Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

32 Ribu Jemaah Haji Daftar Murur di Muzdalifah

MAKKAH– Jelang pelaksanaan puncak haji, Kemenag menyusun jadwal pemberangkatan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah hingga Mina. Penyusunan jadwal ini tidak lepas kejadian musim haji tahun lalu. Waktu itu, jemaah Indonesia mengalami keterlambatan saat berangkat dari Muzdalifah ke Mina.

”Terkait (skema pergerakan jemaah) ini, kami sudah berdiskusi dengan semua pihak di Arab Saudi. Melakukan simulasi yang tepat untuk mengantisipasi kepadatan jamaah (saat pergerakan dari Arafah hingga Mina),” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subchan Chalid, kemarin.

Setelah melalui sejumlah simulasi, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memutuskan bahwa pergerakan jemaah Indonesia dari Arafah ke Muzdalifah dilakukan secara bersama-sama. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah (15 Juni, Red) yang berakhir jelang petang, semua jemaah bergerak menuju Muzdalifah pada pukul 19.00.

Para jemaah yang ikut murur hanya melintas sejenak di Muzdalifah, lalu melanjutkan perjalanannya dengan bus ke Mina untuk persiapan lempar jumrah. Sedangkan jemaah yang mengikuti skema regular akan bermalam sejenak di Muzdalifah. Semua jemaah sudah harus tiba di Mina pada 10 Dzulhijjah pukul 08.30 waktu setempat. ”Skema ini berbeda dengan rencana awal. Sebelumnya, rencananya jemaah murur diberangkatkan terlebih dulu,” jelas Subhan.

Baca Juga :  Anggota Korpri Diingatkan Harus Disiplin

Selain itu, untuk menghindari potensi terjadinya antrean pergerakan dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina, Kemenag dan penyedia transportasi Arab Saudi sepakat untuk menambah armada bus. Dari awalnya tujuh unit per maktab menjadi 10 unit bus.

Seperti diketahui, tahun ini, pemerintah menerapkan skema murur untuk pergerakan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina. Di mana, sebagian CJH Indonesia tidak bermalam di Muzdalifah. Melainkan hanya melintas saja, lalu berangkat langsung ke Mina. Skema ini rencananya diikuti 55 ribu dari 241 ribu CJH Indonesia. Prioritasnya untuk para jemaah lansia dan risti.

Hingga kemarin, tercatat sebanyak 32 ribu CJH Indonesia yang mendaftar untuk skema murur. Diperkirakan, jumlah ini masih akan terus bertambah.

Baca Juga :  Kuota Haji Tambah 20 Ribu, Lansia Tetap Prioritas Kemenag

Selain murur, Kemenag RI juga menerapkan skema tanazul bagi jemaah yang sudah berada di Mina untuk pelaksanaan ibadah lempar jumrah di Kawasan Jamarat.

Lewat skema tanazul ini, sebagian jemaah tidak perlu menginap di tenda-tenda yang ada di Mina. Mereka diarahkan untuk menginap di hotel, lalu diantar lagi ke jamarat untuk lempar jumrah sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Untuk fasilitasi pelaksanaan tanazul, Kemenag sudah berkoordinasi dengan penyedia layanan haji Arab Saudi terkait persiapan konsumsi, akomodasi, hingga transportasi bagi jemaah.  (ris/oni)

MAKKAH– Jelang pelaksanaan puncak haji, Kemenag menyusun jadwal pemberangkatan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah hingga Mina. Penyusunan jadwal ini tidak lepas kejadian musim haji tahun lalu. Waktu itu, jemaah Indonesia mengalami keterlambatan saat berangkat dari Muzdalifah ke Mina.

”Terkait (skema pergerakan jemaah) ini, kami sudah berdiskusi dengan semua pihak di Arab Saudi. Melakukan simulasi yang tepat untuk mengantisipasi kepadatan jamaah (saat pergerakan dari Arafah hingga Mina),” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subchan Chalid, kemarin.

Setelah melalui sejumlah simulasi, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memutuskan bahwa pergerakan jemaah Indonesia dari Arafah ke Muzdalifah dilakukan secara bersama-sama. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah (15 Juni, Red) yang berakhir jelang petang, semua jemaah bergerak menuju Muzdalifah pada pukul 19.00.

Para jemaah yang ikut murur hanya melintas sejenak di Muzdalifah, lalu melanjutkan perjalanannya dengan bus ke Mina untuk persiapan lempar jumrah. Sedangkan jemaah yang mengikuti skema regular akan bermalam sejenak di Muzdalifah. Semua jemaah sudah harus tiba di Mina pada 10 Dzulhijjah pukul 08.30 waktu setempat. ”Skema ini berbeda dengan rencana awal. Sebelumnya, rencananya jemaah murur diberangkatkan terlebih dulu,” jelas Subhan.

Baca Juga :  Bapenda Sayangkan Banyaknya Kenderaan Tidak Bayar Pajak

Selain itu, untuk menghindari potensi terjadinya antrean pergerakan dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina, Kemenag dan penyedia transportasi Arab Saudi sepakat untuk menambah armada bus. Dari awalnya tujuh unit per maktab menjadi 10 unit bus.

Seperti diketahui, tahun ini, pemerintah menerapkan skema murur untuk pergerakan jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina. Di mana, sebagian CJH Indonesia tidak bermalam di Muzdalifah. Melainkan hanya melintas saja, lalu berangkat langsung ke Mina. Skema ini rencananya diikuti 55 ribu dari 241 ribu CJH Indonesia. Prioritasnya untuk para jemaah lansia dan risti.

Hingga kemarin, tercatat sebanyak 32 ribu CJH Indonesia yang mendaftar untuk skema murur. Diperkirakan, jumlah ini masih akan terus bertambah.

Baca Juga :  Komitmen Tidak Golput, Anak Buddhis Teken Ikrar Partisipasi di Pemilu 2024

Selain murur, Kemenag RI juga menerapkan skema tanazul bagi jemaah yang sudah berada di Mina untuk pelaksanaan ibadah lempar jumrah di Kawasan Jamarat.

Lewat skema tanazul ini, sebagian jemaah tidak perlu menginap di tenda-tenda yang ada di Mina. Mereka diarahkan untuk menginap di hotel, lalu diantar lagi ke jamarat untuk lempar jumrah sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Untuk fasilitasi pelaksanaan tanazul, Kemenag sudah berkoordinasi dengan penyedia layanan haji Arab Saudi terkait persiapan konsumsi, akomodasi, hingga transportasi bagi jemaah.  (ris/oni)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya