Friday, March 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Akui Betah di Papua dan Indonesia

Jacksen F. Tiago. ( FOTO: Erik / Cepos)

Jacksen F. Tiago.

JAYAPURA – Nama Jacksen F. Tiago memang memang sangat familiar bagi pencita sepak bola tanah air. Pria yang baru saja merayakan ulang tahunnya ke 52 itu menjadi salah satu pemain dan pelatih asing yang sukses meniti karier di kancah sepak bola tanah air.

Pelatih berpaspor Brasil itu pertama kali berkarir di pentas sepak bola Indoensia sejak tahun 1994. Ia kemudian bergabung dengan Petrokimia Putera dan mengantarkan klub itu sebagai runner up divisi Utama Liga Indonesia 1994/1945.

Musim berikutnya di tahun 1995/1996, Jacksen yang berposisi sebagai penyerang itu membantu PSM Makassar merebut posisi kedua Divisi Utama Liga Dunhill. Petualangan JFT masih berlanjut. Musim 1996/1997, ia membawa Persebaya Surabaya merengkuh juara Divisi Utama Liga Kansas 1896/1997. Musim itu juga, ia menyabet gelar top scorer dengan koleksi 26 gol. 

Gelar ini ia lengkapi lagi pada tahun 2004 ketika mengantar Green Force (julukan Persebaya) sebagai penguasa Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Kali ini JFT berperan sebagai pelatih. Atas prestasinya bersama Persebaya, ia dijadikan legenda bagi klub asal Jawa Timur itu.

Baca Juga :  Belum Tampil dengan Performa Terbaik

Tapi, Persebaya bukanlah satu-satunya yang merasakan sentuhan dingin Jacksen. Sebagai pelatih, namanya lebih mentereng di Persipura Jayapura. Ia telah mempersembahkan tiga gelar juara liga, 2009, 2011 dan 2013 bagi Mutiara Hitam sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah klub Mutiara Hitam

Tahun ini, terhitung 26 tahun sudah Jacksen berkarir di Indonesia. Artinya, setegah dari hidupnya saat ini ia habiskan di Indonesia. Jika banyak pemain asing yang kemudian mengubah kewarganegaanya dan menetap di Indonesia, JFT adalah pengecualian. Ia masih tetap setia dengan tanah airnya, Brasil.

Meskipun demikian, ia tak menampik, kalau ia sangat betah berada di Indonesia. Baginya, Indonesia adalah negara keduanya.

“Masyarakat Indonesia sangat baik menyambut orang-orang baru seperti saya. Jadi, sulit untuk tidak jatuh cinta juga pada mereka,” ungkap Jacksen Tigao dalam program One on One Live IG ANTV_Sport, Rabu (3/6).

Baca Juga :  Siap Lanjutkan Kompetisi Bila Covid-19 Telah Mereda

Semakin cinta dengan Indonesia, hati Jackae pun tertambat pada seorang wanita Indonesia, Nadira. Dari perkawinan itu, mereka dikaruniai dua orang putera bernama Hugo Samir Tiago dan Diego Samir Tiago.

“Saya merasa nyaman di Indonesia dan betah berada di sini karena banyak teman saya dan istri saya juga orang Indonesia. Saya ingin lagi ke Brasil, tapi tidak sesering dulu karena Ibu saya juga sudah tidak ada,” ujar pelatih berusia 52 tahun itu.

Meski telah memiliki segudang prestasi di kancah sepak bola tanah air, ternyata Jacksen masih memiliki satu impian. Ia ingin mengorbitkan talenta-talenta muda Indonesia

“Saya juga berniat untuk membuka akademi sepak bola untuk mencetak bakat-bakat muda Indonesia,” tandasnya. (eri/gin).

Jacksen F. Tiago. ( FOTO: Erik / Cepos)

Jacksen F. Tiago.

JAYAPURA – Nama Jacksen F. Tiago memang memang sangat familiar bagi pencita sepak bola tanah air. Pria yang baru saja merayakan ulang tahunnya ke 52 itu menjadi salah satu pemain dan pelatih asing yang sukses meniti karier di kancah sepak bola tanah air.

Pelatih berpaspor Brasil itu pertama kali berkarir di pentas sepak bola Indoensia sejak tahun 1994. Ia kemudian bergabung dengan Petrokimia Putera dan mengantarkan klub itu sebagai runner up divisi Utama Liga Indonesia 1994/1945.

Musim berikutnya di tahun 1995/1996, Jacksen yang berposisi sebagai penyerang itu membantu PSM Makassar merebut posisi kedua Divisi Utama Liga Dunhill. Petualangan JFT masih berlanjut. Musim 1996/1997, ia membawa Persebaya Surabaya merengkuh juara Divisi Utama Liga Kansas 1896/1997. Musim itu juga, ia menyabet gelar top scorer dengan koleksi 26 gol. 

Gelar ini ia lengkapi lagi pada tahun 2004 ketika mengantar Green Force (julukan Persebaya) sebagai penguasa Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Kali ini JFT berperan sebagai pelatih. Atas prestasinya bersama Persebaya, ia dijadikan legenda bagi klub asal Jawa Timur itu.

Baca Juga :  Nelson : Masih Banyak ‘PR’ yang Kita Kerjakan

Tapi, Persebaya bukanlah satu-satunya yang merasakan sentuhan dingin Jacksen. Sebagai pelatih, namanya lebih mentereng di Persipura Jayapura. Ia telah mempersembahkan tiga gelar juara liga, 2009, 2011 dan 2013 bagi Mutiara Hitam sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah klub Mutiara Hitam

Tahun ini, terhitung 26 tahun sudah Jacksen berkarir di Indonesia. Artinya, setegah dari hidupnya saat ini ia habiskan di Indonesia. Jika banyak pemain asing yang kemudian mengubah kewarganegaanya dan menetap di Indonesia, JFT adalah pengecualian. Ia masih tetap setia dengan tanah airnya, Brasil.

Meskipun demikian, ia tak menampik, kalau ia sangat betah berada di Indonesia. Baginya, Indonesia adalah negara keduanya.

“Masyarakat Indonesia sangat baik menyambut orang-orang baru seperti saya. Jadi, sulit untuk tidak jatuh cinta juga pada mereka,” ungkap Jacksen Tigao dalam program One on One Live IG ANTV_Sport, Rabu (3/6).

Baca Juga :  Finishing Masih jadi Problem

Semakin cinta dengan Indonesia, hati Jackae pun tertambat pada seorang wanita Indonesia, Nadira. Dari perkawinan itu, mereka dikaruniai dua orang putera bernama Hugo Samir Tiago dan Diego Samir Tiago.

“Saya merasa nyaman di Indonesia dan betah berada di sini karena banyak teman saya dan istri saya juga orang Indonesia. Saya ingin lagi ke Brasil, tapi tidak sesering dulu karena Ibu saya juga sudah tidak ada,” ujar pelatih berusia 52 tahun itu.

Meski telah memiliki segudang prestasi di kancah sepak bola tanah air, ternyata Jacksen masih memiliki satu impian. Ia ingin mengorbitkan talenta-talenta muda Indonesia

“Saya juga berniat untuk membuka akademi sepak bola untuk mencetak bakat-bakat muda Indonesia,” tandasnya. (eri/gin).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya