Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Suara Generasi Muda Berpotensi Jadi Penentu di Pemilu 2024, Tapi Harus Waspada

Sementara itu, Influencer Ratu Lubis sebagai salah satu narasumber mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih pada masalah dan isu politik karena kebanyakan sudah apatis dan skeptis.

“Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini,” kata Ratu.

Ratu juga melihat ketidak pedulian anak muda karena mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa suara anak muda nantinya bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja oke, tapi golput bukan pilihan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Bakal Dipangkas, PPD di Pemilu Dipastikan Lengser Pada Pilkada Nanti

Pengamat Politik Ujang Komarudin memandang bahwa suara anak muda ke depan bisa menjadi sebuah lokomotif perubahan, dengan menempatkan perspektif mereka pada titik bahwa mereka bisa menjadi bagian dari perubahan negeri.

Ia mengambil contoh dirinya saat muda, “Ujang muda saat itu berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya saat kuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik,” jelas Ujang.

Untuk itu, Ujang berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik.

“Bisa kok kita berkontribusi melalui politik. Cuman kesadaran itu belum ada. Nah itu yang harus kita bangun. Ngapaian rebahan, mager, nongkrong. Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa,jika tidak  maka yang akan mengisi ruang itu adalah anaknya ketua DPR, anak pejabat, anaknya Bupati saja,” tukasnya. (*)

Baca Juga :  Sortir dan Lipat Surat Suara KPU Kerahkan 240 Orang   

Sumber: Jawapos

Sementara itu, Influencer Ratu Lubis sebagai salah satu narasumber mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih pada masalah dan isu politik karena kebanyakan sudah apatis dan skeptis.

“Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini,” kata Ratu.

Ratu juga melihat ketidak pedulian anak muda karena mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa suara anak muda nantinya bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja oke, tapi golput bukan pilihan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Head to Head Survei H-3 Pendaftaran, Elektabilitas Prabowo Tembus 41,74 Persen

Pengamat Politik Ujang Komarudin memandang bahwa suara anak muda ke depan bisa menjadi sebuah lokomotif perubahan, dengan menempatkan perspektif mereka pada titik bahwa mereka bisa menjadi bagian dari perubahan negeri.

Ia mengambil contoh dirinya saat muda, “Ujang muda saat itu berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya saat kuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik,” jelas Ujang.

Untuk itu, Ujang berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik.

“Bisa kok kita berkontribusi melalui politik. Cuman kesadaran itu belum ada. Nah itu yang harus kita bangun. Ngapaian rebahan, mager, nongkrong. Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa,jika tidak  maka yang akan mengisi ruang itu adalah anaknya ketua DPR, anak pejabat, anaknya Bupati saja,” tukasnya. (*)

Baca Juga :  Gelar Sejumlah Kegiatan Jelang Sumpah Pemuda

Sumber: Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya