Kepala UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Elius Wantik, S.Pd, M.Pd mengungkapkan bahwa sebagian gedung tersebut sudah rusak, bangunannya sudah lapuk, karena ditinggal oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
 Adapun dasar tuntutannya karena d idalam DPA Disbudpar tahun anggaran 2024, hanya mengakomodir Bidang Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif. Sementara Bidang Cagar Budaya dan Sejarah, Bidang Budaya, UPT Museum Negeri, UPT Taman Budaya dan UPT Noken sama sekali tidak diakomodir.
Kelala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Mimika, Yakob Yopi Toisuta mengatakan, kegiatan ini terdiri dari Pameran dan Tari-tarian. Pameran akan diikuti di Batam, sedangkan tarian akan diikuti di Lombok dengan membawa nuansa serta budaya dari dua suku besar di Mimika, yakni Suku Amungme dan Suku Kamoro.Â
 Bagi Jeri, sejarah bagian yang tak terpisahkan atas kemajuan suatu daerah. Bahkan melalui instansi teknis pengampu, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, turut mengelola situs situs budaya yang dikelola langsung dan yang dikelola bersama Pemda kabupaten/kota.
Menandai kerjasama tersebut, Pj Gubernur Papua Pegunungan Velix Wanggai dan Asisten II Setda Pemerintah Provinsi Papua Yohanes Walilo, menandatangani Nota Kesepahaman tentang kerjasama pemanfaatan Anjungan Papua dalam pengelolaan sosial budaya Papua Pegunungan, diselenggarakan di Anjungan Papua, pada 2 Maret lalu.
Pj Gubernur Papua Selatan Apolo Safanp menyampaikan selamat dan sukses atas hadirnya Dekranasda Provinsi Papua Selatan ini dan berharap galeri ini menhadi tempat untuk mengumpulkan berbagai hasil karya kerajinan baik dari masyarakat maupun kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam UMKMÂ di wilayah Provinsi Papua Selatan.
Untuk itu ia menyampaikan bahwa bila tidak ada ivent budaya setempat yang digelar pada tahun 2024 mendatang, jangan salah kapra lalu menyalahkan pihaknya, sebab peran pihaknya dalam urusan budaya hanya sebatas merawat, menjaga, mengembangkan dan meningkatkan kualitas budaya.Â
 Salah satu peserta dari kelompok Jamari, mengatakan alasan mereka memilih kandang natal sebagai kandang natal, karena mereka menginginkan kebudayaan Papua itu menyatu dengan nilai dan unsur keagamaan.
 Amelia menyebut Festival Budaya Nusantara ini mempersatukan budaya bangsa di Papua, artinya setiap suku memiliki budaya dan identitas dan jika tak dikembangkan maka perlahan – lahan akan dilupakan dan hilang dengan sendirinya.
"Seluruh pihak diharapkan dapat mendukung, dan selaku pengurus Yapis pusat kami menyampaikan terima kasih kepada panitia yang berupaya mensukseskan seluruh rangkaian acara milad ke-55 Yapis di tanah Papua." ujarnya.