Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Dirut Pertamina Bantah Kabar Pertalite Tak Dijual Lagi

*Tekan Emisi Karbon, Edukasi Masyarakat Beralih ke Pertamax

JAKARTA-Beberapa hari terakhir, mencuat kabar Pertamina menghentikan penjualan Pertalite mulai tahun depan. Dirut Pertamina Nicke Widyawati menegaskan bahwa Pertalite tetap ada dan masyarakat masih bisa membelinya. Meskipun begitu Pertamina mendorong masyarakat menggunakan BBM yang lebih baik yaitu Pertamax.
Nicke menuturkan pada 2017 lalu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan kebijakan pengurangan emisi karbon. Untuk itu KLHK merekomendasikan BBM yang dijual adalah minimum research octane number (RON) 91. Seperti diketahui BBM Premium memiliki RON 88, Pertalite RON 90, dan Pertamax RON 92.
’’Jadi ini dasarnya,’’ tuturnya di komplek Istana Wakil Presiden kemarin (28/12), usai menerima penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) 2021. Dengan adanya rekomendasi dari KLKH itu, maka Pertamina membuat program untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon.
Dia juga menjelaskan dalam menjalankan program pengurangan emisi terkait penggunaan BBM itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan Pertamina harus melihat banyak aspek. Di antaranya adalah mengenai keterjangkauan oleh masyarakat. Kemudian soal kesiapan supply dari Pertamina sendiri.
Setelah itu mulai pertengahan 2020 Pertamina menjalankan Program Langit Biru. ’’Program ini mendorong masyarakat beralih membeli BBM dari Premium ke Pertalite,’’ tuturnya. Untuk mendukung program ini, Pertamina memberikan promo diskon, Pertalite seharga Premium, dan lainnya.
Nicke bersyukur program tersebut disambut baik masyarakat. Kesadaran masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan semakin meningkat. Catatan dari Pertamina mulai Juni 2020 hingga saat ini, Program Langit Biru mereka bisa menurunkan emisi karbon setara dengan 12 juta ton emisi karbon.
’’(Pengurangan emisi ini, Red) Adalah sebagai kontribusi masyarakat yang beralih dari Premium ke Pertalite,’’ tuturnya. Pada tahapan berikutnya, Nicke mengatakan Pertamina mendorong masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan lagi. Yaitu menggunakan BBM Pertamax yang memiliki kadar oktan di atas rekomendasi KLHK.
’’Tetapi tidak ada kebijakan hari ini untuk menghapuskan Pertalite. Ini tidak ada,’’ tandasnya. Dia mengatakan Pertamina kembali sebatas melakukan edukasi supaya masyarakat menggunakan BBM yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan. Dengan adanya edukasi ini, diharapkan masyarakat bisa merasakan manfaat program Langit Biru dari Pertamina.
Dia menuturkan Pertalite masih tersedia di pasaran. Masyarakat dipersilakan untuk membelinya. ’’(Tetapi) Kami mendorong penggunaan BBM lebih baik, yaitu Pertamax,’’ jelasnya. Supaya kontribusi penurunan emisi karbon bisa lebih banyak lagi.
Dalam kesempatan yang sama Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyampaikan pemerintah terus berupaya menurunkan emisi karbon. Paling besar saat ini adalah emisi karbon terakti dengan kehutanan. Dia mengatakan saat ini berhasil terjadi penurunan emisi karbon dari sektor kehutanan sekitar 400 juta ton.
’’Bagian yang besar berikutnya adalah sektor energi. Dari BBM transportasi, listrik, dan sebagainya. Dia mengatakan pada sektor energi ini, emisi karbon paling besar ada di sektor listrik. Untuk itu PLN memiliki program dekarbonisasi. Selain itu di bawah koordinasi Kementerian BUMN, sejumlah BUMN lainnya juga menjalankan upaya pengurangan emisi karbon. Termasuk yang dilakukan oleh Pertamina. Dia berharap pengurangan emisi karbon bisa mencapai target 800 juta ton.
Terpisah, Area Manager Communication, Relations And CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Eko Kristiawan mengatakan, konsumsi BBM berkualitas mengalami peningkatan yang signifikan selama masa libur Natal tahun ini. Khususnya, di wilayah Jawa bagian Barat. Masyarakat banyak memilih untuk menggunakan BBM beroktan tinggi. Seperti, jenis Pertamax yang meningkat 17 persen ada 25 Desember ketimbang konsumsi rata-rata normal harian.
“Peningkatan konsumsi juga terjadi pada BBM jenis Pertamax Turbo sebesar 10 persen, Pertamina Dex naik 5 persen, dan Dexlite yang naik signifikan hingga 67 persen,” terangnya.
Menurut Eko, tren tersebut menunjukkan para pengendara meyakini bahwa kenyamanan bepergian maupun berlibur bersama keluarga mensyaratkan kendaraan yang prima. Dengan memilih BBM berikatan tinggi, bakal menjamin pembakaran mesin kendaraan akan lebih sempurna dan maksimal.
Dia menjelaskan, penggunaan BBM seri Pertamax dan Dex cocok untuk perjalanan jauh. Membuat mesin menjadi lebih dingin, awet, dan irit bahan bakar (efisiensi). Sehingga, akan meningkatkan performa mesin sekaligus ramah lingkungan.
Selama Nataru, Pertamina Regional Jawa Bagian Barat menyiagakan 53 unit mobile dispenser di seluruh SPBU DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Terutama yang berada di jalur utama dan wisata. Sehingga mempercepat proses pengisian BBM ke SPBU ketika tangki SPBU mulai kosong. Dengan begitu, stok BBM dapat terjaga. (wan/han/JPG)

Baca Juga :  BPH Migas akan Turun ke Merauke

*Tekan Emisi Karbon, Edukasi Masyarakat Beralih ke Pertamax

JAKARTA-Beberapa hari terakhir, mencuat kabar Pertamina menghentikan penjualan Pertalite mulai tahun depan. Dirut Pertamina Nicke Widyawati menegaskan bahwa Pertalite tetap ada dan masyarakat masih bisa membelinya. Meskipun begitu Pertamina mendorong masyarakat menggunakan BBM yang lebih baik yaitu Pertamax.
Nicke menuturkan pada 2017 lalu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan kebijakan pengurangan emisi karbon. Untuk itu KLHK merekomendasikan BBM yang dijual adalah minimum research octane number (RON) 91. Seperti diketahui BBM Premium memiliki RON 88, Pertalite RON 90, dan Pertamax RON 92.
’’Jadi ini dasarnya,’’ tuturnya di komplek Istana Wakil Presiden kemarin (28/12), usai menerima penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) 2021. Dengan adanya rekomendasi dari KLKH itu, maka Pertamina membuat program untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon.
Dia juga menjelaskan dalam menjalankan program pengurangan emisi terkait penggunaan BBM itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan Pertamina harus melihat banyak aspek. Di antaranya adalah mengenai keterjangkauan oleh masyarakat. Kemudian soal kesiapan supply dari Pertamina sendiri.
Setelah itu mulai pertengahan 2020 Pertamina menjalankan Program Langit Biru. ’’Program ini mendorong masyarakat beralih membeli BBM dari Premium ke Pertalite,’’ tuturnya. Untuk mendukung program ini, Pertamina memberikan promo diskon, Pertalite seharga Premium, dan lainnya.
Nicke bersyukur program tersebut disambut baik masyarakat. Kesadaran masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan semakin meningkat. Catatan dari Pertamina mulai Juni 2020 hingga saat ini, Program Langit Biru mereka bisa menurunkan emisi karbon setara dengan 12 juta ton emisi karbon.
’’(Pengurangan emisi ini, Red) Adalah sebagai kontribusi masyarakat yang beralih dari Premium ke Pertalite,’’ tuturnya. Pada tahapan berikutnya, Nicke mengatakan Pertamina mendorong masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan lagi. Yaitu menggunakan BBM Pertamax yang memiliki kadar oktan di atas rekomendasi KLHK.
’’Tetapi tidak ada kebijakan hari ini untuk menghapuskan Pertalite. Ini tidak ada,’’ tandasnya. Dia mengatakan Pertamina kembali sebatas melakukan edukasi supaya masyarakat menggunakan BBM yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan. Dengan adanya edukasi ini, diharapkan masyarakat bisa merasakan manfaat program Langit Biru dari Pertamina.
Dia menuturkan Pertalite masih tersedia di pasaran. Masyarakat dipersilakan untuk membelinya. ’’(Tetapi) Kami mendorong penggunaan BBM lebih baik, yaitu Pertamax,’’ jelasnya. Supaya kontribusi penurunan emisi karbon bisa lebih banyak lagi.
Dalam kesempatan yang sama Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menyampaikan pemerintah terus berupaya menurunkan emisi karbon. Paling besar saat ini adalah emisi karbon terakti dengan kehutanan. Dia mengatakan saat ini berhasil terjadi penurunan emisi karbon dari sektor kehutanan sekitar 400 juta ton.
’’Bagian yang besar berikutnya adalah sektor energi. Dari BBM transportasi, listrik, dan sebagainya. Dia mengatakan pada sektor energi ini, emisi karbon paling besar ada di sektor listrik. Untuk itu PLN memiliki program dekarbonisasi. Selain itu di bawah koordinasi Kementerian BUMN, sejumlah BUMN lainnya juga menjalankan upaya pengurangan emisi karbon. Termasuk yang dilakukan oleh Pertamina. Dia berharap pengurangan emisi karbon bisa mencapai target 800 juta ton.
Terpisah, Area Manager Communication, Relations And CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Eko Kristiawan mengatakan, konsumsi BBM berkualitas mengalami peningkatan yang signifikan selama masa libur Natal tahun ini. Khususnya, di wilayah Jawa bagian Barat. Masyarakat banyak memilih untuk menggunakan BBM beroktan tinggi. Seperti, jenis Pertamax yang meningkat 17 persen ada 25 Desember ketimbang konsumsi rata-rata normal harian.
“Peningkatan konsumsi juga terjadi pada BBM jenis Pertamax Turbo sebesar 10 persen, Pertamina Dex naik 5 persen, dan Dexlite yang naik signifikan hingga 67 persen,” terangnya.
Menurut Eko, tren tersebut menunjukkan para pengendara meyakini bahwa kenyamanan bepergian maupun berlibur bersama keluarga mensyaratkan kendaraan yang prima. Dengan memilih BBM berikatan tinggi, bakal menjamin pembakaran mesin kendaraan akan lebih sempurna dan maksimal.
Dia menjelaskan, penggunaan BBM seri Pertamax dan Dex cocok untuk perjalanan jauh. Membuat mesin menjadi lebih dingin, awet, dan irit bahan bakar (efisiensi). Sehingga, akan meningkatkan performa mesin sekaligus ramah lingkungan.
Selama Nataru, Pertamina Regional Jawa Bagian Barat menyiagakan 53 unit mobile dispenser di seluruh SPBU DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Terutama yang berada di jalur utama dan wisata. Sehingga mempercepat proses pengisian BBM ke SPBU ketika tangki SPBU mulai kosong. Dengan begitu, stok BBM dapat terjaga. (wan/han/JPG)

Baca Juga :  Dewan Cecar Isu Mobilisasi Tiga Periode

Berita Terbaru

Artikel Lainnya