Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

60 Kloter Penerbangan Terancam Tidak Sesuai Rute

Seharusnya Pulang Lewat Jeddah, Tetapi dari Madinah

JAKARTA – Sebanyak 60 kloter jemaah haji, terancam melakoni penerbangan tidak sesuai dengan rute yang ditetapkan. Diantaranya adalah yang seharusnya pulang dari bandara Jeddah, tetapi dari Madinah. Jemaah dikhawatirkan lelah, karena harus menempuh perjalanan delapan jam ke Madinah.

Adanya kloter penerbangan haji yang tidak sesuai dengan rute tersebut, terungkap dalam rapat antara Komisi VIII DPR dengan Kemenag, Kemenhub, Garuda Indonesia, dan Saudia Airlines di Jakarta kemarin. Idealnya jemaah yang tiba di Madinah, nanti pulangnya lewat Jeddah. Sebaliknya jemaah yang tiba di Jeddah, pulangnya nanti dari Madinah.

Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi memberikan contoh, di Embarkasi Solo ada 35 kloter yang berangkat lewat Madinah tetapi nanti pulangnya lewat Madinah juga. ’’Biasanya kan kalau berangkat dari Madinah, pulangnya lewat Jeddah,’’ katanya.

Menurut Ashabul rute penerbangan jemaah haji yang tidak sesuai dengan rencana tersebut, berpotensi menimbulkan dampak negatif. Diantaranya harus keluar cost untuk sewa hotel di Madinah. Kemudian jemaah juga harus melakoni perjalanan panjang sekitar delapan jam dari Makkah ke Madinah.

Baca Juga :  Ketua MPR: Pembangunan Desa Berperan Kurangi Kesenjangan Pembangunan

Perjalanan yang cukup lama itu, dilakukan ketika jemaah baru saja melakoni puncak ibadah haji. Selain itu dia mengatakan adanya perubahan rute itu, otomatis berdampak pada biaya sewa bus. Panitia haji wajib menyiapkan bus antar kota, yang membawa jemaah dari Makkah menuju Madinah.

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memberikan penjelasan mengenai penerbangan haji yang tidak sesuai dengan rute tersebut. ’’Masih ada 60 slot pemulangan yang tidak sesuai dengan rencana awal kita,’’ katanya. Irfan mengatakan pengaturan slot tersebut menjadi kewenangan General Authority Civil Aviation (GACA) Arab Saudi.

Irfan mengatakan ada kloter penerbangan yang seharusnya pulang dari Jeddah, tetapi mendapatkan slot penerbangan di Madinah. Dia menegaskan Garuda Indonesia yang akan bertanggung jawab terkait munculnya segala biaya dari perubahan tersebut. Mulai dari penyiapan bus sampai dengan akomodasi di Madinah.

Meskipun begitu Irfan masih terus berkoordinasi dengan GACA. Harapannya seluruh kloter jemaah haji Indonesia mendapatkan slot penerbangan sesuai dengan rencana awal. Yaitu pulang dari Jeddah bagi jemaah gelombang pertama. Serta pulang dari Madinah, bagi jemaah gelombang kedua.

Skenario Antisipasi Kepadatan di Mudzalifah

Baca Juga :  Menag Usul Biaya Haji 2024 Rp 105 Juta, Perkiraan Subsidi 30 Persen

Sementara itu pada rapat tersebut, Dirjen PHU Kemenag Hilman Latief menyampaikan skenario mencegah terjadinya kepadatan jemaah di Muzdalifah saat puncak ibadah haji. Seperti diketahui tahun lalu, kepadatan jemaah haji di Muzdalifah menjadi masalah besar, karena ada keterlambatan bus penjemput.

Hilman mengatakan skenario yang disiapkan adalah jemaah dari maktab 57 sampai 73 di Arafah, nantinya tidak turun di Mudzalifah. Tetapi langsung menuju Mina. Dengan jumlah total jemaah 49.820 orang. ’’Pemilihan maktab 57-73 karena berada di ujung area Mina,’’ katanya.

Sehingga pergerakan jemaah ini tidak mengganggu rute jemaah lain yang menuju ke Mudzalifah. Rencananya nanti jemaah maktab 57-73 akan diberangkatkan menuju Mina pada pukul 23.00 waktu setempat.

Skenario yang kedua adalah jemaah yang kedapatan jadwal keluar dari Arafah pukul 23.00 waktu setempat, akan didorong langsung ke Mina. Terlepas dari maktab nomor berapapun. Selama mendapatkan jadwal selepas pukul 23.00 waktu setempat, akan langsung menuju Mina. ’’Satu maktab berisi sekitar 3.000 jemaah,’’ tutur Hilman. (wan)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Seharusnya Pulang Lewat Jeddah, Tetapi dari Madinah

JAKARTA – Sebanyak 60 kloter jemaah haji, terancam melakoni penerbangan tidak sesuai dengan rute yang ditetapkan. Diantaranya adalah yang seharusnya pulang dari bandara Jeddah, tetapi dari Madinah. Jemaah dikhawatirkan lelah, karena harus menempuh perjalanan delapan jam ke Madinah.

Adanya kloter penerbangan haji yang tidak sesuai dengan rute tersebut, terungkap dalam rapat antara Komisi VIII DPR dengan Kemenag, Kemenhub, Garuda Indonesia, dan Saudia Airlines di Jakarta kemarin. Idealnya jemaah yang tiba di Madinah, nanti pulangnya lewat Jeddah. Sebaliknya jemaah yang tiba di Jeddah, pulangnya nanti dari Madinah.

Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi memberikan contoh, di Embarkasi Solo ada 35 kloter yang berangkat lewat Madinah tetapi nanti pulangnya lewat Madinah juga. ’’Biasanya kan kalau berangkat dari Madinah, pulangnya lewat Jeddah,’’ katanya.

Menurut Ashabul rute penerbangan jemaah haji yang tidak sesuai dengan rencana tersebut, berpotensi menimbulkan dampak negatif. Diantaranya harus keluar cost untuk sewa hotel di Madinah. Kemudian jemaah juga harus melakoni perjalanan panjang sekitar delapan jam dari Makkah ke Madinah.

Baca Juga :  Ketua MPR: Pembangunan Desa Berperan Kurangi Kesenjangan Pembangunan

Perjalanan yang cukup lama itu, dilakukan ketika jemaah baru saja melakoni puncak ibadah haji. Selain itu dia mengatakan adanya perubahan rute itu, otomatis berdampak pada biaya sewa bus. Panitia haji wajib menyiapkan bus antar kota, yang membawa jemaah dari Makkah menuju Madinah.

Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memberikan penjelasan mengenai penerbangan haji yang tidak sesuai dengan rute tersebut. ’’Masih ada 60 slot pemulangan yang tidak sesuai dengan rencana awal kita,’’ katanya. Irfan mengatakan pengaturan slot tersebut menjadi kewenangan General Authority Civil Aviation (GACA) Arab Saudi.

Irfan mengatakan ada kloter penerbangan yang seharusnya pulang dari Jeddah, tetapi mendapatkan slot penerbangan di Madinah. Dia menegaskan Garuda Indonesia yang akan bertanggung jawab terkait munculnya segala biaya dari perubahan tersebut. Mulai dari penyiapan bus sampai dengan akomodasi di Madinah.

Meskipun begitu Irfan masih terus berkoordinasi dengan GACA. Harapannya seluruh kloter jemaah haji Indonesia mendapatkan slot penerbangan sesuai dengan rencana awal. Yaitu pulang dari Jeddah bagi jemaah gelombang pertama. Serta pulang dari Madinah, bagi jemaah gelombang kedua.

Skenario Antisipasi Kepadatan di Mudzalifah

Baca Juga :  Pastikan Tak Ada Perubahan Jadwal penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024

Sementara itu pada rapat tersebut, Dirjen PHU Kemenag Hilman Latief menyampaikan skenario mencegah terjadinya kepadatan jemaah di Muzdalifah saat puncak ibadah haji. Seperti diketahui tahun lalu, kepadatan jemaah haji di Muzdalifah menjadi masalah besar, karena ada keterlambatan bus penjemput.

Hilman mengatakan skenario yang disiapkan adalah jemaah dari maktab 57 sampai 73 di Arafah, nantinya tidak turun di Mudzalifah. Tetapi langsung menuju Mina. Dengan jumlah total jemaah 49.820 orang. ’’Pemilihan maktab 57-73 karena berada di ujung area Mina,’’ katanya.

Sehingga pergerakan jemaah ini tidak mengganggu rute jemaah lain yang menuju ke Mudzalifah. Rencananya nanti jemaah maktab 57-73 akan diberangkatkan menuju Mina pada pukul 23.00 waktu setempat.

Skenario yang kedua adalah jemaah yang kedapatan jadwal keluar dari Arafah pukul 23.00 waktu setempat, akan didorong langsung ke Mina. Terlepas dari maktab nomor berapapun. Selama mendapatkan jadwal selepas pukul 23.00 waktu setempat, akan langsung menuju Mina. ’’Satu maktab berisi sekitar 3.000 jemaah,’’ tutur Hilman. (wan)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya