Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Jerman U-17 vs Prancis U-17: Impian Ideal Dihadang Tembok Tebal

JAKARTA– Kekalahan menyakitkan itu belum bisa dilupakan pelatih Prancis U-17 Jean-Luc Vannuchi. Anak buahnya kalah adu penalti oleh Jerman setelah bermain 0-0 dalam final Euro U-17.

Kekalahan itu pula yang kemudian memotivasi Vannuchi untuk memoles lagi pasukannya di Piala Dunia U-17.

Hasilnya, Les Bluets berhasil melaju ke final dengan hanya sekali kebobolan. Gelar kontinental yang lepas pada final Juni lalu kini berganti titel mondial yang sudah di depan mata.

Persoalannya, yang menantang di final malam nanti di Stadion Manahan, Solo, lagi-lagi Jerman. Seperti sang calon lawan, Jerman juga terus menang sejak fase grup.

”Ini sebuah ujian tingkat akhir bagi kami,” kata Vannuchi dalam jumpa pers di Solo kemarin (1/12).

Tapi, Vannuchi tak mau anak buahnya terbebani balas dendam. Vannuchi tidak mau menganggap laga malam nanti sebagai balas dendam. Dia ingin mereka menikmati pertandingan agar bisa merebut kemenangan.

Motivasi balas dendam, bagi dia, justru akan menambah beban Joachim Kayi Sanda dkk. Padahal, yang akan mereka hadapi adalah tim yang sangat kuat. Bahkan lebih kuat dibandingkan ketika mengalahkan mereka di final Piala Eropa U-17.

Baca Juga :  Aprindo dan Pemprov Pastikan Stok Minyak Goreng Aman

Jerman disebutnya punya kekuatan merata di semua lini. Dalam enam laga sejak fase grup, hanya sekali Jerman cuma sekali membobol gawang lawan. Selebihnya selalu tiga kali.

Bagi Vannuchi, itu memperlihatkan tajamnya sektor depan sang jawara Eropa U-17.
”Ini akan jadi pertandingan yang sangat bagus,” katanya.

Jerman tak hanya prima secara teknis dan taktik. Tapi juga secara mental. Kemenangan atas Argentina di semifinal lewat adu penalti setelah kebobolan gol penyama kedudukan di injury time adalah bukti terkini.

Mengingat berimbangnya kekuatan kedua tim, adu penalti bukan tak mungkin kembali terjadi. Dan, semua tahu, baik di level senior maupun kelompok umur, Jerman sangat sulit dikalahkan di babak ”tos-tosan” tersebut.

Karena itu, Vannuchi memastikan pasukannya telah berlatih khusus adu penalti. Mereka juga punya bekal kemenangan dengan cara yang sama atas Senegal di babak 16 besar.

”Saat final Piala Eropa U-17, kami kalah adu penalti. Jadi, kami menyiapkan untuk itu (penalti),” ungkapnya.

Baca Juga :  RSUD Jayapura Batasi Masyarakat

Mohamed-Amine Bouchenna, salah satu penggawa Prancis U-17, juga menegaskan tak mau mengaitkan laga malam ini dengan final Euro U-17 lalu.

”Kami hanya ingin membawa pulang trofi, tidak memikirkan dendam,” tuturnya.

Sementara itu, pelatih Jerman U-17 Christian Wueck memuji sang calon lawan sebagai tim dengan lini pertahanan luar biasa. Ada latihan khusus untuk bisa membongkar tembok kokoh tersebut.

Dengan rekam jejak yang sangat produktif sejak babak awal, Wueck konfiden Noah Darvich dkk mampu membongkar tembok tebal Prancis. ”Ini menarik, dua tim yang baru bertemu di final Eropa beberapa bulan lalu bertemu lagi. Kami akan mencoba melakukan permainan tingkat tinggi,” ungkapnya.

Bagi dia, finalis Piala Eropa U-17 bertemu lagi di final Piala Dunia U-17 sangat jarang terjadi. Karena itu, jika Jerman U-17 bisa menang, adalah prestasi yang sangat membanggakan.

”Sangat ideal jika kami bisa mengawinkan gelar Eropa dengan titel dunia,” tuturnya. (rid/c19/ttg)

Sumber: Jawapos

JAKARTA– Kekalahan menyakitkan itu belum bisa dilupakan pelatih Prancis U-17 Jean-Luc Vannuchi. Anak buahnya kalah adu penalti oleh Jerman setelah bermain 0-0 dalam final Euro U-17.

Kekalahan itu pula yang kemudian memotivasi Vannuchi untuk memoles lagi pasukannya di Piala Dunia U-17.

Hasilnya, Les Bluets berhasil melaju ke final dengan hanya sekali kebobolan. Gelar kontinental yang lepas pada final Juni lalu kini berganti titel mondial yang sudah di depan mata.

Persoalannya, yang menantang di final malam nanti di Stadion Manahan, Solo, lagi-lagi Jerman. Seperti sang calon lawan, Jerman juga terus menang sejak fase grup.

”Ini sebuah ujian tingkat akhir bagi kami,” kata Vannuchi dalam jumpa pers di Solo kemarin (1/12).

Tapi, Vannuchi tak mau anak buahnya terbebani balas dendam. Vannuchi tidak mau menganggap laga malam nanti sebagai balas dendam. Dia ingin mereka menikmati pertandingan agar bisa merebut kemenangan.

Motivasi balas dendam, bagi dia, justru akan menambah beban Joachim Kayi Sanda dkk. Padahal, yang akan mereka hadapi adalah tim yang sangat kuat. Bahkan lebih kuat dibandingkan ketika mengalahkan mereka di final Piala Eropa U-17.

Baca Juga :  Gubernur Minta Dubes RI di AS Perhatikan Mahasiswa Papua

Jerman disebutnya punya kekuatan merata di semua lini. Dalam enam laga sejak fase grup, hanya sekali Jerman cuma sekali membobol gawang lawan. Selebihnya selalu tiga kali.

Bagi Vannuchi, itu memperlihatkan tajamnya sektor depan sang jawara Eropa U-17.
”Ini akan jadi pertandingan yang sangat bagus,” katanya.

Jerman tak hanya prima secara teknis dan taktik. Tapi juga secara mental. Kemenangan atas Argentina di semifinal lewat adu penalti setelah kebobolan gol penyama kedudukan di injury time adalah bukti terkini.

Mengingat berimbangnya kekuatan kedua tim, adu penalti bukan tak mungkin kembali terjadi. Dan, semua tahu, baik di level senior maupun kelompok umur, Jerman sangat sulit dikalahkan di babak ”tos-tosan” tersebut.

Karena itu, Vannuchi memastikan pasukannya telah berlatih khusus adu penalti. Mereka juga punya bekal kemenangan dengan cara yang sama atas Senegal di babak 16 besar.

”Saat final Piala Eropa U-17, kami kalah adu penalti. Jadi, kami menyiapkan untuk itu (penalti),” ungkapnya.

Baca Juga :  Lewat KLB, Nalio Jangkup Terpilih Jadi Ketua Askab PSSI 

Mohamed-Amine Bouchenna, salah satu penggawa Prancis U-17, juga menegaskan tak mau mengaitkan laga malam ini dengan final Euro U-17 lalu.

”Kami hanya ingin membawa pulang trofi, tidak memikirkan dendam,” tuturnya.

Sementara itu, pelatih Jerman U-17 Christian Wueck memuji sang calon lawan sebagai tim dengan lini pertahanan luar biasa. Ada latihan khusus untuk bisa membongkar tembok kokoh tersebut.

Dengan rekam jejak yang sangat produktif sejak babak awal, Wueck konfiden Noah Darvich dkk mampu membongkar tembok tebal Prancis. ”Ini menarik, dua tim yang baru bertemu di final Eropa beberapa bulan lalu bertemu lagi. Kami akan mencoba melakukan permainan tingkat tinggi,” ungkapnya.

Bagi dia, finalis Piala Eropa U-17 bertemu lagi di final Piala Dunia U-17 sangat jarang terjadi. Karena itu, jika Jerman U-17 bisa menang, adalah prestasi yang sangat membanggakan.

”Sangat ideal jika kami bisa mengawinkan gelar Eropa dengan titel dunia,” tuturnya. (rid/c19/ttg)

Sumber: Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya