Rapat Koordinasi Persiapan Terakhir Pelaksanaan FBLB ke 32 Tahun 2024 yang dilakukan di ruang rapat sekda Kantor Bupati Jayawijaya senin (5/8). (FOTO:Denny/ Cepos)
Thony ingin memastikan semua panitia sudah siap dengan tugas masing – masing. Jika ada kendala maka itu harus langsung dicarikan solusinya. “Masyarakat juga harus mengambil peran. Paling tidak ikut menjaga nama dan wibawa Kabupaten Jayawijaya,” pintanya.
“Pendidikan yang berkualitas diharapkan bisa menghasilkan SDM yang dapat bersaing secara global, tapi tetap mampu memberikan kontribusi dalam menjaga kearifan lokal, budaya, tradisi serta bahasa lokal Biak,” ujar Semuel Rumakieuw.
Diakui, Festival Biak Pintar (FBP) yang dikemas sebagai suatu event untuk mengangkat sejumlah ekosistem pendidikan, maupun keberhasilan, prestasi siswa dan guru maupun sekolah adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian dan apresiasi.
Kabid Destinasi dan Pariwisata Dibudpar Kabupaten Jayawijaya, Naftali Rumbiak menyatakan untuk persiapan saat ini pihaknya telah mengakomodir panitia lokal yang ada disana untuk menyelesaikan beberapa tempat seperti gapura, tribun, dekorasi dan beberapa stand UMKM.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Biak Numfor Kamaruddin, S.Pd mengatakan FBPmenjadi kegiatan tahunan dimana di dalamnya menyajikan sejumlah kegiatan positif dan menjadi ruang kreasi serta lomba antar sekolah-sekolah.
Ketua Panitia FBLB sekaligus sebagai Asisten I Setda Kabupaten Jayawijaya Drs. Tinggal Wusono, menyatakan ini kali pertama FBLB masuk dalam top ten tahun 2024 sehingga pemerintah juga persiapannya lebih maksimal, lebih rapi dan tetap berkolaborasi.
Pemda Jayawijaya memastikan akan memprioritaskan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lokal yang ada di Jayawijaya pada event FBLB tahun 2024. Event ini sendiri dijadwalkan akan dilakukan pada 7-10 Agustus mendatang di Distrik Wosilimo dan Wamena Kota.
Dikatakan, festival ini dikhusukan untuk anak-anak usia 4-6 tahun dan di targetkan akan diikuti oleh 500 anak. Dimana 300 anak berasal dari TK dan PAUD, serta 200 anak lainnya dari umum.
Pengunjung, kata dia, banyak yang meminati pada jelajah gua, dan menyaksikan prosesi ritual budaya lokal, seperti kegiatan besoyong. Kata-kata ini, urai Kasiyono, berasal dari kata soyong yang berarti mantera atau doa, sehingga besoyong artinya adalah sedang mengucapkan atau melantunkan jampi.