"Ini kalau saya melihat, saya meyakini sebagai abuse of power. Jadi, upaya Firli untuk menutup atau membungkam perkara pemerasannya. Ini yang bahaya," kata Novel dikonfirmasi, Jumat (13/10).
Menanggapi hal itu Tim Kuasa Hukum Johanes Retob dan Silvi Herawati, Iwan Niode mengatakan pihaknya menerima, keputusan hakim. "Selama itu alasannya untuk keamanan, kita terima saja, mudah-mudahan minggu depan situasi bisa kondusif," kata Iwan, kepada awak media.
’’Dari 9 tersangka ini, 4 diantaranya sudah P21, sedangkan 5 tersangka lainnya masih dalam proses. Berkas pemeriksaannya sudah tahapo pertama atau serahkan ke Jaksa, dan sekarang kita menunggu hasil pemeriksaan itu,’’ terangnya.
Ada dua modus terkait dengan komoditas beras. Salah satunya, upaya repacking atau mengemas ulang beras medium menjadi beras premium. Modus lain adalah mengoplos beras medium dengan premium. ’’Untuk mendapatkan harga premium, padahal kualitasnya medium,’’ jelasnya.
Gustaf R Kawer menyebut ini merupakan waktu yang sangat lama yakni tujuh bulan untuk sebuah perkara khusus KDRT yang seharusnya korban sudah mendapat kepastian hukum dengan adanya vonis pengadilan terhadap tersangka KDRT dengan inisial GRY.
Kasus tindak pidana pencurian di Kota Jayapura memang cukup menonjol, terutama kasus pencurian kendaraan bermotor dan lainnya. Namun yang lebih memprihatinkan adalah adalah dari sekian banyak kasus kejahatan ini, ternyata juga ada yang melibatkan anak-anak di bawah umur.
Kapolsek Abepura AKP. Soeparmanto mengatakan kasus pencurian tersebut terjadi di Jalan Gerilyawan, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Selasa (18/7) lalu. Dimana Tersangka berinisal (ME) mencuri Sepeda Motor jenis Honda Genio warna hitam bernomor polisi PA 4955 RW, milik Korban Rini Fitriani.
Dijelaskan usai melakukan beberapa rangkaian penyelidikan atas peristiwa pembakaran mobil milik korban Nikson Tarage. Kasat Reskrim bersama tim opsnal dan penyidik berusaha menemukan titik terang kejadian tersebut hingga berhasil menetapkan dua orang sebagai tersangka yakni EF (18) dan MP (45).
“Kita inginkan agar para pelaku ini juga dihukum mati secara militer sesuai dengan kejahatan yang dilakukan karena perbuatan tidak terpuji ini telah mencederai harkat dan martabat kemanusian dan terus menambah daftar panjang kekerasaan di tanah Papua untuk kesekian kalinya.” ungkapnya senin (5/6) kemarin.
Pihak kepolisian belum bisa memastikan apa penyebab kematian seorang pria berinisial MD ini. Apalagi usai dilaporkan meninggal, pihak keluarga ternyata tidak setuju dilakukan otopsi terhadap tubuh jenasah sehingga hanya dilakukan pemeriksaan visum luar.