“Kita berharap akhir Oktober, wabah ASF sudah selesai. Nantinya kita bersama veteriner Karantina Hewan Jayapura dan unsur terkait melakukan kajian kembali, setelah itu kita melaporkan hasil kajian tersebut ke gubernur untuk menerbitkan SK menurunkan status wabah menjadi status tertular,” kata Koibur, kepada wartawan
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan (Disnakkeswan) Kabupaten Mimika, drh. Sabelina Fitriani menjelaskan, daging babi pun saat ini sudah jarang ditemukan di pasaran karena dalam sehari, babi yang dipotong tidak lebih dari 3 ekor.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura drh Adorsina Wompere di Sentani, mengatakan, kesehatan hewan ternak harus dijaga dengan baik untuk menghindari dari berbagai penyakit yang datang menyerang.
Dia mencontohkan, untuk kebutuhan pakan ternak khususnya ternak babi di Kota Jayapura, sejauh ini masih mengandalkan pakan yang didatangkan dari luar daerah. Padahal potensi untuk produksi sendiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal di Kota Jayapura juga sangat memiliki peluang dan itu bisa didorong serta dikembangkan ke depannya.
Diakuinya, untuk wabah tersebut telah ditemukan di Kabupaten. Jayapura tepatnya di Kampung Nolokla, Distrik Sentani Timur,."Kami sudah membatasi lalu lintas ternak dari Kabupaten Jayapura, keluar ke Kota Jayapura dan sekitarnya. Serta ternak babi yang masuk ke Kabupaten Jayapura,"ujarnya.
Diakuinya, ketersediaan ternak sapi di Papua cukup, bahkan melebihi dari kebutuhan yang ada. Sementara untuk kambing tercatat sebanyak 693 ekor dan yang dibutuhkan 309 ekor, artinya ada surplus 384 ekor kambing.
Sebanyak 48 orang yang terdiri dari dokter hewan dan para medik vetermen tersebar di seluruh kabupaten/kota provinsi Papua. Untuk memastikan kesehatan hewan menjelang Iduladha, Dinas Peternakan dan Perkebunan, Papua menyebar 48 tim, setiap kabupaten/kota memiliki satu tim. Masing-masing tim terdiri dari dokter hewan serta petugas paramedis.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium UPT milik Kementerian yang ada di Koya Koso, ada indikasi babi terserang penyakit, namun belum dipastikan apakah itu virus ASF atau virus lainnya. Untuk memastikan hal itu pemerintah provinsi Papua, dalam hal ini dinas perkebunan dan peternakan melakukan uji banding pemeriksaan laboratorium di Maros Makassar dan sampai saat ini masih menunggu hasil pengujian laboratorium tersebut.
Martha Bayu Wijaya menjelaskan, bahwa pengiriman babi tersebut dapat dilakukan setelah pihaknya meminta rekomendari dari pemerintah Kabupaten Jayawijaya dimana sebelumnya telah mengirimkan surat rekomendasi dari Provinsi Papua Selatan terkait status penyakit Antraks di Provinsi Papua Selatan itu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua, MP Koibur, mengatakan selain sosialisasi pihaknya juga melakukan pemeriksaan secara rutin pada hewan ternak.