Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Kenapa Gol Ferarri ke Gawang Uzbekistan Dianulir? Ternyata Begini Penjelasannya

JAKARTA-Asa Indonesia untuk mengalahkan Uzbekistan di laga semifinal Piala Aisia U-23 2024 pada Senin (29/4) malam sempat terbuka setelah Muhammad Ferarri mencetak gol sekitar menit 60. Hanya saja, gol tersebut dianulir oleh wasit.

Setelah gol terjadi, wasit mengecek Video Assistance Referee (VAR) untuk meninjau apakah gol tersebut sah. Namun, gol Ferarri tenyata harus dianulir. Bola terlebih dahulu mengenai Ramadhan Sananta yang berada dalam posisi offside sebelum jatuh di kaki Ferarri dan ditendang menjebol gawang Uzbekistan.

Sananta tampak tak berada dalam posisi offside, namun VAR mengatakan sebaliknya. Jika dilihat dari tayangan ulang VAR secara detail, kaki kanan Sanantha memang telah berada dalam posisi offside, meski tipis.

Berdasarkan Law 11 pada Laws of The Game yang diterbitkan International Football Association Board (IFAB), tepatnya pada poin 11.1, berikut alasan mengapa seorang pemain dinyatakan offside:

Baca Juga :  Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Datang, Berpotensi Full Naturalisasi

“Seorang pemain berada dalam posisi offside jika bagian kepala, badan, atau kakinya berada di setengah area lawan (tidak termasuk garis tengah) dan bagian kepala, badan, atau kaki lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola dan pemain kedua terakhir,” jelas IFAB, dikutip dari laman resmi IFAB pada Selasa (30/4).

Sebelum bola jatuh di kaki Sanantha, kaki kanan sang striker memang terlihat berada lebih dekat dengan garis gawang Uzbekistan dibanding bola maupun pemain kedua terakhir lawan.

Adapun yang dimaksud dengan pemain kedua terakhir ialah orang terakhir di lini pertahanan, sebab yang dihitung sebagai pemain terakhir ialah penjaga gawang.

Jika kepala, badan, atau kaki berada dalam posisi tersebut maka akan terhitung offside, karena ketiga bagian tersebut bisa digunakan untuk mencetak gol. Sementara tangan dan lengan tidak dihitung.

Kejadian-kejadian seperti ini memang sering terjadi, termasuk di pertandingan-pertandingan liga top eropa. Banyak kontroversi yang terjadi akibat aturan ini.

Baca Juga :  Profil Martin Paes, Kiper Naturalisasi Baru yang Pernah Tepis Tendangan Messi

IFAB bahkan dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk merevisi aturan ini setelah menerima masukan dari mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger. Pelatih asal Prancis itu menyebut bahwa sebaiknya, seorang pemain baru akan dianggap offside apabila seluruh bagian tubuhnya telah melewati pemain terakhir di lini pertahanan lawan. (*)

Sumber: Jawapos

JAKARTA-Asa Indonesia untuk mengalahkan Uzbekistan di laga semifinal Piala Aisia U-23 2024 pada Senin (29/4) malam sempat terbuka setelah Muhammad Ferarri mencetak gol sekitar menit 60. Hanya saja, gol tersebut dianulir oleh wasit.

Setelah gol terjadi, wasit mengecek Video Assistance Referee (VAR) untuk meninjau apakah gol tersebut sah. Namun, gol Ferarri tenyata harus dianulir. Bola terlebih dahulu mengenai Ramadhan Sananta yang berada dalam posisi offside sebelum jatuh di kaki Ferarri dan ditendang menjebol gawang Uzbekistan.

Sananta tampak tak berada dalam posisi offside, namun VAR mengatakan sebaliknya. Jika dilihat dari tayangan ulang VAR secara detail, kaki kanan Sanantha memang telah berada dalam posisi offside, meski tipis.

Berdasarkan Law 11 pada Laws of The Game yang diterbitkan International Football Association Board (IFAB), tepatnya pada poin 11.1, berikut alasan mengapa seorang pemain dinyatakan offside:

Baca Juga :  Jelang Piala AFF Indonesia U-19 vs Filipina U-19: Ajang Mematangkan Pemain

“Seorang pemain berada dalam posisi offside jika bagian kepala, badan, atau kakinya berada di setengah area lawan (tidak termasuk garis tengah) dan bagian kepala, badan, atau kaki lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola dan pemain kedua terakhir,” jelas IFAB, dikutip dari laman resmi IFAB pada Selasa (30/4).

Sebelum bola jatuh di kaki Sanantha, kaki kanan sang striker memang terlihat berada lebih dekat dengan garis gawang Uzbekistan dibanding bola maupun pemain kedua terakhir lawan.

Adapun yang dimaksud dengan pemain kedua terakhir ialah orang terakhir di lini pertahanan, sebab yang dihitung sebagai pemain terakhir ialah penjaga gawang.

Jika kepala, badan, atau kaki berada dalam posisi tersebut maka akan terhitung offside, karena ketiga bagian tersebut bisa digunakan untuk mencetak gol. Sementara tangan dan lengan tidak dihitung.

Kejadian-kejadian seperti ini memang sering terjadi, termasuk di pertandingan-pertandingan liga top eropa. Banyak kontroversi yang terjadi akibat aturan ini.

Baca Juga :  Timnas Jepang U-17 Percaya Diri Melangkah Jauh di Piala Dunia U-17 di Indonesia

IFAB bahkan dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk merevisi aturan ini setelah menerima masukan dari mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger. Pelatih asal Prancis itu menyebut bahwa sebaiknya, seorang pemain baru akan dianggap offside apabila seluruh bagian tubuhnya telah melewati pemain terakhir di lini pertahanan lawan. (*)

Sumber: Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya