Selama tiga hari, peserta menerima materi terkait kurikulum Sekolah Rakyat, pendidikan inklusif dan ramah anak, pendekatan berbasis hak asasi manusia, serta pengenalan metode talent mapping yang relevan dengan karakter dan kebutuhan siswa.
Wamensos menekankan, guru Sekolah Rakyat tidak hanya dituntut menguasai materi ajar, tetapi juga memiliki empati mendalam terhadap siswa yang berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Termasuk mereka yang berada dalam situasi telantar, tidak memiliki pengasuh, dan sangat rentan secara sosial. Ia juga mengingatkan pentingnya membangun relasi emosional dengan siswa dan keluarga.
“Kita sering bicara soal kemiskinan, tapi lupa bahwa hanya pendidikan yang benar-benar mampu memutus mata rantainya. Dan para guru Sekolah Rakyat adalah pelopornya,” tegasnya.
Usai menutup pembekalan, ia sempat meninjau secara langsung berbagai fasilitas yang akan digunakan oleh siswa Sekolah Rakyat yang akan mulai masuk pada Senin, 14 Juli 2025 di Poltekesos Bandung.
Peninjauan mencakup asrama, ruang kelas, dan laboratorium. Sebanyak 100 siswa yang terdiri dari 52 laki-laki dan 48 perempuan dijadwalkan masuk dan akan mengawali hari pertama mereka dengan pemeriksaan kesehatan gratis.
Selain kesiapan fasilitas asrama dan ruang belajar, Wamensos Agus Jabo juga meninjau langsung kesiapan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis yang akan dilaksanakan di hari pertama sekolah.
Pemeriksaan ini menjadi bagian penting dari tahap awal orientasi siswa, untuk memastikan mereka dalam kondisi fisik yang layak mengikuti proses belajar.
“Sekolah Rakyat bukan hanya tempat belajar, tapi rumah yang membentuk masa depan anak-anak kita. Mari kita wujudkan ini dengan sepenuh hati,” tuturnya.
Direktur Poltekesos Bandung Suharma menegaskan, bahwa seluruh fasilitas dan logistik siswa siap digunakan. meski ada hal-hal kecil yang tengah dilengkapi.
“Pemeriksaan kesehatan akan dilakukan di Poltekesos selama dua hari penuh. Kami sudah siapkan tim dan alur pelaksanaannya,” ungkapnya.(*/Jawapos)