Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Setahun Tidak Beroperasi, Sirene Tsunami Masih Berfungsi 

JAYAPURA-Pesisir Kota Jayapura dihadapkan dengan potensi bencana tsunami yang tinggi, pasalnya Kota Jayapura masuk ke dalam wilayah seismik aktif atau daerah yang sering terjadi  gempa. Untuk menghadapi hal tersebut, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V menyiapkan Sirine Warning Tsunami, WRS-NG dan rambu-rambu evakuasi.

  Ketua Tim Observasi Stasiun Geofisika Kelas l Jayapura Netty Yufita Baru mengungkapkan bahwa  peralatan yang terpasang untuk mendeteksi terjadinya Tsunami ketika ada gempa di Kota Jayapura masih dalam kondisi layak beroperasi dan diaktifasikan sekali dalam sebulan dan kesiapsiagaan sesuai standar operasional prosedur (SOP) sirine tersebut.

   Sirine tersebut pun akan dibunyikan setiap tanggal 26 pukul 10.00 WIT setiap bulannya, untuk memastikan alat tersebut berfungsi dengan baik dan bunyi sirene ini akan mencapai radius 3 sampai 5 kilo meter dari gedung Majelis Rakyat Papua (MRO). Diketahui Sirine tersebut telah di pasang sejak tahun 2010 lalu.

  “Peralatan kami yang terpasang disini ada satu peralatan sirene Tsunami, peralatannya masih layak beroperasi, peralatannya baik, dan kami bunyikanya setiap tanggal 26 tiap bulannya, jadi aktivasinya dilakukan tiap bulan,” kata Netty kepada Cenderawasih Pos, Rabu (29/5).

Baca Juga :  Harkitnas, Pemuda Port Numbay Harus Aktif Berkegiatan Positif

   Netty mengatakan untuk kejadian gempa tiap harinya pasti ada, tetapi dengan skala yang kecil. Hanya bisa terdeteksi dengan alat dan tidak dirasakan. Dikarenakan Kota Jayapura merupakan wilayah seismik aktif, kejadian gempa bumi sering terjadi dengan waktu tertentu. Potensi gempa Kota Jayapura terjadi karena aktivitas patahan atau sesar lokal dan zona subduksi utara Papua

  Terkait dengan hal itu BMKG terus melakukan monitoring dan menganalisis. Sebab, gempa bumi itu tidak bisa diprediksi, untuk wilayah Jayapura, gempa masih sering terjadi tetapi dengan sekala yang kecil. “Kita tinggal di daerah seismik, daerah yang potensi gempa bumi itu sering terjadi, kita ini tinggal di daerah yang dimana Zona subduksi dan jalur patahan yang aktif,” jelasnya.

   Dijelaskannya wilayah seluruhnya terkecuali wilayah bagian selatan Papua seperti Merauke kejadian gempa bumi jarang terjadi bahkan tidak ada. Dikatakannya kejadian gempa disebabkan ada Zona subduksi atau Zona patahan atau sesar.

   “Jadi kalau daerah tersebut tidak ada seperti  Zona subduksi atau Zona patahan atau sesar, belum tentu juga terjadi, seperti daerah selatan,”ujarnya.

Baca Juga :  Jembatan Youtefa Kerap Jadi Arena Jumping Motor

   Netty melanjutkan pola gempa itu menyebar  tidak berfokus pada suatu tempat, pasti di semua tempat ada, cuma waktunya saja tidak bisa diprediksi. Dia mengaku, sirene tsunami sempat tidak dibunyikan selama satu tahun, akibat pembangunan gedung MRP Papua, namun sistem alarm sirene Tsunami masih dalam kondisi layak digunakan.

  Jadi walaupun sistem alarm sirene waktu itu sempat tidak digunakan, akan tetapi kata Netty, pihaknya mengunakan sistem lain. Dia mengatakan alat untuk warning Tsunami bukan hanya dari sirene tetapi ada yang lain juga untuk bisa membantu masyarakat yakni, Warning receiver system New Gen (WRS NG).

  “Jadi kita membantu masyarakat ya, terutama kami kan  tim penanggulangan  bencana seperti Basarnas, BPBD, kami kan harus reaksi cepat ketika kejadian, jadi alat tersebut membantu kami untuk memberikan informasi sebelum yang lain,” terangnya. (kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

JAYAPURA-Pesisir Kota Jayapura dihadapkan dengan potensi bencana tsunami yang tinggi, pasalnya Kota Jayapura masuk ke dalam wilayah seismik aktif atau daerah yang sering terjadi  gempa. Untuk menghadapi hal tersebut, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V menyiapkan Sirine Warning Tsunami, WRS-NG dan rambu-rambu evakuasi.

  Ketua Tim Observasi Stasiun Geofisika Kelas l Jayapura Netty Yufita Baru mengungkapkan bahwa  peralatan yang terpasang untuk mendeteksi terjadinya Tsunami ketika ada gempa di Kota Jayapura masih dalam kondisi layak beroperasi dan diaktifasikan sekali dalam sebulan dan kesiapsiagaan sesuai standar operasional prosedur (SOP) sirine tersebut.

   Sirine tersebut pun akan dibunyikan setiap tanggal 26 pukul 10.00 WIT setiap bulannya, untuk memastikan alat tersebut berfungsi dengan baik dan bunyi sirene ini akan mencapai radius 3 sampai 5 kilo meter dari gedung Majelis Rakyat Papua (MRO). Diketahui Sirine tersebut telah di pasang sejak tahun 2010 lalu.

  “Peralatan kami yang terpasang disini ada satu peralatan sirene Tsunami, peralatannya masih layak beroperasi, peralatannya baik, dan kami bunyikanya setiap tanggal 26 tiap bulannya, jadi aktivasinya dilakukan tiap bulan,” kata Netty kepada Cenderawasih Pos, Rabu (29/5).

Baca Juga :  ASN Pemprov Diarahkan Melayat, Pegawai Pemkot 70% Berkantor

   Netty mengatakan untuk kejadian gempa tiap harinya pasti ada, tetapi dengan skala yang kecil. Hanya bisa terdeteksi dengan alat dan tidak dirasakan. Dikarenakan Kota Jayapura merupakan wilayah seismik aktif, kejadian gempa bumi sering terjadi dengan waktu tertentu. Potensi gempa Kota Jayapura terjadi karena aktivitas patahan atau sesar lokal dan zona subduksi utara Papua

  Terkait dengan hal itu BMKG terus melakukan monitoring dan menganalisis. Sebab, gempa bumi itu tidak bisa diprediksi, untuk wilayah Jayapura, gempa masih sering terjadi tetapi dengan sekala yang kecil. “Kita tinggal di daerah seismik, daerah yang potensi gempa bumi itu sering terjadi, kita ini tinggal di daerah yang dimana Zona subduksi dan jalur patahan yang aktif,” jelasnya.

   Dijelaskannya wilayah seluruhnya terkecuali wilayah bagian selatan Papua seperti Merauke kejadian gempa bumi jarang terjadi bahkan tidak ada. Dikatakannya kejadian gempa disebabkan ada Zona subduksi atau Zona patahan atau sesar.

   “Jadi kalau daerah tersebut tidak ada seperti  Zona subduksi atau Zona patahan atau sesar, belum tentu juga terjadi, seperti daerah selatan,”ujarnya.

Baca Juga :  Korban Tenggelam di Pantai Holtekamp  Punya Lima Anak

   Netty melanjutkan pola gempa itu menyebar  tidak berfokus pada suatu tempat, pasti di semua tempat ada, cuma waktunya saja tidak bisa diprediksi. Dia mengaku, sirene tsunami sempat tidak dibunyikan selama satu tahun, akibat pembangunan gedung MRP Papua, namun sistem alarm sirene Tsunami masih dalam kondisi layak digunakan.

  Jadi walaupun sistem alarm sirene waktu itu sempat tidak digunakan, akan tetapi kata Netty, pihaknya mengunakan sistem lain. Dia mengatakan alat untuk warning Tsunami bukan hanya dari sirene tetapi ada yang lain juga untuk bisa membantu masyarakat yakni, Warning receiver system New Gen (WRS NG).

  “Jadi kita membantu masyarakat ya, terutama kami kan  tim penanggulangan  bencana seperti Basarnas, BPBD, kami kan harus reaksi cepat ketika kejadian, jadi alat tersebut membantu kami untuk memberikan informasi sebelum yang lain,” terangnya. (kar/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya