yokhu mengatakan, kegiatan festival publikasi bahasa, menampilkan anak-anak yang sudah menang dalam lomba pesta seni dan budaya pada Tahun 2022, yang mengcover semua bahasa dari Port Numbay.

Pesertanya juga dari kampung yang jadi jadi pemenang 2023 festival Tunas bahasa ibu dan bahasa Tobati. Selain itu juga, peserta menjadi pemenang dalam kegiatan festival bahasa ibu pada bulan Maret 2024.

    “Jadi mereka menampilkan bahasa yang ada di Port Numbay. Ada stand up comedy,  bercerita,  menyanyi, baca cerpen untuk SMP, mendongeng untuk kategori SD. Jadi semua anak-anak lagi mengeksplor kemampuan mereka dalam berbahasa daerah yang ada di Port Nunbay” katanya.

Baca Juga :  Pemkot Tanggung Jaminan Sosial Penyelenggara Pemilu

    Dia mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi masyarakat yang punya bahasa daerah, terutama mereka yang ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan itu. Karena itu hendaknya melalui kegiatan ini masyarakat juga termotivasi untuk tetap menggunakan bahasa ibu.

    Setidaknya ada lima bahasa ibu yang ditampilkan dalam kegiatan festival bahasa kali ini,  yakni  bahasa  Nafri, Tobati, Sentani, Skouw, Kayubatu. Selain itu peserta yang ditampilkan dalam kegiatan itu adalah siswa-siswi Nusantara.  Ada yang dari Sorong, Paniai, Portnumbai, Sumatera, Jawa,  “mereka berbicara menggunakan Bahasa Nafri, Bahasa Tobati,” ujarnya.

   Dia mengatakan 5 bahasa ini dipakai karena memang sudah terancam punah.  Karena itu bahasa-bahasa tersebut juga ada yang  sudah memiliki kamus, ada juga yang sudah memiliki bahan ajar di sekolah.

Baca Juga :  Tekan Inflasi, Pemprov Dorong Gerakan Tanam Cabai

“Lima bahasa ini karena mereka masih banyak penuturnya,  dan  ada juga yang sudah dibikinkan kamus, bahan ajar, ada juga buku-buku panduan yang sudah dibuat untuk mereka belajar.  Kita sudah siapkan buku-buku pembelajarannya makanya kita pilih bahasa ini,”ujarnya.(roy/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura  bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Papua melaksanakan kegiatan festival publikasi bahasa tingkat Kota Jayapura, Kamis (15/8) kemarin.

   Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Jayapura,  Grace Yokhu mengatakan, kegiatan festival publikasi bahasa, menampilkan anak-anak yang sudah menang dalam lomba pesta seni dan budaya pada Tahun 2022, yang mengcover semua bahasa dari Port Numbay.

Pesertanya juga dari kampung yang jadi jadi pemenang 2023 festival Tunas bahasa ibu dan bahasa Tobati. Selain itu juga, peserta menjadi pemenang dalam kegiatan festival bahasa ibu pada bulan Maret 2024.

    “Jadi mereka menampilkan bahasa yang ada di Port Numbay. Ada stand up comedy,  bercerita,  menyanyi, baca cerpen untuk SMP, mendongeng untuk kategori SD. Jadi semua anak-anak lagi mengeksplor kemampuan mereka dalam berbahasa daerah yang ada di Port Nunbay” katanya.

Baca Juga :  Sebelum Ada Korban, Traffic Light Waena Segera  Diperbaiki

    Dia mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi masyarakat yang punya bahasa daerah, terutama mereka yang ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan itu. Karena itu hendaknya melalui kegiatan ini masyarakat juga termotivasi untuk tetap menggunakan bahasa ibu.

    Setidaknya ada lima bahasa ibu yang ditampilkan dalam kegiatan festival bahasa kali ini,  yakni  bahasa  Nafri, Tobati, Sentani, Skouw, Kayubatu. Selain itu peserta yang ditampilkan dalam kegiatan itu adalah siswa-siswi Nusantara.  Ada yang dari Sorong, Paniai, Portnumbai, Sumatera, Jawa,  “mereka berbicara menggunakan Bahasa Nafri, Bahasa Tobati,” ujarnya.

   Dia mengatakan 5 bahasa ini dipakai karena memang sudah terancam punah.  Karena itu bahasa-bahasa tersebut juga ada yang  sudah memiliki kamus, ada juga yang sudah memiliki bahan ajar di sekolah.

Baca Juga :  Ketika Situs Gunung Srobu Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya

“Lima bahasa ini karena mereka masih banyak penuturnya,  dan  ada juga yang sudah dibikinkan kamus, bahan ajar, ada juga buku-buku panduan yang sudah dibuat untuk mereka belajar.  Kita sudah siapkan buku-buku pembelajarannya makanya kita pilih bahasa ini,”ujarnya.(roy/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya