Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

PJ. Bupati Tolikara Minta OPD Teknis Mendata Satu Bayi Satu Data

JAYAPURA– Dalam rangka menurunkan angka Stunting di Tolikara, Penjabat Bupati Marthen kogoya,SH,M.AP kembaliĀ  memerintahkan beberapa Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah OPD teknis untuk melakukan Pendataan satu bayi satu data atau by name by andress.

Hal tersebut ditegaskan Penjabat Bupati Marthen Kogoya dalam pembukaan acara Pertemuan Aksi Konvergensi Analisis Situasi dan Pemetaan Program, Rencana Kegiatan, Sistem Manajemen Data Stunting, dan Bimbingan Teknis Pelaporan WEB Monitoring Bangda Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tolikara yang di gelar di hotel Horizon Abepura Papua Jumat, (26/5) kemarin.

Kegiatan aksi konvergensi itu melibatkan beberapa Pimpinan Organisasi Daerah OPD dan tenaga Operator serta Tim ENEY Region V bina Bangda Kemendagri .

Menurut rencana panitia,kegiatan ini akan berlangsung selama empat hari dimulai dari pembukaan Jumat (26/5) hingga Selasa (30/5) pekan depan .

Penjabat Bupati Marthen Kogoya,SH,M.AP dalam sambutannya mengajak semua pihak sebagai umat beragama patut memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan, sehingga bisa hadir di tempat ini untuk mengikuti acara Pertemuan Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tolikara tahun 2023.

Pj. Bupati Marthen Kogoya berharap kehadiran Tim ENEY Region V Bina Bangda Kemendagri, tentu membawa berkah bagiĀ  masyarakat Tolikara. Pj. Marthen Kogoya menyampaikanĀ  terimakasih kepada Pimpinan OPD terkait beserta staf yang telah menghadiri kegiatan penting ini.

Menurut Marthen Kogoya, bahwa permasalahan stunting di berbagai daerah marak dibicarakan publik, tidak terkecuali di Kabupaten Tolikara, belum bebas dari masalah stunting pada bayi dan anak balita.

Kabupaten Tolikara menjadi urutan 5 besar penyumbang stunting tertinggi di Papua, bahkan menurut data secara nasional. Hal ini menjadi pertanyaan besar yang harusĀ  dicari dan ketahui bersama jawabannya. Apa sebenarnya yang membuat angka stunting di daerah Tolikara begitu tinggi, tersebar di distrik dan kampung mana saja kasus tersebut?

Baca Juga :  Demi Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan

ā€œDan pertanyaan selanjutnya yang harus kita jawab segera yaitu apa yang sudah dan belum kita lakukan untuk mengatasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab angka stunting tersebut terus meningkatā€. Pintanya.

Dijelaskannya dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di bulan Januari yang lalu, bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4 dan pada Januari 2022 turun menjadi 21,66. Sementara di Provinsi Papua pada tahun 2021 prevalensi stunting sebesar 29,5ā€0 sedangkan di tahun 2022 meningkat sebesar 5,1Y6 menjadi 34,642.

ā€œDari hasil survei tercatat bahwa Provinsi Papua berada pada ranking ketiga setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Sulawesi Barat,ā€ Kata Pj. Bupati Tolikara.

Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI!), bahwa di Provinsi Papua, pada tahun 2022 Kabupaten Tolikara memegang rekor keempat dengan prevalensi stuntingnya sebesar 50,1ā€6 lebih sedikit dibawah Kabupaten Asmat 54,5Yo, Kabupaten Yahukimo 53,3ā€ dan Kabupaten Nduga 50,2ā€. Terdapat peningkatan angka stunting yang cukup signifikan di Kabupaten Tolikara dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 28,9ā€. Sementara itu diketahui bahwa WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 2076.

ā€œSungguh ini merupakan kenyataan buruk bagi kita, dan menjadi pukulan berat yang harus kita terima. Kenyataan bahwa pembangunan di daerah yang selama ini dilakukan belum banyak membuahkan perubahan bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan.

Untuk itu Marthen kogoyaĀ  menganggap penting hal tersebut segera ditangani dengan serius, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden RI, Joko Widodo, bahwa harus ada upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting, dan target nasional tahun 2024 penurunan prevalensi stunting berkisar pada angka 14/46.

Baca Juga :  PASTI-Papua Menuju Percepatan Penurunan Stunting

ā€œSaya sangat yakin bahwa kita pasti bisa, Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama, yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena kekurangan zat gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan bahkan sering berlanjut pada usia balita, kondisi kesehatan karena adanya penyakit tertentu, lemahnya ekonomi rumah tangga, serta kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya gizi,dan kesehatan pada masa kehamilan dan setelah anak lahir,ā€tegasnya.

Dia menambahkan Intervensi pemerintah yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pendampingan yang berkesinambungan. Hal ini penting dilakukan karena dinilai sangat baik untuk memastikan bahwa setiap anak atau setiap keluarga mendapatkan pelayanan pembinaan supaya bisa membangun motivasi hidupnya yang bernilai tinggi. Konvergensi yang melibatkan berbagai pihak harus ditempuh dengan komitmen dukungan yang baik dari pihak-pihak terkait.

Permasalahan stunting ini tidak bisa kita selesaikan hanya di atas meja, kita semua harus turun menyelesaikannya hingga batas kemampuan langkah yang terakhir. Dan yang perlu kita garis bawahi yaitu bahwa pencegahan dan penanganan stunting tidak ada ujungnya, tidak ada kata selesai, harus berlanjut, seberapapun keberhasilan menurunkan prevalensi stunting.

ā€œSebagai umat beragama, saya berserah diri dan meminta pertolongan kepada Tuhan agar supaya pelaksanaan pertemuan ini berjalan lancar dalam penyertaanNYA, dan memberikan manfaat yang maksimal,ā€harapnya.

PJ. Bupati Marthen kogoya berharap kepada seluruh peserta untuk mengikuti secara serius semua paparan materi yang disampaikan oleh Narasumber, dan sedapatnya aktif berdiskusi dengan Narasumber dalam rangka memperoleh titik terang pemecahan permasalahan di daerah. (Diskominfo Tolikara)

JAYAPURA– Dalam rangka menurunkan angka Stunting di Tolikara, Penjabat Bupati Marthen kogoya,SH,M.AP kembaliĀ  memerintahkan beberapa Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah OPD teknis untuk melakukan Pendataan satu bayi satu data atau by name by andress.

Hal tersebut ditegaskan Penjabat Bupati Marthen Kogoya dalam pembukaan acara Pertemuan Aksi Konvergensi Analisis Situasi dan Pemetaan Program, Rencana Kegiatan, Sistem Manajemen Data Stunting, dan Bimbingan Teknis Pelaporan WEB Monitoring Bangda Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tolikara yang di gelar di hotel Horizon Abepura Papua Jumat, (26/5) kemarin.

Kegiatan aksi konvergensi itu melibatkan beberapa Pimpinan Organisasi Daerah OPD dan tenaga Operator serta Tim ENEY Region V bina Bangda Kemendagri .

Menurut rencana panitia,kegiatan ini akan berlangsung selama empat hari dimulai dari pembukaan Jumat (26/5) hingga Selasa (30/5) pekan depan .

Penjabat Bupati Marthen Kogoya,SH,M.AP dalam sambutannya mengajak semua pihak sebagai umat beragama patut memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan, sehingga bisa hadir di tempat ini untuk mengikuti acara Pertemuan Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tolikara tahun 2023.

Pj. Bupati Marthen Kogoya berharap kehadiran Tim ENEY Region V Bina Bangda Kemendagri, tentu membawa berkah bagiĀ  masyarakat Tolikara. Pj. Marthen Kogoya menyampaikanĀ  terimakasih kepada Pimpinan OPD terkait beserta staf yang telah menghadiri kegiatan penting ini.

Menurut Marthen Kogoya, bahwa permasalahan stunting di berbagai daerah marak dibicarakan publik, tidak terkecuali di Kabupaten Tolikara, belum bebas dari masalah stunting pada bayi dan anak balita.

Kabupaten Tolikara menjadi urutan 5 besar penyumbang stunting tertinggi di Papua, bahkan menurut data secara nasional. Hal ini menjadi pertanyaan besar yang harusĀ  dicari dan ketahui bersama jawabannya. Apa sebenarnya yang membuat angka stunting di daerah Tolikara begitu tinggi, tersebar di distrik dan kampung mana saja kasus tersebut?

Baca Juga :  Berdasarkan Intruksi Mendagri, Papua Masih Diberlakukan PPKM

ā€œDan pertanyaan selanjutnya yang harus kita jawab segera yaitu apa yang sudah dan belum kita lakukan untuk mengatasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab angka stunting tersebut terus meningkatā€. Pintanya.

Dijelaskannya dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di bulan Januari yang lalu, bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4 dan pada Januari 2022 turun menjadi 21,66. Sementara di Provinsi Papua pada tahun 2021 prevalensi stunting sebesar 29,5ā€0 sedangkan di tahun 2022 meningkat sebesar 5,1Y6 menjadi 34,642.

ā€œDari hasil survei tercatat bahwa Provinsi Papua berada pada ranking ketiga setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Sulawesi Barat,ā€ Kata Pj. Bupati Tolikara.

Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI!), bahwa di Provinsi Papua, pada tahun 2022 Kabupaten Tolikara memegang rekor keempat dengan prevalensi stuntingnya sebesar 50,1ā€6 lebih sedikit dibawah Kabupaten Asmat 54,5Yo, Kabupaten Yahukimo 53,3ā€ dan Kabupaten Nduga 50,2ā€. Terdapat peningkatan angka stunting yang cukup signifikan di Kabupaten Tolikara dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 28,9ā€. Sementara itu diketahui bahwa WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 2076.

ā€œSungguh ini merupakan kenyataan buruk bagi kita, dan menjadi pukulan berat yang harus kita terima. Kenyataan bahwa pembangunan di daerah yang selama ini dilakukan belum banyak membuahkan perubahan bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan.

Untuk itu Marthen kogoyaĀ  menganggap penting hal tersebut segera ditangani dengan serius, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden RI, Joko Widodo, bahwa harus ada upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting, dan target nasional tahun 2024 penurunan prevalensi stunting berkisar pada angka 14/46.

Baca Juga :  Minta Masyarakat Menerima Menerima PJ Bupati Tolikara

ā€œSaya sangat yakin bahwa kita pasti bisa, Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama, yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena kekurangan zat gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan bahkan sering berlanjut pada usia balita, kondisi kesehatan karena adanya penyakit tertentu, lemahnya ekonomi rumah tangga, serta kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya gizi,dan kesehatan pada masa kehamilan dan setelah anak lahir,ā€tegasnya.

Dia menambahkan Intervensi pemerintah yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pendampingan yang berkesinambungan. Hal ini penting dilakukan karena dinilai sangat baik untuk memastikan bahwa setiap anak atau setiap keluarga mendapatkan pelayanan pembinaan supaya bisa membangun motivasi hidupnya yang bernilai tinggi. Konvergensi yang melibatkan berbagai pihak harus ditempuh dengan komitmen dukungan yang baik dari pihak-pihak terkait.

Permasalahan stunting ini tidak bisa kita selesaikan hanya di atas meja, kita semua harus turun menyelesaikannya hingga batas kemampuan langkah yang terakhir. Dan yang perlu kita garis bawahi yaitu bahwa pencegahan dan penanganan stunting tidak ada ujungnya, tidak ada kata selesai, harus berlanjut, seberapapun keberhasilan menurunkan prevalensi stunting.

ā€œSebagai umat beragama, saya berserah diri dan meminta pertolongan kepada Tuhan agar supaya pelaksanaan pertemuan ini berjalan lancar dalam penyertaanNYA, dan memberikan manfaat yang maksimal,ā€harapnya.

PJ. Bupati Marthen kogoya berharap kepada seluruh peserta untuk mengikuti secara serius semua paparan materi yang disampaikan oleh Narasumber, dan sedapatnya aktif berdiskusi dengan Narasumber dalam rangka memperoleh titik terang pemecahan permasalahan di daerah. (Diskominfo Tolikara)

Berita Terbaru

Belasan Orang Hilang Hingga November 2024

Jangan Ada PSU Maupun Gugatan di MK

DPTb Kota Jayapura 21 Orang

Artikel Lainnya