Ia juga menyoroti bahwa anak-anak yang mengalami stunting berisiko menjadi generasi yang hilang (lost generation), karena tidak mampu menjadi tulang punggung keluarga, masyarakat, apalagi memimpin di masa depan.
Lebih lanjut, Willem Wandik mengakui bahwa program penanganan stunting di masa lalu kerap berhenti pada tataran diskusi tanpa aksi nyata. Ia berharap kegiatan analisis ini menjadi titik balik untuk menciptakan sistem penanganan yang lebih terstruktur, terukur, dan terintegrasi.
Ia juga mengimbau seluruh peserta untuk aktif dan jujur dalam menyampaikan data serta temuan di wilayah masing-masing, terutama petugas layanan kesehatan di Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, dan para kader desa/kampung yang berada di garis depan pelayanan.
“Hasil dari kegiatan ini tidak boleh berhenti di meja perencanaan. Harus ada implementasi nyata di lapangan yang menyentuh langsung keluarga-keluarga yang paling membutuhkan,” tegasnya.
Bupati Tolikara menyatakan bahwa penguatan sumber daya manusia merupakan salah satu program unggulan pemerintahannya bersama Wakil Bupati Yotam Wonda (Pasangan Wilyon). Namun ia menekankan, kegagalan dalam menangani stunting akan berdampak langsung pada kegagalan membangun SDM unggul di Tolikara.
Sebagai kepala daerah, Willem Wandik menegaskan bahwa setiap anak Tolikara berhak atas gizi yang cukup, layanan kesehatan yang memadai, dan lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya.
“Mari gunakan jabatan dan kewenangan yang kita miliki untuk beribadah kepada Tuhan melalui upaya penyelamatan generasi kita dari bahaya stunting. Kita harus pastikan di Tanah Injil ini lahir generasi terbaik sehat jasmani, kuat rohani, dan siap membangun peradaban yang membanggakan,” ujarnya.