Kardinal Luis Antonio Tagle
Tagle, 67 tahun, adalah kardinal asal Filipina yang dinilai mewakili suara Asia. Jika terpilih, ia akan menjadi Paus Asia pertama dalam sejarah. Pandangannya yang progresif mencerminkan semangat Paus Fransiskus, terutama dalam isu LGBT, ibu yang memilih tidak menikah, dan umat yang bercerai.
“Bahasa keras Gereja di masa lalu membuat banyak orang merasa diasingkan dari masyarakat,” katanya pada 2015.
Kardinal Matteo Zuppi
Presiden Konferensi Waligereja Italia ini dikenal dekat dengan Paus Fransiskus dan aktif dalam misi perdamaian internasional, termasuk ke Ukraina dan Amerika Serikat.
Dalam tulisannya untuk buku Building a Bridge, Zuppi menyampaikan pentingnya dialog dan pendekatan pastoral baru terhadap komunitas LGBT.
Kardinal Raymond Leo Burke
Lahir di Wisconsin, Amerika Serikat, Kardinal Burke dikenal luas sebagai tokoh tradisionalis dan sering bersuara keras menentang arah pastoral Paus Fransiskus yang lebih terbuka. Ia secara terbuka mengecam sikap Gereja yang lebih longgar terhadap isu-isu seperti kontrasepsi buatan, pernikahan sipil, dan keberadaan kaum LGBT dalam komunitas Katolik.
Selain itu, Burke juga dikenal menentang keras pemberian Komuni kepada umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali. Ia bahkan pernah menyatakan bahwa politisi Katolik yang mendukung legalisasi aborsi, termasuk Presiden Joe Biden, seharusnya tidak diperbolehkan menerima Ekaristi.
Pandangan teologisnya yang tegas dan konservatif menjadikan Burke sebagai sosok yang cukup kontroversial, terutama di tengah upaya reformasi Gereja yang diusung Paus Fransiskus.
Dengan beragam latar belakang dan arah teologis, konklaf mendatang akan menentukan masa depan Gereja Katolik: apakah akan melanjutkan warisan reformasi Fransiskus, atau justru kembali ke pendekatan yang lebih konservatif.(*/jawapos)