Friday, November 22, 2024
31.7 C
Jayapura

Legawa Lebaran Berbeda Hari -Arus Mudik Masih Landai di Bandara Soekarno-Hatta

GORONTALO – Hari Lebaran atau 1 Syawal tahun ini berpotensi dirayakan tak bersamaan. PP Muhammadiyah sudah jauh hari menetapkan Idul Fitri tiba sepekan lagi pada Jumat (21/4). Sementara itu, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat menunggu sidang isbat. Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta masyarakat tetap menjaga toleransi dalam menyikapi perbedaan tersebut.

Ma’ruf mengatakan, perbedaan hari Lebaran itu terjadi karena perbedaan kriteria. Pemerintah menggunakan metode gabungan hisab dan rukyat dari pengamatan hilal. ’’Muhammadiyah memang asal ada wujud saja walaupun (tinggi hilal) setengah derajat,’’ kata Ma’ruf seusai salat Jumat di Masjid Agung Baiturrahman, Gorontalo, dalam rangkaian kunjungan kerjanya kemarin (14/4).

Ma’ruf menjelaskan, posisi hilal yang berpotensi dirukyat itu minimal memiliki ketinggian dua derajat. Namun, berdasar hisab, pada 20 April atau 29 Ramadan nanti, hilal memang sudah berada di atas ufuk, tapi masih jauh di bawah dua derajat dan sulit dilihat. ’’Sehingga nanti diistikmalkan (disempurnakan) jadi genap 30 hari,’’ ujar mantan rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Pemerintah sangat mungkin menetapkan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April. Tetapi, masyarakat tetap diminta menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama pada 20 April. Ma’ruf mengakui, dua metode penetapan kalender Hijriah itu belum bisa dipertemukan sampai sekarang. Belakangan sepengetahuannya, sudah tidak ada lagi pertentangan atau konflik di masyarakat ketika terjadi perbedaan awal puasa, Idul Fitri, maupun Idul Adha. Pemerintah dan pimpinan agama terus memberikan edukasi supaya umat tetap rukun. ’’Bahasa Jawa-nya legawa. Dulu memang agak konflik sedikit,’’ kata ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Baca Juga :  Kemensos RI Terima Keluhan Fasilitas Kamar Operasi dari RSUD Jayapura

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan, sudah tidak ada lagi pembatasan protokol kesehatan (prokes) saat salat Idul Fitri nanti. ’’Yang penting jaga kesehatan sendiri-sendiri karena sekarang masa transisi,’’ tuturnya.

Sementara itu, gelombang arus mudik untuk moda transportasi pesawat mulai meningkat meskipun belum terjadi lonjakan. Senior Manager Humas Bandara Soekarno-Hatta Holik Muardi mengatakan, data hingga kemarin jumlah penumpang sekitar 120 ribu dan 900 pergerakan pesawat dalam sehari. ”Kami prediksi ada peningkatan H-1 hari raya. Penumpang bisa mencapai 172 ribu yang datang dan berangkat melalui Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan untuk pesawatnya 1.200 pergerakan,” ujar dia.

Meski demikian, beberapa pekerja migran Indonesia (PMI) telah kembali ke tanah air. Salah satunya, Mirna, PMI asal Nusa Tenggara Barat yang bekerja di Hongkong. Ditemui di Bandara Soekarno-Hatta kemarin, dia tengah mengejar pesawat tujuan Bali setelah menempuh perjalanan sekitar lima jam dari Hongkong. ’’Meski masih jet lag mata masih berat, rindu inaq (ibu) dan bapaq (bapak) nggak bisa menunggu. Saya sudah tiga tahun tidak pulang karena pandemi,’’ katanya.

Baca Juga :  Simak! 5 Cara Tepat untuk Mengatur Pola Tidur Saat Puasa di Bulan Ramadan

Terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi adanya arus laut ekstrem mencapai 1,2 meter per detik atau lebih. Hal itu bisa mengganggu operasional kapal di penyeberangan. ’’Kondisi ini berpotensi terjadi di Selat Sunda, Selat Bali, dan Selat Lombok saat periode arus mudik dan balik. Di Banyuwangi, potensinya malah lebih tinggi,’’ ucapnya saat menghadiri pembukaan Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2023 di Kementerian Perhubungan kemarin. (wan/gih/c7/jun)

GORONTALO – Hari Lebaran atau 1 Syawal tahun ini berpotensi dirayakan tak bersamaan. PP Muhammadiyah sudah jauh hari menetapkan Idul Fitri tiba sepekan lagi pada Jumat (21/4). Sementara itu, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat menunggu sidang isbat. Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta masyarakat tetap menjaga toleransi dalam menyikapi perbedaan tersebut.

Ma’ruf mengatakan, perbedaan hari Lebaran itu terjadi karena perbedaan kriteria. Pemerintah menggunakan metode gabungan hisab dan rukyat dari pengamatan hilal. ’’Muhammadiyah memang asal ada wujud saja walaupun (tinggi hilal) setengah derajat,’’ kata Ma’ruf seusai salat Jumat di Masjid Agung Baiturrahman, Gorontalo, dalam rangkaian kunjungan kerjanya kemarin (14/4).

Ma’ruf menjelaskan, posisi hilal yang berpotensi dirukyat itu minimal memiliki ketinggian dua derajat. Namun, berdasar hisab, pada 20 April atau 29 Ramadan nanti, hilal memang sudah berada di atas ufuk, tapi masih jauh di bawah dua derajat dan sulit dilihat. ’’Sehingga nanti diistikmalkan (disempurnakan) jadi genap 30 hari,’’ ujar mantan rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Pemerintah sangat mungkin menetapkan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April. Tetapi, masyarakat tetap diminta menunggu hasil sidang isbat Kementerian Agama pada 20 April. Ma’ruf mengakui, dua metode penetapan kalender Hijriah itu belum bisa dipertemukan sampai sekarang. Belakangan sepengetahuannya, sudah tidak ada lagi pertentangan atau konflik di masyarakat ketika terjadi perbedaan awal puasa, Idul Fitri, maupun Idul Adha. Pemerintah dan pimpinan agama terus memberikan edukasi supaya umat tetap rukun. ’’Bahasa Jawa-nya legawa. Dulu memang agak konflik sedikit,’’ kata ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Baca Juga :  Keutamaan Sholat Tarawih di Malam Ketiga, Didoakan Langsung oleh Malaikat

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan, sudah tidak ada lagi pembatasan protokol kesehatan (prokes) saat salat Idul Fitri nanti. ’’Yang penting jaga kesehatan sendiri-sendiri karena sekarang masa transisi,’’ tuturnya.

Sementara itu, gelombang arus mudik untuk moda transportasi pesawat mulai meningkat meskipun belum terjadi lonjakan. Senior Manager Humas Bandara Soekarno-Hatta Holik Muardi mengatakan, data hingga kemarin jumlah penumpang sekitar 120 ribu dan 900 pergerakan pesawat dalam sehari. ”Kami prediksi ada peningkatan H-1 hari raya. Penumpang bisa mencapai 172 ribu yang datang dan berangkat melalui Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan untuk pesawatnya 1.200 pergerakan,” ujar dia.

Meski demikian, beberapa pekerja migran Indonesia (PMI) telah kembali ke tanah air. Salah satunya, Mirna, PMI asal Nusa Tenggara Barat yang bekerja di Hongkong. Ditemui di Bandara Soekarno-Hatta kemarin, dia tengah mengejar pesawat tujuan Bali setelah menempuh perjalanan sekitar lima jam dari Hongkong. ’’Meski masih jet lag mata masih berat, rindu inaq (ibu) dan bapaq (bapak) nggak bisa menunggu. Saya sudah tiga tahun tidak pulang karena pandemi,’’ katanya.

Baca Juga :  Pemkot Awali Safari Ramadan di Koya Tengah

Terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi adanya arus laut ekstrem mencapai 1,2 meter per detik atau lebih. Hal itu bisa mengganggu operasional kapal di penyeberangan. ’’Kondisi ini berpotensi terjadi di Selat Sunda, Selat Bali, dan Selat Lombok saat periode arus mudik dan balik. Di Banyuwangi, potensinya malah lebih tinggi,’’ ucapnya saat menghadiri pembukaan Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2023 di Kementerian Perhubungan kemarin. (wan/gih/c7/jun)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya