Jika pada saat musim kemarau, menurut warga sekitar, Kali Acai bak neraka, karena akan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Di musim hujan meski tak lagi berbau, namun Kali Acai, sulit membuat warga tidur nyenyak. Pasalnya, ancaman luapan banjir sudah menjadi masalah tahunan yang seolah-olah sangat sulit diatasi.
Menangapi itu Kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua, Dave Muhaimin mengaku bahwa penanganan Kali Acay merupakan tangung jawab pihaknya di BWS. Namun, untuk penanganan sampah yang ada dalam Kali Acay itu, menurut Muhaimin, perlu koordinasi, duduk bersama antara BWS dan Pemkot dalam hal ini dinas terkait.
"Ada baiknya masyarakat membuang sampah pada malam hari, hingga subuh, dengan demikian memudahkan para petugas kebersihan dalam mengangkut dan membersihkan sampah, selan itu membuat kita menjadi lebih bersih dan nyaman," terangnya.
Karena itu, dia berharap kepada masyarakat supaya tidak memelihara kebiasaan buruk terutama tidak membuang sampah di sembarang tempat. Dia mengatakan mengurus sampah tidak hanya menjadi tugas pemerintah tetapi itu menjadi tanggung jawab bersama terutama dimulai dari diri masing-masing.
Diakuinya, keberadaan tempat pembuangan sampah itu memang cukup mengganggu aktivitas masyarakat, apalagi letaknya ada di kawasan padat penduduk. Sejauh ini upaya yang dilakukan baru sebatas komunikasi dengan petugas kebersihan lapangan terutama yang ada di sekitar wilayah tersebut.
Dari pembahasan yang telah dilakukan pihak WWF dan pengelolaan sampah telah melakukan kunjungan ke lokasi tempat pembuangan sampah di Kabupaten Jayapura. "Nantinya akan dibangun tempat pemilihan sampah, bru kemudian akan dikelola di pabrik sampah," jelasnya.
Dia mengatakan, di jembatan kali ekspo itu sudah sangat lama masyarakat membuang sampah. Sebenarnya membuang sampah di tempat sementara itu tidak menjadi soal, karena selalu rutin diangkat oleh petugas dinas terkait. Namun masalahnya saat ini justru banyak sekali sampah yang dibuang ke situ jatuh ke sungai.
Bukan hanya warga sekitar yang mengeluh, tetapi pengguna jalan yang melewati pinggiran kali tersebut pun merasa terganggu dengan bau yang muncul dari sungai tersebut. Apalagi keadaan tersebut di jalan yang sering dilewati masyarakat terutama pelajar.
“Apakah kita membiarkan 30 OPD itu mengalami kekosongan? Agar kerja dinas-dinas atau badan optimal, maka saya usulkan ke Mendagri. Dari usulan itu, berproses dan turunlah 17 yang bisa diseleksi,” terangnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jayapura Abdul Rahman Basri di Sentani, Selasa, mengatakan dalam penanganan sampah pihaknya membutuhkan dukungan dari organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya.