Monday, November 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Tekankan Ketiga Capres Tidak Menganut Nasionalisme yang Sempit

JAKARTA-Pendiri sekaligus Ketua Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Calon Presiden (Capres) dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 sebaiknya tidak menganut nasionalisme yang sempit dan mampu melihat peluang dari luar untuk kepentingan Nasional.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) itu, menyampaikan hal tersebut dalam acara Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) di Jakarta pada Sabtu (2/12).
Dalam kesempatan tersebut, ia berharap agar ketiga Capres yang menjadi peserta Pemilu 2024 agar lebih peka terhadap tanda-tanda perkembangan global saat ini.
“Presiden terpilih pada (Pemilu) 2024 harus paham bahwa sebagian besar aset yang diperlukan untuk kesejahteraan Indonesia ada di luar wilayah Indonesia. Adalah modal, teknologi, jaringan, dan termasuk juga senjata,” kata Dino seperti yang dikutip dari Antara pada Sabtu (2/12).
Menurutnya, Capres terpilih dalam kontestasi Pemilu 2024 pada Februari mendatang harus mampu melihat kesempatan maupun tantangan dari luar guna mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia, bukan hanya terpaku pada inward looking atau melihat ke dalam saja.
Maka dari itu, Presiden Indonesia ke depannya dituntut untuk menguasai wawasan dan strategi Internasional yang komprehensif dan berkesinambungan.
“Indonesia bebas aktif adalah fondasi, bukan strategi. Butuh prinsip, tujuan , dan strategi,” terang Dino Patti Djalal.
Selain Dino Patti Djalal, acara CIFP 2023 turut dihadiri oleh Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, serta Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo.
Hadirnya Anies dan Ganjar tersebut dalam acara CIFP 2023, guna menerima tantangan untuk memaparkan gagasan mereka tentang masalah politik dan kebijakan luar negeri yang harus dijalankan Indonesia ke depannya.
Sebelumnya, Konferensi CIFP pernah memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan dinobatkan sebagai konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia pada tahun 2016.
Pencapaian tersebut berhasil diraih sebab CIFP merupakan satu-satunya konferensi kebijakan luar negeri nasional di Indonesia yang mempertemukan berbagai elemen antara lain mahasiswa, tokoh publik, pemangku kebijakan, menteri, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, serta tokoh-tokoh terkemuka lainnya.
Kali ini, CIFP 2023 mengusung tema ‘From Non-Alignment to Creative Alignments‘ guna merefleksikan pentingnya untuk menanggapi situasi nyata yang kini terjadi, dimana politik luar negeri bebas aktif Indonesia di abad ke-21 perlu direvolusi. Indonesia juga perlu memelihara keselarasan dengan negara-negara timur, barat, utara, dan selatan guna mewujudkan kepentingan Nasional dan Kesejahteraan bangsa. ***
Sumber: Jawapos
Baca Juga :  Demokrat Ucap Janji Setia kepada Prabowo: Satu Senti pun Tidak Akan Bergeser

JAKARTA-Pendiri sekaligus Ketua Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal mengatakan bahwa Calon Presiden (Capres) dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 sebaiknya tidak menganut nasionalisme yang sempit dan mampu melihat peluang dari luar untuk kepentingan Nasional.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) itu, menyampaikan hal tersebut dalam acara Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) di Jakarta pada Sabtu (2/12).
Dalam kesempatan tersebut, ia berharap agar ketiga Capres yang menjadi peserta Pemilu 2024 agar lebih peka terhadap tanda-tanda perkembangan global saat ini.
“Presiden terpilih pada (Pemilu) 2024 harus paham bahwa sebagian besar aset yang diperlukan untuk kesejahteraan Indonesia ada di luar wilayah Indonesia. Adalah modal, teknologi, jaringan, dan termasuk juga senjata,” kata Dino seperti yang dikutip dari Antara pada Sabtu (2/12).
Menurutnya, Capres terpilih dalam kontestasi Pemilu 2024 pada Februari mendatang harus mampu melihat kesempatan maupun tantangan dari luar guna mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia, bukan hanya terpaku pada inward looking atau melihat ke dalam saja.
Maka dari itu, Presiden Indonesia ke depannya dituntut untuk menguasai wawasan dan strategi Internasional yang komprehensif dan berkesinambungan.
“Indonesia bebas aktif adalah fondasi, bukan strategi. Butuh prinsip, tujuan , dan strategi,” terang Dino Patti Djalal.
Selain Dino Patti Djalal, acara CIFP 2023 turut dihadiri oleh Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, serta Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo.
Hadirnya Anies dan Ganjar tersebut dalam acara CIFP 2023, guna menerima tantangan untuk memaparkan gagasan mereka tentang masalah politik dan kebijakan luar negeri yang harus dijalankan Indonesia ke depannya.
Sebelumnya, Konferensi CIFP pernah memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan dinobatkan sebagai konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia pada tahun 2016.
Pencapaian tersebut berhasil diraih sebab CIFP merupakan satu-satunya konferensi kebijakan luar negeri nasional di Indonesia yang mempertemukan berbagai elemen antara lain mahasiswa, tokoh publik, pemangku kebijakan, menteri, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, serta tokoh-tokoh terkemuka lainnya.
Kali ini, CIFP 2023 mengusung tema ‘From Non-Alignment to Creative Alignments‘ guna merefleksikan pentingnya untuk menanggapi situasi nyata yang kini terjadi, dimana politik luar negeri bebas aktif Indonesia di abad ke-21 perlu direvolusi. Indonesia juga perlu memelihara keselarasan dengan negara-negara timur, barat, utara, dan selatan guna mewujudkan kepentingan Nasional dan Kesejahteraan bangsa. ***
Sumber: Jawapos
Baca Juga :  Keterbatasan Lahan jadi Alasan Jamaah Haji Tak Dapat Tenda

Berita Terbaru

Artikel Lainnya